Masalah CAD Tidak Selesai, Ekonomi RI Bisa Melambat ke 4,8%

Monica Wareza, CNBC Indonesia
09 January 2019 15:51
Masalah subsidi BBM masih jadi momok current account deficit.
Foto: sudirman said - di media center prabowo sandi. (CNBC Indonesia/Monica Wareza)
Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian Indonesia masih terancam pada tahun ini apabila pemerintah tidak bisa menyelesaikan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang sempat menyentuh level terjelek sepanjang sejarah RI.

Bahkan, pertumbuhan ekonomi 2019 diprediksi bisa melambat ke 4,8% pada tahun ini dan 4,6% pada 2020 bila persoalan CAD tidak bisa diselesaikan.

Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Fithra Faisal mengatakan ancaman faktor internal lebih mengerikan terhadap ekonomi Indonesia dibandingkan faktor eksternal.

"Faktor eksternal itu tidak terlalu mengerikan dibandingkan internal. Dari internal kita lihat  CAD Indonesia melebar dan terjelek sepanjang sejarah," ujarnya dalam Diskusi Rabu Biru yang digelar di Prabowo-Sandi Media Center, Jakarta, Rabu (9/1/2019).

CAD Indonesia pada triwulan III-2018 tercatat sebesar US$ 8,85 miliar, setara dengan 3,37% dari Produk Domstik Bruto (PDB). Namun, secara kumulatif defisit neraca transaksi berjalan hingga triwulan III 2018 tercatat 2,86% PDB.

Apabila ditelusuri secara historis, CAD kuartal lalu merupakan yang tertinggi dalam 4 tahun terakhir, atau sejak kuartal II-2014. Kala itu, CAD mencapai US$ 9,58 miliar, atau sekitar 4,26% dari PDB.

Fithra memproyeksi bila pemerintah bisa mengatasi masalah CAD maka ekonomi Indonesia masih tumbuh di kisaran 5,12% pada 2019 dan 5,4% pada 2020. Namun, bila masalah CAD tidak bisa diantisipasi maka dia menilai bukan tidak mungkin ekonomi melambat ke 48% pada 2019 dan 4,6% pada 2020.

Solusi untuk jangka pendek, tuturnya, adalah memotong subsidi bahan bakar minyak (BBM) alias meningkatkan harga BBM. Menurutunya subsidi menyebabkan disparitas harga pasar dengan harga domestik yang akhirnya meningkatkan permintaan dan konsumsi.

"Kebanyakan permintaan Dolar dari Pertamina karena kebutuhan impor akibat demand tinggi dan disparitas harga," ujar Fithra yang mengaku bukan pendukung Prabowo-Sandi.

Selain itu, tuturnya, pemerintah harus mengubah fokus pembangunan infrastruktur karena kurang relevan terhadap pertumbuhan industri. "Yang banyak dibangun adalah tol yang akhirnya menimbulkan disparitas dan menguntungkan kelas atas," ujarnya.

CAD Indonesia yang melebar banyak dipengaruhi oleh penurunan kinerja neraca perdagangan barang dan peningkatan defisit neraca jasa. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), neraca perdagangan berbalik arah menjadi defisit sebesar US$ 398 juta pada kuartal III-2018, pasca selalu mencatatkan surplus sejak kuartal III-2014.

Kemudian, defisit pendapatan primer juga melebar tipis menjadi US$ 8,03 milliar di kuartal III-2018, dari kuartal sebelumnya sebesar US$ 8,02 miliar.

[Gambas:Video CNBC]



(dob/dob) Next Article Wah! Prabowo Mau Bantu Jokowi Dorong Ekonomi Tumbuh 10%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular