Yakin Keseimbangan Primer Bisa Surplus Pak Jokowi?

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
28 February 2019 15:15
Waspada Gali Lubang - Tutup Lubang
Foto: Infografis, Arie Pratama
Kondisi ini semestinya membuat pemerintah perlu meningkatkan alarm kewaspadaan mengingat harga-harga komoditas memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap penerimaan negara. Pasalnya, harga beberapa komoditas andalan Indonesia berpotensi tak akan sebagus tahun lalu karena dipengaruhi kondisi perekonomian global yang masih tak pasti.

Hal ini bisa dicermati jika melihat harga minyak dunia. Harga 'emas hitam' masih terus diliputi oleh bayang-bayang banjirnya pasokan akibat pasokan dari AS yang terus meningkat. Produksi minyak Negeri Paman Sam sudah meningkat lebih dari 2 juta barel/hari sejak awal 2018 dan telah mencetak rekor baru (12 juta barel/hari) beberapa waktu lalu.



Bahkan kemarin (26/2/2019), Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa harga minyak sudah terlampau mahal.

"Harga minyak naik terlalu tinggi. OPEC, mohon rileks dan santai saja. Dunia tidak bisa menanggung kenaikan harga [minyak]. Terlalu riskan!" tulis Trump melalui akun Twitter pribadinya.

Cuitan Trump tersebut mampu membuat harga minyak anjlok lebih dari 3% dalam satu malam. Sebab bila AS terus meningkatkan produksi, keseimbangan di pasar global bisa terganggu.


Selain itu, harga batu bara yang masih berada di level yang rendah juga perlu diwaspadai. Apalagi komoditas ini merupakan andalan Indonesia yang menyumbang sekitar 15% dari total ekspor non-migas pada tahun 2018.

Harga batu bara asal Newcastle, Australia yang seringkali dijadikan acuan, sudah terpangkas sekitar 6% sejak awal tahun 2019 dan masih belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan yang signifikan.

Dalang utamanya adalah pertumbuhan ekonomi China tahun 2018 yang berada di posisi paling rendah sejak 1990. Hal tersebut terjadi lantaran perekonomian China banyak ditopang oleh industri manufaktur yang masif. Saat ekonomi China melambat, maka permintaan batu bara juga berpotensi turun.

Terlebih, separuh dari konsumsi batu bara dunia dipegang oleh Negeri Panda. Dengan begini, pemerintah perlu menyiapkan strategi yang sekiranya dapat mencegah defisit keseimbangan primer. Bila tidak, siap-siap gali lubang tutup lubang lagi untuk membiayai utang.



TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/tas)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular