
LRT Palembang Sepi Penumpang, Apa Pembelaan Kemenhub?
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
13 February 2019 20:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepinya tingkat utilisasi moda transportasi kereta ringan cepat atau light rail transit (LRT) di Palembang, Sumatera Selatan, jadi sorotan publik belakangan ini. Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan mengakui, operasional LRT Palembang saat ini memang masih belum optimal.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zulfikri, menyatakan, LRT Palembang mulai dibuka secara komersial per Oktober 2018 pascaperhelatan Asian Games 2018. Saat ini Kemenhub masih berupaya menyelesaikan agar waktu tempuhnya bisa lebih cepat dari satu jam menjadi 42 menit.
Moda transportasi massa itu menelan biaya investasi Rp 10,9 triliun. Untuk operasionalnya, Kemenhub akan memberikan subsidi sebesar Rp 123 miliar di tahun ini.
"Hitung-hitungan kita sampai tiga tahun masih butuh subsidi," kata Zulfikri seusai acara Focus Grup Discussion LRT Jabodebek dan Palembang, di Jakarta, Rabu (13/2/2019).
Dijelaskan Zulfikri, awalnya, tujuan dibangunnya LRT Palembang sebagai moda transportasi selama kegiatan Asian Games di Palembang.
"Selama Asian Games LRT Sumsel sudah mengangkut sekitar 2.500 atlet, media official, dari bandara ke Jakabaring dari 32 negara," imbuhnya.
Selain itu, kata Zulfikri, kondisi Palembang dengan populasi penduduk yang mencapai 1,5 juta orang sudah masuk kategori kota besar yang membutuhkan angkutan massal.
Namun memang, harus diakui, tidak mudah untuk mengubah kebiasaan masyarakat dari yang sebelumnya menggunakan kendaraan pribadi untuk beralih ke kendaraan publik.
"Untuk mengubah kebiasaan masih perlu waktu, kita terus usahakan, integrasi antarmoda adalah kunci," jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengusulkan agar pemerintah daerah menata ulang rute angkutan bus di Palembang agar lebih mudah menjangkau stasiun-stasiun LRT terdekat.
"Ini tolong lakukan re-routing bus TransMusi, kita sudah sampaikan dua tahun lalu. Orang-orang di kawasan perumahan menuju mendekat stasiun terdekat. Tanpa itu orang-orang Palembang juga tidak mau menggunakan," kata Djoko.
Selain itu, pemerintah daerah juga harus menyiapkan sejumlah infrastruktur penunjang seperti fasilitas parkir kendaraan dan membangun jalur pedestrian yang lebih memadai.
"Mereka tidak menyiapkan park and ride di tengah kota. Di sisi lain kelengkapan jalur pedestrian belum sempurna," tandasnya.
Simak video penjelasan Direktur Utama Adhi Karya di bawah ini.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article 60% Uang Subsidi KA Perintis Tersedot ke LRT Palembang
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zulfikri, menyatakan, LRT Palembang mulai dibuka secara komersial per Oktober 2018 pascaperhelatan Asian Games 2018. Saat ini Kemenhub masih berupaya menyelesaikan agar waktu tempuhnya bisa lebih cepat dari satu jam menjadi 42 menit.
Moda transportasi massa itu menelan biaya investasi Rp 10,9 triliun. Untuk operasionalnya, Kemenhub akan memberikan subsidi sebesar Rp 123 miliar di tahun ini.
Dijelaskan Zulfikri, awalnya, tujuan dibangunnya LRT Palembang sebagai moda transportasi selama kegiatan Asian Games di Palembang.
"Selama Asian Games LRT Sumsel sudah mengangkut sekitar 2.500 atlet, media official, dari bandara ke Jakabaring dari 32 negara," imbuhnya.
Selain itu, kata Zulfikri, kondisi Palembang dengan populasi penduduk yang mencapai 1,5 juta orang sudah masuk kategori kota besar yang membutuhkan angkutan massal.
Namun memang, harus diakui, tidak mudah untuk mengubah kebiasaan masyarakat dari yang sebelumnya menggunakan kendaraan pribadi untuk beralih ke kendaraan publik.
"Untuk mengubah kebiasaan masih perlu waktu, kita terus usahakan, integrasi antarmoda adalah kunci," jelasnya.
![]() |
Pada kesempatan yang sama, pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengusulkan agar pemerintah daerah menata ulang rute angkutan bus di Palembang agar lebih mudah menjangkau stasiun-stasiun LRT terdekat.
"Ini tolong lakukan re-routing bus TransMusi, kita sudah sampaikan dua tahun lalu. Orang-orang di kawasan perumahan menuju mendekat stasiun terdekat. Tanpa itu orang-orang Palembang juga tidak mau menggunakan," kata Djoko.
Selain itu, pemerintah daerah juga harus menyiapkan sejumlah infrastruktur penunjang seperti fasilitas parkir kendaraan dan membangun jalur pedestrian yang lebih memadai.
"Mereka tidak menyiapkan park and ride di tengah kota. Di sisi lain kelengkapan jalur pedestrian belum sempurna," tandasnya.
Simak video penjelasan Direktur Utama Adhi Karya di bawah ini.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article 60% Uang Subsidi KA Perintis Tersedot ke LRT Palembang
Most Popular