
Sri Mulyani: Tiba-tiba Perempuan Jadi Penting Waktu Kampanye
Iswari Anggit Pramesti, CNBC Indonesia
24 April 2019 19:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Proses Pemilihan Umum 2019 mulai dari masa kampanye hingga pencoblosan surat suara di Indonesia telah berakhir. Saat ini, seluruh kalangan sedang menunggu hasil perhitungan suara oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Meski secara umum proses pemilu telah berakhir, Menteri Keuangan Sri Mulyani menceritakan hal yang menurutnya lucu, dan terjadi selama pesta demokrasi tersebut berlangsung.
Salah satunya, ketika para politisi berlomba-lomba memenangkan hati perempuan Indonesia agar memperoleh hak suara mereka.
"Perempuan jangan dianggap penting pada saat penusukan [pencoblosan] saja. Perempuan jangan hanya disapa pada waktu kampanye saja. Tiba-tiba perempuan penting waktu kampanye. Ya Anda [menunjuk para peserta perempuan yang hadir] penting terus karena mencapai 50% populasi Indonesia," ujarnya dalam Rakornas Pembangunan PP PA, dengan tema 'Kesetaraan Gender dalam Memperkuat Perekonomian Sebuah Bangsa', di ICE BSD, Tangerang Selatan, Rabu (24/4/2019).
Lebih lanjut lagi ia berpesan agar perempuan bisa 'melek' terhadap politik.
Misalnya saja pada saat memilih Wakil Rakyat di pemerintahan, baik itu Presiden, Wakil Presiden, Legislatif, Eksekutif, dan sebagainya.
Sri Mulyani ingin agar perempuan bisa memilih wali-wali rakyat tersebut sesuai data dan fakta, kalau orang-orang itu memang layak duduk di bangku pemerintahan, bukan semata-mata karena tampangnya yang rupawan.
"Kita sebagai perempuan harus mampu membaca, menganalisa, membuat pilihan berdasarkan fakta. Hati boleh dipakai, tapi harus rasional juga."
"Di dalam politik, semua tentang kekuasaan. Misalnya menentukan siapa yang masuk dalam pemerintahan, baik legislatif maupun eksekutif. Meski ada selera, kita harus tentukan orang ini bisa menjadi yang terbaik tidak untuk masa depan bangsa."
Dengan demikian, wali rakyat yang terpilih ialah mereka yang mampu menghadirkan kebijakan yang merangkul semua pihak, termasuk perempuan. Hal ini dianggap Sri Mulyani penting, terutama dalam mewujudkan kesetaraan gender.
"Masyarakat tidak hanya laki-laki. Ada perempuan 50%. Jadi policy-nya harus inklusif."
"Ini bukan masalah menang atau kalah, saya mendapat sesuatu dan kamu kehilangan sesuatu, ini persoalan kebersamaan. Saya selalu sampaikan, laki-laki dan perempuan itu seperti sepatu. Kalau hak kiri tiga centimeter, hak kanan tujuh centimeter, jalannya jadi tidak bagus. Kalau haknya sama, jalannya enak. That's make our body bisa jalan harmonis, mencapai tujuan kita, mimpi kita, itu makna kesetaraan gender."
(dru) Next Article Cerita Sri Mulyani: Tiap Kementerian Minta Anggaran Naik
Meski secara umum proses pemilu telah berakhir, Menteri Keuangan Sri Mulyani menceritakan hal yang menurutnya lucu, dan terjadi selama pesta demokrasi tersebut berlangsung.
Salah satunya, ketika para politisi berlomba-lomba memenangkan hati perempuan Indonesia agar memperoleh hak suara mereka.
![]() |
"Perempuan jangan dianggap penting pada saat penusukan [pencoblosan] saja. Perempuan jangan hanya disapa pada waktu kampanye saja. Tiba-tiba perempuan penting waktu kampanye. Ya Anda [menunjuk para peserta perempuan yang hadir] penting terus karena mencapai 50% populasi Indonesia," ujarnya dalam Rakornas Pembangunan PP PA, dengan tema 'Kesetaraan Gender dalam Memperkuat Perekonomian Sebuah Bangsa', di ICE BSD, Tangerang Selatan, Rabu (24/4/2019).
Lebih lanjut lagi ia berpesan agar perempuan bisa 'melek' terhadap politik.
Misalnya saja pada saat memilih Wakil Rakyat di pemerintahan, baik itu Presiden, Wakil Presiden, Legislatif, Eksekutif, dan sebagainya.
Sri Mulyani ingin agar perempuan bisa memilih wali-wali rakyat tersebut sesuai data dan fakta, kalau orang-orang itu memang layak duduk di bangku pemerintahan, bukan semata-mata karena tampangnya yang rupawan.
"Kita sebagai perempuan harus mampu membaca, menganalisa, membuat pilihan berdasarkan fakta. Hati boleh dipakai, tapi harus rasional juga."
"Di dalam politik, semua tentang kekuasaan. Misalnya menentukan siapa yang masuk dalam pemerintahan, baik legislatif maupun eksekutif. Meski ada selera, kita harus tentukan orang ini bisa menjadi yang terbaik tidak untuk masa depan bangsa."
Dengan demikian, wali rakyat yang terpilih ialah mereka yang mampu menghadirkan kebijakan yang merangkul semua pihak, termasuk perempuan. Hal ini dianggap Sri Mulyani penting, terutama dalam mewujudkan kesetaraan gender.
"Masyarakat tidak hanya laki-laki. Ada perempuan 50%. Jadi policy-nya harus inklusif."
"Ini bukan masalah menang atau kalah, saya mendapat sesuatu dan kamu kehilangan sesuatu, ini persoalan kebersamaan. Saya selalu sampaikan, laki-laki dan perempuan itu seperti sepatu. Kalau hak kiri tiga centimeter, hak kanan tujuh centimeter, jalannya jadi tidak bagus. Kalau haknya sama, jalannya enak. That's make our body bisa jalan harmonis, mencapai tujuan kita, mimpi kita, itu makna kesetaraan gender."
(dru) Next Article Cerita Sri Mulyani: Tiap Kementerian Minta Anggaran Naik
Most Popular