Faisal Basri: Kinerja Garuda Buruk Karena Menteri BUMN

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
26 April 2019 13:30
Faisal Basri menyindir Menteri BUMN Rini Soemarno yang tidak cakap dalam memilih pemimpin untuk perusahaan sekelas Garuda
Foto: Ekonom senior, Faisal Basri saat menghadiri acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2019. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonom Universitas Indonesia, Faisal Basri menyindir Menteri BUMN Rini Soemarno yang tidak cakap dalam memilih pemimpin untuk perusahaan sekelas PT Garuda Indonesia (GIAA). Imbasnya, Kinerja perusahaan plat merah itu dianggap tak bisa membaik.

"Sebuah perusahaan nakhoda-nya harus stabil. Tapi bagaimana membawa kapal induk kalau pemimpin suka diganti. Selama ini Bu Rini kerjanya bongkar pasang," katanya kepada CNBC Indonesia, Jumat (26/4/2019).

Menurutnya, selama Rini Soemarno menduduki jabatan sebagai Menteri BUMN, setidaknya sudah tiga kali merombak Direktur Utama Garuda. Di antaranya adalah Emirsyah Satar (2005-2014), M Arif Wibowo (2014-2017) yang merupakan mantan Direktur Utama Citilink dan pernah dipimpin juga oleh Pahala Mansuri (2017) yang merupakan Mantan Direktur Keuangan Bank Mandiri. Saat ini GIAA dipimpin oleh Ari Ashkara.

"Pimpinan Garuda tidak sempat menerapkan konsep-konsep untuk membuat Garuda lebih sehat. Sudah makin sehat, sakit lagi, nol lagi. Pertanyaannya adalah kenapa pemimpin suka diganti. Yang salah adalah yang mengganti, tidak telaten. salah pilih ganti," ujarnya.

Sementara itu, berbicara mengenai kejanggalan laporan keuangan Garuda Tahun Buku 2018, dia meminta Presiden bisa menertibkan kejadian ini. Pasalnya, Garuda yang mengalami kerugian triliunan rupiah, dalam sekejap bisa kantongi laba meski tipis. Dia menduga, Garuda digunakan sebagai alat untuk memperbaiki situasi di tahun politik ini.

"Pihak yang oposisi itu kerap menjadikan Garuda sebagai contoh kegagalan. Dikatakan Garuda rugi terus sehingga membuat Bu Rini gerah. nah jadi kelihatannya dalam hitungan bulan direkayasa sehingga garuda tidak merah lagi, tidak rugi," ujarnya.

Sebelumnya, dua komisaris Garuda menolak menandatangani laporan keuangan 2018. Ada kejanggalan yang ditemukan dalam laporan keuangan tersebut.

Hal tersebut sempat diutarakan oleh salah satu komisaris Chairal Tanjung yang menyebutkan bahwa kontrak dengan salah satu perusahaan penyedia layanan wifi tak seharusnya dibukukan sebagai pendapatan yang membuat Garuda Indonesia menjadi untung.

Menurut Chairal ada dua pendapat yang berbeda dalam penyajian laporan keuangan Garuda Indonesia periode 2018 dan sempat meminta agar keberatan itu dibacakan dalam RUPST, tapi atas keputusan pimpinan rapat permintaan itu tak dikabulkan.





(dru) Next Article Wow! Faisal Basri Bongkar Modus Korupsi Lewat Bank BUMN

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular