
Tudingan Deindustrialisasi, Menperin: Era Sekarang Bukan Orba
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
15 April 2019 19:03

Tangerang Selatan, CNBC Indonesia - Pemerintah mengklaim Indonesia saat ini tidak sedang mengalami deindustrialisasi. Perkembangan industri era Orde Baru dan saat ini juga tidak dapat dibandingkan secara sama.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebutkan, tidak semua negara yang peranan manufakturnya 30% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dapat dicap mengalami deindustrialisasi.
Pasalnya, banyak sektor lain dalam perekonomian yang menjadi keunggulan komparatif tersendiri suatu negara dan memberikan sumbangan yang cukup besar.
"Kita hidup dalam suatu era di mana persoalan jasa, pariwisata, digital, dan sebagainya masuk. Begitu dia mulai masuk, tidak selalu kemudian peran manufaktur harus tetap di atas 30%," kata Darmin dalam Indonesia Industrial Summit 2019 di ICE BSD, Tangerang Selatan, Banten, Senin (15/4/2019).
Menurut dia, Indonesia diberkahi dengan sektor ekonomi yang besar di luar industri, sebut saja pariwisata, pertanian, pertambangan dan jasa.
"Apa ekspor kita yang terbesar kalau dilihat per komoditinya? Pertama adalah kelapa sawit, sumber daya alam perkebunan. Kedua? Pariwisata. Jadi jangan terlalu kaku harus mengikuti pakem dunia di masa lalu," imbuhnya.
Di tempat yang sama, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebutkan bahwa kondisi perekonomian global saat ini tengah mengalami apa yang disebutnya sebagai era new normal, yang ditandai dengan proteksionisme dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Dia pun menjelaskan perbedaan peranan industri RI saat ini dengan industri di era 1990-an dahulu.
"Sekitar tahun 1998 itu zaman ayah saya, peran industri manufaktur terhadap PDB Indonesia 30%, tapi saat itu PDB kita US$ 95 miliar. Sekarang PDB kita sudah US$ 1 triliun, nah kontribusi sektor manufaktur kira-kira 20%. Negara yang rasio manufaktur terhadap PDB-nya 30% di dunia saat ini tidak ada. China saja 29%, Jepang di bawahnya, Jerman sama dengan Indonesia," jelas Airlangga.
Menurut dia, standar kontribusi industri terhadap PDB yang baru saat ini ada di kisaran 16,5% karena dari jumlah tersebut ada sektor jasa yang terkait industri (services related to the industry). Persentase industri manufaktur terhadap PDB pada 2018 tercatat 19,86% atau menurun dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 20,2%
"Nah proyeksi kita dan McKinsey melihat bahwa implementasi industri 4.0 akan menyumbang tambahan PDB 1 persen hingga 2 persen, yang nilainya mencapai US$ 125 miliar-150 miliar di 2025. Ada potensi 22 juta pekerjaan baru dengan 4,5 juta pekerjaan terkait manufaktur dan sekitar 12,5 juta pekerjaan di bidang jasa terkait," jelasnya.
Sebelumnya, calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto mengklaim Indonesia saat ini mengalami deindustrialisasi. Dia mengatakan hal tersebut dalam debat pamungkas Pemilihan Presiden 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (13/4/2019).
"Telah terjadi deindustrialisasi, kalau negara lain industrialisasi, kita deindustrialisasi. Sekarang Indonesia tidak produksi apa-apa, kita hanya bisa menerima bahan produksi dari bangsa lain. Ini keliru ini, harus kita ubah," kata Prabowo.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Kritik Darmin: Sejak 2005, Target Pajak Tak Pernah Tercapai!
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebutkan, tidak semua negara yang peranan manufakturnya 30% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dapat dicap mengalami deindustrialisasi.
Pasalnya, banyak sektor lain dalam perekonomian yang menjadi keunggulan komparatif tersendiri suatu negara dan memberikan sumbangan yang cukup besar.
![]() |
Menurut dia, Indonesia diberkahi dengan sektor ekonomi yang besar di luar industri, sebut saja pariwisata, pertanian, pertambangan dan jasa.
"Apa ekspor kita yang terbesar kalau dilihat per komoditinya? Pertama adalah kelapa sawit, sumber daya alam perkebunan. Kedua? Pariwisata. Jadi jangan terlalu kaku harus mengikuti pakem dunia di masa lalu," imbuhnya.
Di tempat yang sama, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebutkan bahwa kondisi perekonomian global saat ini tengah mengalami apa yang disebutnya sebagai era new normal, yang ditandai dengan proteksionisme dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Dia pun menjelaskan perbedaan peranan industri RI saat ini dengan industri di era 1990-an dahulu.
"Sekitar tahun 1998 itu zaman ayah saya, peran industri manufaktur terhadap PDB Indonesia 30%, tapi saat itu PDB kita US$ 95 miliar. Sekarang PDB kita sudah US$ 1 triliun, nah kontribusi sektor manufaktur kira-kira 20%. Negara yang rasio manufaktur terhadap PDB-nya 30% di dunia saat ini tidak ada. China saja 29%, Jepang di bawahnya, Jerman sama dengan Indonesia," jelas Airlangga.
![]() |
Menurut dia, standar kontribusi industri terhadap PDB yang baru saat ini ada di kisaran 16,5% karena dari jumlah tersebut ada sektor jasa yang terkait industri (services related to the industry). Persentase industri manufaktur terhadap PDB pada 2018 tercatat 19,86% atau menurun dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 20,2%
"Nah proyeksi kita dan McKinsey melihat bahwa implementasi industri 4.0 akan menyumbang tambahan PDB 1 persen hingga 2 persen, yang nilainya mencapai US$ 125 miliar-150 miliar di 2025. Ada potensi 22 juta pekerjaan baru dengan 4,5 juta pekerjaan terkait manufaktur dan sekitar 12,5 juta pekerjaan di bidang jasa terkait," jelasnya.
Sebelumnya, calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto mengklaim Indonesia saat ini mengalami deindustrialisasi. Dia mengatakan hal tersebut dalam debat pamungkas Pemilihan Presiden 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (13/4/2019).
"Telah terjadi deindustrialisasi, kalau negara lain industrialisasi, kita deindustrialisasi. Sekarang Indonesia tidak produksi apa-apa, kita hanya bisa menerima bahan produksi dari bangsa lain. Ini keliru ini, harus kita ubah," kata Prabowo.
Simak video terkait deindustrialisasi di bawah ini.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Kritik Darmin: Sejak 2005, Target Pajak Tak Pernah Tercapai!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular