Curhat Bos Citilink Soal Keuangan yang Berdarah-darah di 2018

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
15 January 2019 19:32
Direktur Utama Citilink Juliandra Nurtjahjo membeberkan betapa tertekannya bisnis angkutan penerbangan yang digeluti perseroan.
Foto: Ilustrasi Citilink (Shinta Angriyana/detikTravel)
Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama Citilink,Juliandra Nurtjahjo membeberkan betapa tertekannya bisnis angkutan penerbangan yang digeluti perseroan. Dia mengutarakan biaya operasional Citilink berdarah-darah hingga membengkak US$ 102 juta atau sekitar Rp 1,4 triliun (kurs Rp 14.093/US$) pada 2018.

Faktor utama pembengkakan ini adalah naiknya harga avtur dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Dikatakan, pada 2017 harga avtur rata-rata berkisar US$ 55,1 per liter. Angka itu melonjak pada 2018, yakni US$ 65,4 per liter.

"Kenaikan US$ 1 per liter akan menambah cost sebesar US$ 4,7 juta per tahun," ujarnya dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa (15/1/2019).



Dalam hal ini, Citilink membeli avtur menggunakan dolar, sedangkan pemasaran jasa Citilink di RI kebanyakan menggunakan rupiah. Di sisi lain, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar juga berpengaruh signifikan.

"Penurunan Rp 100 karena kurs rupiah melemah, mengurangi revenue (pendapatan) kita US$ 5,3 juta per tahun. Sehingga di 2018 kita menghitung ternyata tambahan biaya, ditambah biaya bandar udara, menambah hingga 13,5 % atau US$ 102 juta," keluhnya.
Curhat Bos Citilink Soal Keuangan yang Berdarah-darah di 2018Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Kondisi yang demikian mayoritas juga dialami semua maskapai penerbangan nasional. Karena itu, menurutnya, semua maskapai, terutama LCC, harus memiliki strategi tepat dan berinovasi tinggi.

"Di tiga bulan terakhir 2018 kita berusaha agar survive, kita kurangi alokasi harga yang di bawah [mendekati tarif batas bawah]. Bukan menaikkan harga, tapi mengurangi diskon, bahasa halusnya kan gitu," imbuhnya



Selain itu, Citilink juga gencar menyewakan space (ruang) di dalam kabin bagasi pesawat sebagai sarana periklanan. Sejumlah ruang di luar pesawat juga dimanfaatkan untuk periklanan.

Dengan cara itu Citilink mampu mendapatkan tambahan pendapatan. "Inovasi jual makanan juga perlu, harga kita naikkan tapi service experience pelanggan tetap harus naik. Kita improve setiap enam bulan ganti tema makanan, sangat Indonesia sekali," paparnya.

[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article Citilink Angkut Penumpang Lagi Mulai 1 Juni 2020

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular