Jangan Salah Pilih Kuliah, Ini Pekerjaan yang Tren di Era 4.0

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
21 March 2019 20:07
Pertumbuhan tenaga kerja yang merasa kemampuannya tidak cocok dengan pekerjaannya mencapai 90,2% sepanjang Juni 2017-May 2018
Foto: PUPR 4.0 Expo di Gedung Kementerian PUPR (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada periode 2020 - 2035, Indonesia diprediksi akan menikmati bonus demografi. Ini merupakan suatu peluang yang sejatinya bisa menguntungkan bangsa ini.

Bonus demografi merupakan suatu keadaan dimana jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak ketimbang penduduk usia non produktif (kurang dari 15 tahun dan lebih dari 65 tahun).



Bila benar bisa dimanfaatkan, maka produktifitas Merah Putih dapat digenjot. Pertumbuhan ekonomi berpotensi melesat.

Tantangannya adalah membuat kualitas dari manusia Indonesia yang dapat berkontribusi optimal dalam kehidupan sosial dan ekonomi.

Untuk itu, pendidikan yang optimal menjadi kunci untuk menyongsong bonus demografi yang sebentar lagi akan disambut. Hanya tinggal dua tahun lagi.

Bukan hanya memperbanyak fasilitas pendidikan, namun perbaikan kualitasnya juga perlu mendapat perhatian lebih. Pasalnya zaman sudah berubah. Saat ini dunia telah menginjak yang namanya revolusi industri 4.0. Sebagai informasi, revolusi industri 4.0 digerakkan oleh perkembangan digital yang membuat batas antara dunia nyata dan dunia maya menjadi kabur.

Berbeda dengan tiga revolusi industri sebelumnya, revolusi industri 4.0 memiliki kecepatan perubahan yang eksponensial. Artinya, perkembangan industri akan semakin cepat seiring pertambahan waktu. Tak ada lagi waktu untuk bermain-main.

Jika melihat kondisi tenaga kerja Indonesia yang sekarang, agaknya masih jauh dari siap untuk menyongsong bonus demografi dengan mantap. Antara kebutuhan industri dengan ketersediaan tenaga kerja acapkali masih menjadi masalah.

Jika mengacu pada hasil survei tenaga kerja tahun 2016 dan 2017, memang benar bahwa alasan utama seseorang keluar dari pekerjaannya adalah penghasilan yang tidak sesuai dengan ekspektasi.

Namun jika dicermati lebih dalam, alasan kemampuan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pekerjaan tumbuh hingga 90,2% sepanjang 2016-2017. Artinya tenaga kerja yang merasa kemampuannya kurang atau tidak cocok dengan pekerjaan meningkat hingga hampir dua kali lipat.

Bahkan sebagian besar kejadian tersebut terjadi pada tenaga kerja dengan tingkat pendidikan Universitas.



Menurut analis Bank Mandiri, hal ini terjadi lantaran sebuah sektor pekerjaan terlihat menarik bagi lulusan baru (fresh graduate). Akan tetapi setelah dijalani, mereka menyadari bahwa kemampuannya tidak cocok untuk pekerjaan yang dipilih.

Ini menjadi suatu indikator bahwa jalur pendidikan yang dipilih oleh para pelajar semakin banyak yang tidak mampu menjawab kebutuhan industri. Dalam penelitian Bank Mandiri yang berjudul EconMark edisi Desember 2018, penyebabnya adalah kecepatan perubahan yang terjadi pada revolusi industri 4.0 yang eksponensial, yang terjadi di saat sistem edukasi dan pelatihan di Indonesia relatif sulit beradaptasi pada perubahan.

Potensi salah pilih jurusan pun menjadi semakin besar. Karena bisa jadi nama suatu pekerjaan di masa depan tetap sama, namun ternyata kemampuan yang dibutuhkan sudah jauh berbeda dengan yang ada sekarang ini.

Contohnya saja pekerjaan seorang analis data (data analyst) yang saat ini sudah banyak dituntut untuk memahami pemrograman dan sistem informasi basis data karena berkembangnya internet. Sekarang semua hal sudah tersambung dengan internet (Internet of Things/IOT).

Disamping itu, calon tenaga kerja juga harus mampu untuk melihat perkembangan dunia industri, karena pada akhirnya merekalah yang akan memutuskan untuk terjun di bidang di suatu bidang.

Dalam EconMark, analis analis Bank Mandiri mencatat beberapa Industri yang berkembang paling pesat sepanjang periode Juni 2017-May 2018. Tercatat industri perangkat lunak dan jasa sistem informasi merupakan yang paling pesat pertumbuhannya di Indonesia, ASEAN, maupun secara global. Disusul oleh industri pariwisata dan industri keuangan.

Artinya bidang itulah yang akan masih akan tumbuh berkembang dan membuka kesempatan yang lebih banyak untuk para generasi muda. Jadi untuk mereka yang ingin masuk dalam industri tersebut sudah harus bersiap dengan teknologi. Adapun industri yang tumbuh paling lambat di Indonesia adalah Seni, Disain, dan Keselamatan Publik.

Pola yang hampir sama juga terjadi secara global, yang menandakan arah perkembangan industri di Indonesia sejalan dengan tren global.

Berdasarkan survei pekerjaan masa depan yang dilakukan oleh World Economic Forum, beberapa pekerjaan diproyeksikan tumbuh hingga 33% pada tahun 2022. Pekerjaan tersebut antara lain:

- Saintis dan Analis Data (Data Analyst and Scientist)
- Spesialis Kecerdasan Buatan (AI and Machine Learning Specialist)
- Spesialis Big Data (Big Data Specialist)
- Pengembang dan Analis Perangkat Lunak dan Aplikasi (Software and Application Developers and Analyst)
- Profesional Inovasi (Innovation Professionals)
- Analis Informasi Keamanan (Information Security Analyst)
- Spesialis Teknologi Baru (New Technology Specialist)
- Spesialis Blockchain (Blockchain Specialist)
- Perancang Interaksi Mesin-Manusia dan Pengalaman Pengguna (User Experience and Human-Machine Interaction Designers)
- Profesional Penjual dan Pemasaran (Sales and Marketing Professionals)

Simak video mengenal revolusi industri 4.0 dan tantangannya di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]

TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/gus) Next Article Ternyata Ini Pekerjaan Bakal Paling Dicari Saat New Normal

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular