Gunung Anak Krakatau Erupsi Lagi, Tinggi Kolom Abu 1.610 M

Muhammad Iqbal, CNBC Indonesia
04 January 2019 14:02
Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah timur laut dan timur.
Foto: Kondisi Gunung Anak Krakatau yang divideokan dari KRI Teluk Cirebon 543 pads 26/12/2018, 16.33 WIB. (Ist/Twitter/Sutopo_PN)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan telah terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau pada Jumat (4/1/2019) pukul 12.30 WIB.

Berdasarkan catatan PVMBG, tinggi kolom abu teramati kurang lebih 1.500 meter di atas puncak (kurang lebih 1.610 meter di atas permukaan laut). Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah timur laut dan timur.

"Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 21 mm dan durasi ± 2 menit 41 detik," tulis PVMBG dalam keterangan tertulis yang diterima CNBC Indonesia, Jumat (4/1/2019).

PVMBG mengingatkan, Gunung Anak Krakatau berada pada Status Level III (Siaga) dengan rekomendasi: Masyarakat/wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 5 km dari kawah.



Terpisah, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwonugroho mengungkapkan hampir setiap hari Gunung Anak Krakatau meletus.

"Pada 3/1/2019 dari pukul 00.00 -24.00 WIB terjadi 37 kali letusan, 42 kali hembusan dan tremor menerus. Asap kawah bertekanan sedang-kuat, warna putih, kelabu dan hitam, intensitas tebal setinggi 2.000 meter dari puncak kawah," katanya dikutip dari akun Twitternya.
Gunung Anak Krakatau Erupsi Lagi, Tinggi Kolom Abu 1.610 MFoto: Dok. BNPB

Menurut dia, Gunung Anak Krakatau selalu ada jeda waktu istirahat beberapa hari, kemudian meletus beruntun. Jika ada letusan baru, maka hal itu merupakan perilaku Gunung Anak Krakatau. PVMBG terus memantau aktivitas vulkanik gunung tersebut.

Sutopo mengatakan, Gunung Anak Krakatau tidak akan meletus seperti sang ibu, yaitu Gunung Krakatau, pada 1883. Pada saat itu, tiga gunung di Selat Sunda (Gunung Rakata, Gunung Danan, dan Gunung Perbuatan) meletus bersamaan.

Letusannya besar dan menimbulkan tsunami besar pula setinggi 36 meter. Lalu gunungnya hilang. Kemudian pada 1927 muncul Gunung Anak Krakatau sehingga tidak mungkin letusan Gunung Anak Krakatau akan sama dengan tahun 1883.

"Jika ditemukan ada retakan saat ini, itu wajar pada gunungapi pascaletusan. Percayakan pada PVMBG selaku otoritas pemantau gunung api. Mereka punya alat, SDM, ilmu dan pengalaman," ujar Sutopo.

[Gambas:Video CNBC]


(miq/wed) Next Article Terdengar Dentuman, Erupsi Anak Krakatau Picu Kolom Abu 2 Km

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular