
Internasional
Pencalonan Diri Putri Thailand sebagai PM Dobrak Tradisi Lama
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
08 February 2019 15:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Keluarga Raja Thailand membuat langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya: terjun ke dunia politik.
Hal ini terjadi Jumat (08/02/2019) ketika saudara perempuan Raja Maha Vajiralongkorn dinyatakan sebagai kandidat perdana menteri (PM) dalam pemilihan umum 24 Maret mendatang, menurut dokumen pendaftaran.
Pencalonan Putri Ubolratana Rajakanya Sirivadhana Barnavadi, 67, akan mendobrak politik Thailand yang saat ini sebenarnya sudah bergolak. Ini karena langkah tersebut melanggar tradisi lama keluarga kerajaan yang menjauhi politik.
Ubolratana akan mencalonkan diri sebagai kandidat untuk sebuah partai yang setia pada mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra yang digulingkan. Salah satu lawan utamanya adalah Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha, pemimpin junta militer, yang juga mengumumkan pencalonannya pada hari Jumat.
Thailand telah menjadi monarki konstitusional sejak 1932, tetapi keluarga kerajaan memiliki pengaruh besar dan memerintahkan pengabdian jutaan orang.
Pemilu itu telah dipandang sebagai pertempuran antara pendukung Thaksin dan sekutu mereka dengan pemerintahan kerajaan-militer. Namun, pencalonan anggota keluarga kerajaan oleh partai Raksa Chart Thailand yang pro-Thaksin dapat mengubah hal itu.
"Ini adalah perkembangan mendalam yang akan membentuk kontur dan dinamika politik Thailand sebelum dan sesudah pemilihan. Partai Raksa Chart Thailand adalah pesaing utama sekarang," kata Thitinan Pongsudhirak, seorang analis politik di Universitas Chulalongkorn, kepada Reuters dan dikutip oleh Telegraph.
Ubolratana melepaskan gelar kerajaannya pada tahun 1972 ketika dia menikah dengan seorang Amerika, sesama mahasiswa di Massachusetts Institute of Technology (MIT), Peter Jensen. Dia tinggal di Amerika Serikat selama lebih dari 26 tahun sebelum bercerai di 1998.
Konflik yang membara antara elite kerajaan yang berpusat di Bangkok dan populis yang lebih berbasis di pedesaan yang setia kepada Thaksin telah menghasilkan protes jalanan, kudeta militer, dan bentrokan keras selama hampir 15 tahun, dan tidak jelas apakah jika anggota keluarga kerajaan memasuki politik akan mempengaruhi kesetiaan mereka atau tidak.
"Asumsi dan skenario sebelumnya harus dipertimbangkan kembali," kata Thitinan.
"Jika ini berjalan dengan baik, itu akan menjadi proses rekonsiliasi dan persatuan. Jika ini tidak berjalan dengan baik, itu akan menimbulkan risiko yang mengkhawatirkan dan risiko yang lebih besar bagi masa depan politik Thailand."
(prm) Next Article Tantang Junta Militer, Putri Thailand Calonkan Diri Jadi PM
Hal ini terjadi Jumat (08/02/2019) ketika saudara perempuan Raja Maha Vajiralongkorn dinyatakan sebagai kandidat perdana menteri (PM) dalam pemilihan umum 24 Maret mendatang, menurut dokumen pendaftaran.
Pencalonan Putri Ubolratana Rajakanya Sirivadhana Barnavadi, 67, akan mendobrak politik Thailand yang saat ini sebenarnya sudah bergolak. Ini karena langkah tersebut melanggar tradisi lama keluarga kerajaan yang menjauhi politik.
Thailand telah menjadi monarki konstitusional sejak 1932, tetapi keluarga kerajaan memiliki pengaruh besar dan memerintahkan pengabdian jutaan orang.
Pemilu itu telah dipandang sebagai pertempuran antara pendukung Thaksin dan sekutu mereka dengan pemerintahan kerajaan-militer. Namun, pencalonan anggota keluarga kerajaan oleh partai Raksa Chart Thailand yang pro-Thaksin dapat mengubah hal itu.
"Ini adalah perkembangan mendalam yang akan membentuk kontur dan dinamika politik Thailand sebelum dan sesudah pemilihan. Partai Raksa Chart Thailand adalah pesaing utama sekarang," kata Thitinan Pongsudhirak, seorang analis politik di Universitas Chulalongkorn, kepada Reuters dan dikutip oleh Telegraph.
![]() |
Ubolratana melepaskan gelar kerajaannya pada tahun 1972 ketika dia menikah dengan seorang Amerika, sesama mahasiswa di Massachusetts Institute of Technology (MIT), Peter Jensen. Dia tinggal di Amerika Serikat selama lebih dari 26 tahun sebelum bercerai di 1998.
Konflik yang membara antara elite kerajaan yang berpusat di Bangkok dan populis yang lebih berbasis di pedesaan yang setia kepada Thaksin telah menghasilkan protes jalanan, kudeta militer, dan bentrokan keras selama hampir 15 tahun, dan tidak jelas apakah jika anggota keluarga kerajaan memasuki politik akan mempengaruhi kesetiaan mereka atau tidak.
"Asumsi dan skenario sebelumnya harus dipertimbangkan kembali," kata Thitinan.
"Jika ini berjalan dengan baik, itu akan menjadi proses rekonsiliasi dan persatuan. Jika ini tidak berjalan dengan baik, itu akan menimbulkan risiko yang mengkhawatirkan dan risiko yang lebih besar bagi masa depan politik Thailand."
(prm) Next Article Tantang Junta Militer, Putri Thailand Calonkan Diri Jadi PM
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular