
Di Acara Prabowo, Rizal Ramli 'Kepret' (Lagi) Ekonomi Jokowi
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
11 January 2019 20:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi menggelar diskusi terkait sejumlah program pasangan ini serta kondisi RI di bidang ekonomi. Mantan Menko Kemaritiman, Rizal Ramli, membuka diskusi dengan membongkar noda hitam Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Dia menaruh banyak perhatian pada melebarnya current account deficit (CAD) RI sebesar minus US$ 8,80 miliar pada kuartal III-2018. Menurut Rizal, kondisi tersebut merupakan kegagalan rezim dalam mengambil kebijakan pada makroekonomi.
"Kita (RI) punya kebijakan yang aneh. Memang selalu ada faktor internal dan eksternal, pemerintah selama ini selalu beralasan pada faktor eksternal," ujarnya di Prabowo-Sandi Media Center di Jalan Sriwijaya I No 35, Jakarta, Jumat (11/1/2019).
Rizal melanjutkan, pergolakan ekonomi global seiring berlangsungnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China memang merupakan tantangan pemerintah. Meski begitu, dia menilai seharusnya pemerintah mampu mengambil kebijakan untuk antisipasi.
Rizal lantas membandingkan CAD RI dengan sejumlah negara lain yang mengalami surplus. Disebutkan, RI bahkan tertinggal dari Filipina yang hanya minus US$ 1,25 miliar serta Thailand yang surplus US$ 2,63 miliar.
Dia juga menyebutkan, neraca perdagangan secara kumulatif hingga kuartal III juga tak kalah memprihatinkan, yakni pada angka minus US$ 7,3 miliar. Di sisi lain, keseimbangan primer pada 2018 juga menunjukkan angka negatif.
"Sangat minimal kebijakan yang mengantisipasi. Yang lebih berbahaya lagi dalam sektor riil, perdagangan ekspor-impor ini tidak berimbang. Kalau ini semata-mata faktor eksternal, bagaimana bisa negara lain di ASEAN tetap bisa mengendalikannya," tandasnya.
Researcher Tim Ekonomi BPN Prabowo-Sandi Harryadin Mahardika, membeberkan program di bidang energi. Dia menyatakan, sudah saatnya RI fokus pada pengembangan biofuel.
"Biofuel ini untuk mengurangi ketergantungan terhadap BBM, dan bahan bakar kendaraan berbasis fosil, karena tidak ada lagi cara yang lebih cepat untuk mengurai ketergantungan selain kita memproduksi alternatifnya," urainya.
(miq/miq) Next Article Eksklusif: Prabowo Akan Turunkan PPh Badan dari 25% ke 17%
Dia menaruh banyak perhatian pada melebarnya current account deficit (CAD) RI sebesar minus US$ 8,80 miliar pada kuartal III-2018. Menurut Rizal, kondisi tersebut merupakan kegagalan rezim dalam mengambil kebijakan pada makroekonomi.
"Kita (RI) punya kebijakan yang aneh. Memang selalu ada faktor internal dan eksternal, pemerintah selama ini selalu beralasan pada faktor eksternal," ujarnya di Prabowo-Sandi Media Center di Jalan Sriwijaya I No 35, Jakarta, Jumat (11/1/2019).
Rizal melanjutkan, pergolakan ekonomi global seiring berlangsungnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China memang merupakan tantangan pemerintah. Meski begitu, dia menilai seharusnya pemerintah mampu mengambil kebijakan untuk antisipasi.
![]() |
Rizal lantas membandingkan CAD RI dengan sejumlah negara lain yang mengalami surplus. Disebutkan, RI bahkan tertinggal dari Filipina yang hanya minus US$ 1,25 miliar serta Thailand yang surplus US$ 2,63 miliar.
"Sangat minimal kebijakan yang mengantisipasi. Yang lebih berbahaya lagi dalam sektor riil, perdagangan ekspor-impor ini tidak berimbang. Kalau ini semata-mata faktor eksternal, bagaimana bisa negara lain di ASEAN tetap bisa mengendalikannya," tandasnya.
Researcher Tim Ekonomi BPN Prabowo-Sandi Harryadin Mahardika, membeberkan program di bidang energi. Dia menyatakan, sudah saatnya RI fokus pada pengembangan biofuel.
"Biofuel ini untuk mengurangi ketergantungan terhadap BBM, dan bahan bakar kendaraan berbasis fosil, karena tidak ada lagi cara yang lebih cepat untuk mengurai ketergantungan selain kita memproduksi alternatifnya," urainya.
![]() |
(miq/miq) Next Article Eksklusif: Prabowo Akan Turunkan PPh Badan dari 25% ke 17%
Most Popular