
Produksi Freeport Anjlok 53% di Q1-2019, Ini Sebabnya
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
30 April 2019 13:46

Jakarta, CNBC Indonesia- PT Freeport Indonesia (PTFI) mencatatkan penurunan produksi emas dan tembaga pada kuartal I 2019. Berdasarkan laporan kinerja induk usahanya, Freeport McMoran (FXC), diketahui produksi tembaga PTFI sebesar 145 juta pound.
Angka ini tercatat turun 53,38% jika dibandingkan dengan capaian produksi kuartal I-2018 yang tercatat sebanyak 311 juta pound.
CEO Freeport McMoran Richard Adkerson mengatakan, penurunan produksi tersebut disebabkan adanya transisi dari tambang terbuka menjadi tambah bawah tanah. Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya, memang adanya transisi ini akan berdampak ke penurunan kinerja PTFI, yang diprediksi hingga 2020 mendatang.
"Pengerjaan tambang bawah tanah ini masih berjalan sesuai rencana. Kami sudah membangun 11 drawbells, lebih cepat dari yang direncanakan," ujar Richard melalui teleconference dari Amerika Serikat terkait kinerja perusahaan, baru-baru ini.
Lebih lanjut, ia mengatakan, setelah pekerjaan pada kuartal I, ke depannya perusahaan akan mengebut pengerjaan tambang bawah tanah tersebut, setelah sebelumnya sempat tertunda karena adanya gangguan seismik.
Untuk mengebut pengerjaan tambang ini, Richard mengatakan, pihaknya tengah mempelajari teknologi yang dinamakan hydraulic fracking, yang dapat membantu meningkatkan dan mengembalikan produksi sesuai target.
Adapun, menurut laporan kinerja FCX, penurunan produksi emas juga tercatat turun 72,77% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Tiga bulan pertama di 2019, Freeport Indonesia hanya memproduksi 162 ribu ons emas, sementara pada tahun sebelumnya mencapai 595 ribu ons.
Kinerja penjualan pun tercatat melemah. Penjualan tembaga menurun dari 319 juta pound menjadi 174 juta pound. Penjualan emas juga mengalami penurunan 61,02% menjadi 235 ribu ons dari sebelumnya mencapai 603 ribu ons.
[Gambas:Video CNBC]
(gus/gus) Next Article Chappy Hakim: Turbulensi Freeport Hingga 'Papa Minta Saham'
Angka ini tercatat turun 53,38% jika dibandingkan dengan capaian produksi kuartal I-2018 yang tercatat sebanyak 311 juta pound.
![]() |
"Pengerjaan tambang bawah tanah ini masih berjalan sesuai rencana. Kami sudah membangun 11 drawbells, lebih cepat dari yang direncanakan," ujar Richard melalui teleconference dari Amerika Serikat terkait kinerja perusahaan, baru-baru ini.
Lebih lanjut, ia mengatakan, setelah pekerjaan pada kuartal I, ke depannya perusahaan akan mengebut pengerjaan tambang bawah tanah tersebut, setelah sebelumnya sempat tertunda karena adanya gangguan seismik.
Untuk mengebut pengerjaan tambang ini, Richard mengatakan, pihaknya tengah mempelajari teknologi yang dinamakan hydraulic fracking, yang dapat membantu meningkatkan dan mengembalikan produksi sesuai target.
Adapun, menurut laporan kinerja FCX, penurunan produksi emas juga tercatat turun 72,77% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Tiga bulan pertama di 2019, Freeport Indonesia hanya memproduksi 162 ribu ons emas, sementara pada tahun sebelumnya mencapai 595 ribu ons.
Kinerja penjualan pun tercatat melemah. Penjualan tembaga menurun dari 319 juta pound menjadi 174 juta pound. Penjualan emas juga mengalami penurunan 61,02% menjadi 235 ribu ons dari sebelumnya mencapai 603 ribu ons.
[Gambas:Video CNBC]
(gus/gus) Next Article Chappy Hakim: Turbulensi Freeport Hingga 'Papa Minta Saham'
Most Popular