
Tarif Tol Mahal, Pengusaha: Kami itu Kayak Di-Sandwich!
Iswari Anggit, CNBC Indonesia
06 February 2019 20:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menggelar diskusi dengan para pengusaha logistik di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (6/2/2019) pagi.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Mahendra Rianto menyampaikan sederet tantangan yang dihadapi pelaku usaha logistik. Mulai dari kredit armada hingga ongkos jalan tol.
"Kami itu kayak di-sandwich sebagai penyedia jasa logistik," ujar Mahendra.
Pertama, dari sisi daya beli. Menurut dia, kemampuan daya beli pelanggan tidak mengalami kenaikan. Kedua, dari sisi tarif, harga jasa logistik tidak dapat dinaikkan seenaknya karena sudah ada kontrak logistik.
"Yang boleh mengubah kita adalah BBM yang naik atau UMR yang naik, selebihnya enggak. Kalau BBM-nya turun naik kita dikasih plafon, range-nya adalah plus minus 500 rupiah. Kalau kenaikannya plus minus 500 rupiah BBM itu maka kita gak boleh naik. Artinya kita sudah dipatok di atas."
Ketiga, kredit pengadaan kendaraan. Mahendra mengatakan kredit kendaraan tidaklah murah. Jangka waktunya pun hanya lima tahun sehingga hal itu menjadi fixed cost sehingga margin perusahaan tergerus.
Keempat, biaya tol, termasuk Jalan Tol Trans Jawa yang belakangan menjadi pembicaraan. Apabila tarif tol mahal, maka margin perusahaan habis sehingga sulit membayar utang.
"Usulan kami adalah dari sisi bawah fix cost diundur yang tadinya kredit hanya 5 tahun menjadi dibuatlah 8 tahun 10 tahun. Kedua biaya tol (Rp 1,3 juta untuk Jakarta-Surabaya) kalau kita suruh bayar gak bisa segitu, setengahnya," ujar Mahendra.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Mahal, Akankah Pengemudi Truk Tetap Memilih Tol Trans Jawa?
Wakil Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Mahendra Rianto menyampaikan sederet tantangan yang dihadapi pelaku usaha logistik. Mulai dari kredit armada hingga ongkos jalan tol.
"Kami itu kayak di-sandwich sebagai penyedia jasa logistik," ujar Mahendra.
Pertama, dari sisi daya beli. Menurut dia, kemampuan daya beli pelanggan tidak mengalami kenaikan. Kedua, dari sisi tarif, harga jasa logistik tidak dapat dinaikkan seenaknya karena sudah ada kontrak logistik.
"Yang boleh mengubah kita adalah BBM yang naik atau UMR yang naik, selebihnya enggak. Kalau BBM-nya turun naik kita dikasih plafon, range-nya adalah plus minus 500 rupiah. Kalau kenaikannya plus minus 500 rupiah BBM itu maka kita gak boleh naik. Artinya kita sudah dipatok di atas."
Ketiga, kredit pengadaan kendaraan. Mahendra mengatakan kredit kendaraan tidaklah murah. Jangka waktunya pun hanya lima tahun sehingga hal itu menjadi fixed cost sehingga margin perusahaan tergerus.
Keempat, biaya tol, termasuk Jalan Tol Trans Jawa yang belakangan menjadi pembicaraan. Apabila tarif tol mahal, maka margin perusahaan habis sehingga sulit membayar utang.
"Usulan kami adalah dari sisi bawah fix cost diundur yang tadinya kredit hanya 5 tahun menjadi dibuatlah 8 tahun 10 tahun. Kedua biaya tol (Rp 1,3 juta untuk Jakarta-Surabaya) kalau kita suruh bayar gak bisa segitu, setengahnya," ujar Mahendra.
Simak video Menteri BUMN Rini Soemarno menelusuri Jalan Tol Trans Jawa di bawah ini.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Mahal, Akankah Pengemudi Truk Tetap Memilih Tol Trans Jawa?
Most Popular