RI-India Siap Trade Off Bea Masuk CPO dan Gula

Samuel Pablo, CNBC Indonesia
10 January 2019 16:28
Enggartiasto mengaku secara pribadi telah melobi Menteri Perdagangan India Suresh Prabu untuk melakukan trade off.
Foto: Ilustrasi Kelapa Sawit (REUTERS/Luis Echeverria)
Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak 1 Maret 2018 lalu, India menaikkan bea masuk (BM) minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dari 30% menjadi 44%. Tidak hanya itu, tarif impor produk turunan CPO juga dikerek naik dari 40% menjadi 54%.

Hal itu berdampak pada kejatuhan volume ekspor produk sawit RI ke India. Data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menunjukkan volume ekspor produk sawit RI ke India turun dari 442,09 ribu ton (Februari 2018) menjadi 408,65 ribu ton (Maret 2019).

Bahkan nilai ekspor pernah menyentuh titik terendah di Mei sebesar 240,16 ribu ton. Meskipun setelahnya ekspor sawit ke Negeri Bollywood kembali tumbuh positif, namun ini lebih dipengaruhi harga CPO global yang terus turun hingga akhir tahun lalu.

Hal ini diperparah dengan berlakunya Malaysia-India Comprehensive Economic Cooperation Agreement (MICECA), di mana per 31 Desember lalu ekspor produk turunan CPO asal Malaysia diberikan pemotongan bea masuk dari 54% ke 45%.

Sementara ekspor dari Tanah Air hanya diturunkan menjadi 50%. Dengan demikian, ekspor sawit asal Negeri Jiran menjadi lebih kompetitif.
RI-India Siap Trade Off Bea Masuk CPO dan GulaFoto: Ilustrasi Kelapa Sawit (REUTERS/Luis Echeverria)

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita tidak tinggal diam dengan kondisi ini. Enggartiasto mengaku secara pribadi telah melobi Menteri Perdagangan India Suresh Prabu untuk melakukan trade off.

"Kita minta trade off CPO dengan India. Kita bisa memahami kalau India menaikkan tarif karena defisitnya besar dengan Indonesia. India-Malaysia punya perjanjian dagang, kita tidak," ujar Mendag dalam konferensi pers di kantornya, Kamis (10/1/2019).

[Gambas:Video CNBC]

Enggartiasto mengungkapkan, India meminta bea masuk (BM) yang diterapkan Indonesia untuk komoditas gula terhadap impor dari India dapat disamakan dengan tarif impor dari negara ASEAN lainnya.

Seperti diketahui, sebanyak 3,63 juta ton atau 78% dari total impor gula mentah RI sepanjang Januari-November 2018 dipasok dari Thailand.

"Mereka minta tarif impor gula mentah yang kita terapkan dapat disamakan dengan ASEAN. Maka, kalau jumlahnya tidak berubah, kita menyanggupi karena hanya switching negara," katanya.


(miq/miq) Next Article Potret Industri Sawit di Saat Tarif Pungutan Ekspor Berubah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular