
IA-CEPA Resmi Diteken, Ke mana Jokowi dan PM Australia?
Rehia Indrayanti Beru Sebayang, CNBC Indonesia
04 March 2019 15:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah sembilan tahun mengupayakan perjanjian ekonomi Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA), RI dan Australia akhirnya menandatangani perjanjian perdagangan bebas yang penting itu pada Senin (4/3/2019).
IA-CEPA dipandang dapat meningkatkan perdagangan dan investasi kedua negara, dan mengintegrasikan ekonomi baik bilateral maupun regional. IA-CEPA juga menghapuskan semua (100%) tarif impor ke Australia untuk Indonesia dan akan mengeliminasi secara bertahap 94% tarif impor bagi Australia untuk masuk ke pasar Indonesia.
Namun, dalam acara penting tersebut Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) dan Perdana Menteri Australia Scott Morrison sama-sama tidak hadir.
Tidak seperti perjanjian RI dengan Korea Selatan dan China pada 2014 dan 2015 ataupun penandatangan perjanjian perdagangan Australia-Jepang yang dihadiri PM kedua negara secara langsung, penandatanganan perjanjian itu justru hanya dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla dari Indonesia, dan ditandatangani oleh Menteri Perdagangan Republik Indonesia Enggartiasto Lukita dan Menteri Perdagangan, Pariwisata dan Investasi Australia Simon Birmingham.
Akibat hal tersebut, banyak pihak berspekulasi ketidakhadiran kedua pemimpin tersebut lantaran ada ketegangan yang terjadi di antara keduanya terkait wacana pemindahan Kedutaan Besar Australia untuk Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem, yang secara tidak langsung berarti Australia menganggap Yerusalem sebagai ibu kota tunggal Israel.
Hal tersebut juga disinyalir menjadi alasan Indonesia mengancam untuk menahan penandatanganan IA-CEPA, yang seharusnya ditandatangani oleh kedua kepala negara pada November 2018.
Namun, Enggartiasto yang ditanyai wartawan terkait hal tersebut mengatakan baru terlaksananya penandatanganan ini terjadi lantaran banyak sekali hal yang harus diselesaikan, bukan akibat alasan tersebut.
"Tidak ada apa-apa (terkait isu Yerusalem-Palestina)... yang penting sudah ditandatangani," katanya.
Secara terpisah, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P. Roeslani, juga menyampaikan pernyataan yang sama dengan Enggartiasto saat ditanyai hal yang sama.
"Tidak ada kaitannya. Tidak ada kaitannya sama sekali," ujarnya.
Sementara itu, mengutip berita Australia ABC News, Ben Bland dari Lowy Institute menduga alasan utama kedua pemimpin tidak bisa menghadiri penandatangan IA-CEPA ini lantaran akan ada pemilihan umum presiden di Indonesia bulan April mendatang.
Sejalan dengan itu, perdagangan bebas menjadi topik yang tidak populer selama masa ini. Ia mengatakan retorika proteksionis selalu menjadi andalan kampanye pemilu Indonesia.
"Ada perasaan di sini bahwa Indonesia tidak selalu membutuhkan investasi asing, dan di depan umum ada permusuhan tertentu untuk perdagangan bebas dan membuka diri ke negara-negara asing," kata Ben Bland.
"Ada alasan bahwa politisi mungkin tidak ingin terlalu mempermasalahkannya," ujarnya.
Simak video penjelasan mendag soal ekspor di bawah ini.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Gegara Politik, Mendag Sebut IA-CEPA tak Diteken Tahun ini
IA-CEPA dipandang dapat meningkatkan perdagangan dan investasi kedua negara, dan mengintegrasikan ekonomi baik bilateral maupun regional. IA-CEPA juga menghapuskan semua (100%) tarif impor ke Australia untuk Indonesia dan akan mengeliminasi secara bertahap 94% tarif impor bagi Australia untuk masuk ke pasar Indonesia.
Namun, dalam acara penting tersebut Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) dan Perdana Menteri Australia Scott Morrison sama-sama tidak hadir.
![]() |
Tidak seperti perjanjian RI dengan Korea Selatan dan China pada 2014 dan 2015 ataupun penandatangan perjanjian perdagangan Australia-Jepang yang dihadiri PM kedua negara secara langsung, penandatanganan perjanjian itu justru hanya dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla dari Indonesia, dan ditandatangani oleh Menteri Perdagangan Republik Indonesia Enggartiasto Lukita dan Menteri Perdagangan, Pariwisata dan Investasi Australia Simon Birmingham.
Akibat hal tersebut, banyak pihak berspekulasi ketidakhadiran kedua pemimpin tersebut lantaran ada ketegangan yang terjadi di antara keduanya terkait wacana pemindahan Kedutaan Besar Australia untuk Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem, yang secara tidak langsung berarti Australia menganggap Yerusalem sebagai ibu kota tunggal Israel.
Hal tersebut juga disinyalir menjadi alasan Indonesia mengancam untuk menahan penandatanganan IA-CEPA, yang seharusnya ditandatangani oleh kedua kepala negara pada November 2018.
Namun, Enggartiasto yang ditanyai wartawan terkait hal tersebut mengatakan baru terlaksananya penandatanganan ini terjadi lantaran banyak sekali hal yang harus diselesaikan, bukan akibat alasan tersebut.
"Tidak ada apa-apa (terkait isu Yerusalem-Palestina)... yang penting sudah ditandatangani," katanya.
Secara terpisah, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P. Roeslani, juga menyampaikan pernyataan yang sama dengan Enggartiasto saat ditanyai hal yang sama.
"Tidak ada kaitannya. Tidak ada kaitannya sama sekali," ujarnya.
![]() |
Sementara itu, mengutip berita Australia ABC News, Ben Bland dari Lowy Institute menduga alasan utama kedua pemimpin tidak bisa menghadiri penandatangan IA-CEPA ini lantaran akan ada pemilihan umum presiden di Indonesia bulan April mendatang.
Sejalan dengan itu, perdagangan bebas menjadi topik yang tidak populer selama masa ini. Ia mengatakan retorika proteksionis selalu menjadi andalan kampanye pemilu Indonesia.
"Ada perasaan di sini bahwa Indonesia tidak selalu membutuhkan investasi asing, dan di depan umum ada permusuhan tertentu untuk perdagangan bebas dan membuka diri ke negara-negara asing," kata Ben Bland.
"Ada alasan bahwa politisi mungkin tidak ingin terlalu mempermasalahkannya," ujarnya.
Simak video penjelasan mendag soal ekspor di bawah ini.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Gegara Politik, Mendag Sebut IA-CEPA tak Diteken Tahun ini
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular