Swasta Beri Sinyal Positif Untuk Bisnis Avtur di RI, Tapi...

Gustidha Budiartie & Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
14 February 2019 14:14
Swasta menyambut ajakan investasi bisnis avtur di RI, tapi mereka punya halangan tersendiri
Foto: REUTERS/Toby Melville
Jakarta, CNBC Indonesia- Setelah sempat disinggung oleh Presiden Joko Widodo terkait monopoli penjualan avtur oleh PT Pertamina (Persero), Wakil Presiden Jusuf Kalla pun memberi lampu hijau untuk hadirnya badan usaha selain Pertamina dalam menjual bahan bakar jenis avtur.

Baik Presiden Jokowi maupun Wapres Jusuf Kalla optimistis bahwa swasta tertarik dengan ceruk pasar bisnis avtur RI yang menggoda.



Sinyal dari Jokowi mulai bersambut di kalangan pebisnis migas, terutama level-level kelas dunia.

CNBC Indonesia bertemu dengan seorang petinggi perusahaan migas internasional yang tak mau dibuka identitasnya. Dari perbincangan sangat terbaca, bahwa perusahaannya sangat berminat masuk ke pasar avtur RI.

Ia menjelaskan untuk memasok avtur ke bandara memerlukan infrastruktur dan mata rantai yang cukup banyak. 

Dimulai dari kilang untuk mengolah avtur, lalu avtur dipasok ke terminal BBM dengan berbagai moda transportasi; bisa lewat pelabuhan atau darat tergantung letak bandara dan terminal penyimpanan BBM.

Dari terminal BBM, avtur harus diangkut lagi ke bandara dan disimpan di fasilitas penampungan yang disediakan bandara. Lalu, ada juga pembangunan pipa bawah tanah untuk menyalurkan avtur ke pesawat. Atau jika tidak gunakan pipa bawah tanah, menggunakan truk penyalur untuk memasok avtur ke bandara.

Masalahnya, semua infrastruktur tersebut selama ini dibangun dan dimiliki oleh Pertamina saja. "Sementara di luar negeri, ini dikelola oleh pihak bandara atau dikerjasamakan oleh pihak bandara," kata dia, Rabu (13/2/2019).

Pernyataan serupa juga ditegaskan oleh Direktur Utama PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) Haryanto Adikoesumo. "Idealnya seperti itu, jika ada bandara baru biasanya stakeholdernya diajak kerjasama oleh bandara. Di Singapura di mana-mana seperti itu, open access jadi bisa ada kompetisi," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (13/2/2019).

AKR contohnya saat ini sedang mengincar penjualan avtur, dengan menggandeng BP. Namun, mereka mengincar pasar Indonesia Timur terlebih dulu. "Karena di sana banyak bandara baru, jadi kita bisa gabung dan masuk dari awal untuk infrastrukturnya," jelasnya.

Untuk infrastruktur, kata Haryanto, AKR diuntungkan karena sebelumnya sudah memiliki terminal-terminal BBM. "Kalau kilang kan tidak perlu, karena avtur kita hampir separuhnya itu impor. Jadi infrastrukturnya untuk kami tidak banyak menelan biaya," kata dia.

Ia memaparkan untuk bisnis avtur ini perusahaan sudah menyiapkan infrastruktur karena sudah memiliki beberapa titik penampungan, yakni hingga 16 titik.

"Infrastruktur di pelabuhan dan darat siap, kami cukup expertise untuk bisnis di avtur ini," paparnya. 

Shell dan Total
General Manager External Relations PT Shell Indonesia Rhea Sianipar menuturkan, Shell belum bisa memberikan tanggapan lebih lanjut, pasalnya saat ini pihaknya ingin melihat terlebih dahulu perkembangan dari pemerintah.

"Kami belum bisa memberikan tanggapan. Kami ingin lihat perkembangan arahan pemerintah dulu bersama-sama," ujar Rhea saat dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (14/2/2019).

Hal serupa juga disampaikan oleh Brand Manager PCMO & Fleet PT Total Oil Indonesia Magda Naibaho mengatakan, sampai saat ini belum ada pembicaraan di perusahaan terkait dengan rencana penjualan avtur tersebut. Sehingga, ia belum bisa memastikan minat perusahaan.

"Belum bisa berkomentar karena kan memang belum ada pembicaraan," ujar Magda kepada CNBC Indonesia saat dihubungi Selasa (12/2/2019).

Saksikan Wakil Presiden Jusuf Kalla memberi lampu hijau agar swasta segera masuk ke bisnis avtur 

[Gambas:Video CNBC]
(gus/gus) Next Article Akhirnya Harga Pertamax Cs Turun, Ini Perbandingan Harga BBM

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular