Wah! Ada yang Bisa Beri Harga Avtur Lebih Murah 25%

Fitriyah Said, CNBC Indonesia
15 February 2019 15:59
Rupanya kenaikan harga tiket tersebut berdampak panjang, hingga ke sektor sektor pariwisata.
Foto: Hariyadi Sukamdani, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) (CNBC Indonesia/Lynda Hasibuan)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga avtur yang tinggi membuat maskapai harus melakukan penyesuaian dengan menaikkan harga tiket pesawat. Rupanya kenaikan harga tiket tersebut berdampak panjang, hingga ke sektor sektor pariwisata.

Tingkat kunjungan hotel turun karena masyarakat menunda perjalanan wisata karena kenaikan harga tiket tersebut. Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani akhirnya ikut angkat bicara.

Hariyadi mengatakan kenaikan tarif tiket pesawat mengakibatkan anjloknya okupansi hotel hingga 40%. Penjelasan langsung Haryadi Sukamdari saat wawancara dengan CNBC Indonesia di program Squawk Box CNBC Indonesia, (Jumat, 15/02/2019).

Apa dampak dari kenaikan harga tiket terhadap pariwisata kita?
Tadi pagi saya sempat membaca disalah satu media cetak koran yang terbit hari ini Menteri Perhubunganpun (menyampaikan) statement "jangan ada dusta diantara kita" artinya Menhub sendiri memberikan perhatian yang penuh.

Bagaimana gitu loh (bingung), menurut berita yang saya baca ya, bahwa ternyata harga avtur Pertamina itu tidak turun, disatu sisi juga ada pernyataan dari juru bicara Menteri Keuangan bahwa pajak itu tidak apa pengaruhnya secara langsung kepada kenaikan avtur.

Nah, disisi lain kami melihat bahwa di Indonesia itu hanya ada dua grup penerbangan sekarang. Hanya ada Garuda dan Lion Air. Air Asia sebetulnya lebih cocok itu dibilang regional air lines.

Nah, kita juga tidak tau komposisi dari dua perusahaan penerbangan ini bagaimana? Karena kenyataannya, dua duanya itu naiknya (harga tiket) kemarin 40%. Hanya bedanya Garuda tidak mengumumkan kenaikan harga tapi dia menghilangkan kelas, kalau Lion Air mengenakan ketentuan bagasi berbayar. Tapi kalau diitung dua duanya naiknya juga 40%.

Bagaimana pengaruhnya ke tingkat hunian hotel?
Jadi yang jelas dampaknya ini sekarang sudah terasa dikami ya! Saat kami Rapimnas dan Rakernas teman-teman daerah sudah menyampaikan (hunian) dropnya antara 20-40%. Mereka menyampaikan bahwa kegiatan ekonomi juga mulai terganggu.

Toko oleh-oleh (yang dikelola) UMKM yang biasanya itu juga omsetnya cukup bagus, sekarang juga drop. Jangan lupa kalau bulan Januari sampai dengan April adalah musim sepi, jadi musim low season. Nah inikan jadi aneh juga, pada saat low season justru ada kenaikan harga.

Saat situasi normal situasiny tidak begitu?
Ya, betul, iya

Menanggapi kondisi ini, apa yang seharusnya menurut PHRI harus dilakukan?
Jadi kalau untuk pariwisata itu, harga tiket terjangkau adalah kata kunci suksesnya pariwisata. Jadi kalau usulan kami pertama memang Pertamina tidak boleh memonopoli terus-terusan.

Saya mendapatkan dari sumber yang dipercaya, yaitu adanya perusahaan yang mau masuk. Ini yang ngomong adalah orang dari investor yang mau masuk di avtur.

Mereka bilang mereka bisa memberikan harga 20-25% lebih rendah dari harga yang saat ini Pertamina berikan. Ini kan sesuatu indikasi juga bahwa ini ada yang harus dibenahi masalah monopoli ini.

Dan saya juga tidak setuju kalau dibilang bahwa "Kenaikan ini karena adanya kebijakan BBM satu harga. Karena kemarin saya datang disalah satu TV swasta Direktur Utamanya bilang sendiri bahwa, kebijakan BBM satu harga ini nilainya itu 0 ,05% dari seluruh omsetnya Pertamina.

Jadi tidak signifikan. Nah kedua rekomendasi kami, bebaskan pesawat regional masuk ke Indonesia. Artinya pesawat- pesawat seperti Jet Star, seperti pesawat SQ dan sebagainya boleh dikasi rute domestik.

Tekan Harga Tiket, PHRI: Undang Maskapai Regional Masuk
[Gambas:Video CNBC]
(hps) Next Article Resor di Bintan Bangkrut, Satu Per Satu Bisnis Hotel Tumbang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular