Swasta Mau Jual Avtur di RI, Pertamina: Siap Bersaing, Tapi..
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
18 February 2019 17:51

Jakarta, CNBC Indonesia- Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan sejumlah Menteri Kabinet Kerja menginginkan penjualan avtur tak lagi dimonopoli PT Pertamina (Persero). Sejumlah perusahaan swasta pun telah memberi sinyal bakal masuk ke bisnis jual-beli avtur di RI.
Merespons hal tersebut, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, menyambutnya sebagai tantangan. "Ya itu tantangan dan kita siap karena secara regulasi sudah dibuka kan. Aturan itu sudah ada sudah lama, jadi semua boleh masuk," ujarnya, ditemui di kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Senin (18/2/2019).
Pemerintah sebenarnya sudah membolehkan swasta masuk dalam bisnis avtur. Aturan Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas) Nomor 13/P/BPH Migas/IV/Tahun 2008 dan Keputusan Menteri ESDM Nomor 17 K/10/MEM/2019 jadi landasannya.
Nicke pun mengaku siap bersaing jika swasta bakal merebut status pemain tunggal Pertamina dalam bisnis avtur. "Persaingan itu sudah terjadi di mana-mana, itu merupakan tantangan bagi kita dan kita siap," tegasnya.
Hanya saja, Nicke mengingatkan, untuk memasok avtur ke bandara memerlukan infrastruktur. "Karena semua kan ada persyaratannya karena bio to entry-nya juga cukup besar. Ya karena harus mempunyai infrastruktur," beber Nicke.
Saat ditanya apakah ada kemungkinan Pertamina bekerjasama dengan AP I dan II untuk pengelolaan infrastruktur bersama agar swasta bisa juga masuk, Nicke hanya mengatakan. "Aturannya di ESDM sendiri regulasinya adalah yang supply inilah yang harus bangun infrastruktur jadi itu adalah tanggung jawab kita siapkan infrastruktur," jelasnya.
CNBC Indonesia sempat bertemu dengan seorang petinggi perusahaan migas internasional yang tak mau dibuka identitasnya. Dari perbincangan sangat terbaca, bahwa perusahaannya sangat berminat masuk ke pasar avtur RI.
Ia menjelaskan untuk memasok avtur ke bandara memerlukan infrastruktur dan mata rantai yang cukup banyak.
Dimulai dari kilang untuk mengolah avtur, lalu avtur dipasok ke terminal BBM dengan berbagai moda transportasi; bisa lewat pelabuhan atau darat tergantung letak bandara dan terminal penyimpanan BBM.
Dari terminal BBM, avtur harus diangkut lagi ke bandara dan disimpan di fasilitas penampungan yang disediakan bandara. Lalu, ada juga pembangunan pipa bawah tanah untuk menyalurkan avtur ke pesawat. Atau jika tidak gunakan pipa bawah tanah, menggunakan truk penyalur untuk memasok avtur ke bandara.
Masalahnya, semua infrastruktur tersebut selama ini dibangun dan dimiliki oleh Pertamina saja. "Sementara di luar negeri, ini dikelola oleh pihak bandara atau dikerjasamakan oleh pihak bandara," kata dia, Rabu (13/2/2019).
Pernyataan serupa juga ditegaskan oleh Direktur Utama PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) Haryanto Adikoesumo. "Idealnya seperti itu, jika ada bandara baru biasanya stakeholdernya diajak kerjasama oleh bandara. Di Singapura di mana-mana seperti itu, open access jadi bisa ada kompetisi," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (13/2/2019).
AKR contohnya saat ini sedang mengincar penjualan avtur, dengan menggandeng BP. Namun, mereka mengincar pasar Indonesia Timur terlebih dulu. "Karena di sana banyak bandara baru, jadi kami bisa gabung dan masuk dari awal untuk infrastrukturnya," jelasnya.
Untuk infrastruktur, kata Haryanto, AKR diuntungkan karena sebelumnya sudah memiliki terminal-terminal BBM. "Kalau kilang kan tidak perlu, karena avtur kita hampir separuhnya itu impor. Jadi infrastrukturnya untuk kami tidak banyak menelan biaya," kata dia.
Saksikan video eksklusif tentang AKR masuk ke bisnis avtur di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(gus/gus) Next Article Penerbangan Meningkat, Ini Persiapan Pertamina Pasok Avtur
Merespons hal tersebut, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, menyambutnya sebagai tantangan. "Ya itu tantangan dan kita siap karena secara regulasi sudah dibuka kan. Aturan itu sudah ada sudah lama, jadi semua boleh masuk," ujarnya, ditemui di kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Senin (18/2/2019).
Nicke pun mengaku siap bersaing jika swasta bakal merebut status pemain tunggal Pertamina dalam bisnis avtur. "Persaingan itu sudah terjadi di mana-mana, itu merupakan tantangan bagi kita dan kita siap," tegasnya.
Hanya saja, Nicke mengingatkan, untuk memasok avtur ke bandara memerlukan infrastruktur. "Karena semua kan ada persyaratannya karena bio to entry-nya juga cukup besar. Ya karena harus mempunyai infrastruktur," beber Nicke.
Saat ditanya apakah ada kemungkinan Pertamina bekerjasama dengan AP I dan II untuk pengelolaan infrastruktur bersama agar swasta bisa juga masuk, Nicke hanya mengatakan. "Aturannya di ESDM sendiri regulasinya adalah yang supply inilah yang harus bangun infrastruktur jadi itu adalah tanggung jawab kita siapkan infrastruktur," jelasnya.
CNBC Indonesia sempat bertemu dengan seorang petinggi perusahaan migas internasional yang tak mau dibuka identitasnya. Dari perbincangan sangat terbaca, bahwa perusahaannya sangat berminat masuk ke pasar avtur RI.
![]() |
Ia menjelaskan untuk memasok avtur ke bandara memerlukan infrastruktur dan mata rantai yang cukup banyak.
Dimulai dari kilang untuk mengolah avtur, lalu avtur dipasok ke terminal BBM dengan berbagai moda transportasi; bisa lewat pelabuhan atau darat tergantung letak bandara dan terminal penyimpanan BBM.
Dari terminal BBM, avtur harus diangkut lagi ke bandara dan disimpan di fasilitas penampungan yang disediakan bandara. Lalu, ada juga pembangunan pipa bawah tanah untuk menyalurkan avtur ke pesawat. Atau jika tidak gunakan pipa bawah tanah, menggunakan truk penyalur untuk memasok avtur ke bandara.
Masalahnya, semua infrastruktur tersebut selama ini dibangun dan dimiliki oleh Pertamina saja. "Sementara di luar negeri, ini dikelola oleh pihak bandara atau dikerjasamakan oleh pihak bandara," kata dia, Rabu (13/2/2019).
Pernyataan serupa juga ditegaskan oleh Direktur Utama PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) Haryanto Adikoesumo. "Idealnya seperti itu, jika ada bandara baru biasanya stakeholdernya diajak kerjasama oleh bandara. Di Singapura di mana-mana seperti itu, open access jadi bisa ada kompetisi," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (13/2/2019).
AKR contohnya saat ini sedang mengincar penjualan avtur, dengan menggandeng BP. Namun, mereka mengincar pasar Indonesia Timur terlebih dulu. "Karena di sana banyak bandara baru, jadi kami bisa gabung dan masuk dari awal untuk infrastrukturnya," jelasnya.
Untuk infrastruktur, kata Haryanto, AKR diuntungkan karena sebelumnya sudah memiliki terminal-terminal BBM. "Kalau kilang kan tidak perlu, karena avtur kita hampir separuhnya itu impor. Jadi infrastrukturnya untuk kami tidak banyak menelan biaya," kata dia.
Saksikan video eksklusif tentang AKR masuk ke bisnis avtur di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(gus/gus) Next Article Penerbangan Meningkat, Ini Persiapan Pertamina Pasok Avtur
Most Popular