
Bukan Tak Mungkin Pertumbuhan Ekonomi Bisa 7%, Caranya?
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
02 February 2019 07:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia harus mengubah tulang punggung ekonomi dari ketergantungan akan ekspor komoditas menuju ke industrialisasi. Hal ini dilakukan jika ingin meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Ekonom Bank Mandiri Dendi Ramdani menyampaikan, memang bukan langkah mudah dan cepat untuk melakukan hal tersebut. Apalagi, Indonesia sudah terlena dengan komoditas, sehingga perlu upaya keras untuk membuat pertumbuhan ekonomi merangkak bebas dari 5%.
Namun, lanjutnya, apa yang sedang dilakukan pemerintah saat ini dengan membangun infrastruktur, reformasi birokrasi, dan pembangunan sumber daya manusia, sudah tepat untuk mendukung industrialisasi di Indonesia.
"Tentu bukan pekerjaan 1-2 tahun, paling cepat mungkin 10 tahun baru terasa (efeknya), cuma memang permasalahan kita ini bukan yang ada di permukaan, ini mengubah pondasi ekonomi," ujar Dendi dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, di Jakarta.
Kendati demikian, dirinya optimistis, pemerintahan baru nanti konsisten melanjutkan langkah ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada pada level 7% pada tiga hingga empat tahun mendatang.
Sebelumnya, Dendi mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa di atas 6% pada 2011-2012 silam disebabkan dengan harga komoditas yang kala itu tengah booming. Saat itu harga minyak US$ 100 per barel dulu, CPO ada di US$ 1000 per ton, harga batubara di atas US$ 100 dolar per ton, dan komoditas karet harganya di US$ 6-7 per kilo.
"Walaupun kita net importir, tapi ekspor kita waktu itu juga besar. Nah, waktu harga komoditas turun ya, otomatis drop (ekonomi kita)," terang Dendi.
"Jadi, kalau mau naikkan pertumbuhan ekonomi ya kita harus lakukan perubahan struktural. Kalau hanya bergantung komoditas ya susah naik karena fluktuatif dan periode booming sudah berakhir, makanya perlu reindustrialisasi," pungkas Dendi.
(dru) Next Article Mandiri: Ekonomi Indonesia Tetap Menarik untuk Investasi 2019
Ekonom Bank Mandiri Dendi Ramdani menyampaikan, memang bukan langkah mudah dan cepat untuk melakukan hal tersebut. Apalagi, Indonesia sudah terlena dengan komoditas, sehingga perlu upaya keras untuk membuat pertumbuhan ekonomi merangkak bebas dari 5%.
Namun, lanjutnya, apa yang sedang dilakukan pemerintah saat ini dengan membangun infrastruktur, reformasi birokrasi, dan pembangunan sumber daya manusia, sudah tepat untuk mendukung industrialisasi di Indonesia.
Kendati demikian, dirinya optimistis, pemerintahan baru nanti konsisten melanjutkan langkah ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada pada level 7% pada tiga hingga empat tahun mendatang.
Sebelumnya, Dendi mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa di atas 6% pada 2011-2012 silam disebabkan dengan harga komoditas yang kala itu tengah booming. Saat itu harga minyak US$ 100 per barel dulu, CPO ada di US$ 1000 per ton, harga batubara di atas US$ 100 dolar per ton, dan komoditas karet harganya di US$ 6-7 per kilo.
"Walaupun kita net importir, tapi ekspor kita waktu itu juga besar. Nah, waktu harga komoditas turun ya, otomatis drop (ekonomi kita)," terang Dendi.
"Jadi, kalau mau naikkan pertumbuhan ekonomi ya kita harus lakukan perubahan struktural. Kalau hanya bergantung komoditas ya susah naik karena fluktuatif dan periode booming sudah berakhir, makanya perlu reindustrialisasi," pungkas Dendi.
Simak Video Pertumbuhan Ekonomi Indonesia:
(dru) Next Article Mandiri: Ekonomi Indonesia Tetap Menarik untuk Investasi 2019
Most Popular