
Kabar Gembira! Tahun Depan Harga Pertamax Cs Bisa Turun
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
31 December 2018 14:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Sampai hari ini PT Pertamina (Persero) belum juga menurunkan harga jual BBM Pertamax dan non-subsidi lainnya. Padahal, harga minyak yang terus terdepresiasi.
Dirjen Minyak dan Gas Kementerian ESDM Djoko Siswanto menuturkan sampai hari ini BUMN migas tersebut belum menyampaikan laporan terkait perubahan harga jual BBM non-subsidi mereka.
"Ya nanti Januari. Kapannya ya tunggu saja, Januari kan ada 31 hari," ujar Djoko kepada media ketika dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (31/12/2018).
Adapun, berbeda dengan kompetitor lainnya, seperti Shell, harga jual untuk BBM jenis Super (Ron 92) sudah diturunkan menjadi Rp 10.700 per liter, dari yang sebelumnya Rp 10.800 per liter.
Seperti dikutip dari situs perusahaan, per 19 Desember 2018, Shell telah melakukan penyesuaian harga jual untuk BBM non-subsidi di seluruh SPBU yang terletak di wilayah Jabodetabek per 19 Desember, untuk jenis Shell Super dijual di kisaran harga Rp IDR 10,650 - 10,850 per liter.
Sedangkan untuk jenis Shell V-Power dan Shell Diesel, masing-masing dijual di kisaran Rp 12.100 - 12.250 dan Rp 12.100 - 12.250 per liter.
Setelah Shell menurunkan harga jual BBM, Total pun telah menurunkan harga jual mereka sejak 24 Desember 2018 lalu.
Brand Manager PCMO & Fleet PT Total Oil Indonesia Magda Naibaho memaparkan, untuk jenis Performance 92, harganya menjadi Rp 10.700 per liter dari yang sebelumnya Rp 10.800 per liter.
"Betul (sudah turun lagi) per 24 Desember 2018 kemarin," ujar Magda saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu (26/12/2018).
Sedangkan, untuk harga Performance 90 (setara Pertalite) saat ini dijual sebesar Rp 9.900 per liter, Performance 95 dijual Rp 12.350 per liter, dan Performance Diesel di Rp 12.050 per liter.
Sebelumnya, ExxonMobil juga telah menurunkan harga jual BBM jenis Gasolin 92R atau setara Pertamax, di wilayah penyaluran Jawa Barat dan Banten. Penurunan tersebut menindaklanjuti permintaan dari pemerintah.
[Gambas:Video CNBC]
ExxonMobil menurunkan harga sebesar Rp 1.100 per liter. Sehingga, harga jual eceran Gasolin 92R per 12 Desember 2018 turun menjadi Rp 9.800 dari yang sebelumnya Rp 10.900 per liter.
Selain ExxonMobil, sebelumnya sudah tercatat badan usaha lainnya yang telah terlebih dahulu menurunkan harga yaitu AKR, Vivo dan Garuda Mas.
AKR telah menurunkan BBM jenis Akra 92 sebesar Rp 100 per liter dari Rp 9.800 ke Rp 9.700 per liter. Untuk Garuda Mas Energi, sudah menurunkan Rp 25 per liter dan Vivo hampir Rp 1.000 per liter.
Maka, tinggal Pertamina saja yang sampai saat ini belum juga menurunkan harga jual BBM non-subsidi mereka. Sebelumnya, Sekretaris Perusahaan PT Pertamina (Persero) Syahrial Mukhtar pernah mengatakan, harga BBM Pertamina saat ini sedang dievaluasi. Ia menuturkan, jika harga minyak terus bergerak seperti saat ini, perusahaan pasti akan melakukan penyesuaian, yang kemungkinan dilakukan di Januari mendatang.
"Ya kalau harganya begini terus ya nanti kita sesuaikan. Harga BBM itu kan kami evaluasi. Kami kan banyak urusannya, produknya banyak, ada PSO dan Non PSO. Nah ini masih kami kaji dulu perkembangan fluktuasi harga minyak yang di upstream," ujarnya kepada media ketika dijumpai di kesempatan yang sama.
Ia juga menjelaskan, perlu dipahami juga, harga di downstream itu tidak secara otomatis mengikuti harga di upstream, sebab basis yang dipakai BUMN migas ini adalah MOPS, bukan acuan WTI atau Brent.
"Kan ada time lag-nya. Ini lagi kami review, kalau tiba-tiba naik lagi gimana. Ini kan kebijakan kita bagaimana menyikapi fluktuasi, perlu kajian-kajian. Butuh waktu dua minggu sampai sebulan kami bisa review itu," pungkas Syahrial.
(hps) Next Article Kabar Gembira, Hari Ini Harga Pertamax Cs Turun
Dirjen Minyak dan Gas Kementerian ESDM Djoko Siswanto menuturkan sampai hari ini BUMN migas tersebut belum menyampaikan laporan terkait perubahan harga jual BBM non-subsidi mereka.
"Ya nanti Januari. Kapannya ya tunggu saja, Januari kan ada 31 hari," ujar Djoko kepada media ketika dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (31/12/2018).
Adapun, berbeda dengan kompetitor lainnya, seperti Shell, harga jual untuk BBM jenis Super (Ron 92) sudah diturunkan menjadi Rp 10.700 per liter, dari yang sebelumnya Rp 10.800 per liter.
Sedangkan untuk jenis Shell V-Power dan Shell Diesel, masing-masing dijual di kisaran Rp 12.100 - 12.250 dan Rp 12.100 - 12.250 per liter.
Setelah Shell menurunkan harga jual BBM, Total pun telah menurunkan harga jual mereka sejak 24 Desember 2018 lalu.
Brand Manager PCMO & Fleet PT Total Oil Indonesia Magda Naibaho memaparkan, untuk jenis Performance 92, harganya menjadi Rp 10.700 per liter dari yang sebelumnya Rp 10.800 per liter.
"Betul (sudah turun lagi) per 24 Desember 2018 kemarin," ujar Magda saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu (26/12/2018).
Sedangkan, untuk harga Performance 90 (setara Pertalite) saat ini dijual sebesar Rp 9.900 per liter, Performance 95 dijual Rp 12.350 per liter, dan Performance Diesel di Rp 12.050 per liter.
Sebelumnya, ExxonMobil juga telah menurunkan harga jual BBM jenis Gasolin 92R atau setara Pertamax, di wilayah penyaluran Jawa Barat dan Banten. Penurunan tersebut menindaklanjuti permintaan dari pemerintah.
[Gambas:Video CNBC]
ExxonMobil menurunkan harga sebesar Rp 1.100 per liter. Sehingga, harga jual eceran Gasolin 92R per 12 Desember 2018 turun menjadi Rp 9.800 dari yang sebelumnya Rp 10.900 per liter.
Selain ExxonMobil, sebelumnya sudah tercatat badan usaha lainnya yang telah terlebih dahulu menurunkan harga yaitu AKR, Vivo dan Garuda Mas.
AKR telah menurunkan BBM jenis Akra 92 sebesar Rp 100 per liter dari Rp 9.800 ke Rp 9.700 per liter. Untuk Garuda Mas Energi, sudah menurunkan Rp 25 per liter dan Vivo hampir Rp 1.000 per liter.
Maka, tinggal Pertamina saja yang sampai saat ini belum juga menurunkan harga jual BBM non-subsidi mereka. Sebelumnya, Sekretaris Perusahaan PT Pertamina (Persero) Syahrial Mukhtar pernah mengatakan, harga BBM Pertamina saat ini sedang dievaluasi. Ia menuturkan, jika harga minyak terus bergerak seperti saat ini, perusahaan pasti akan melakukan penyesuaian, yang kemungkinan dilakukan di Januari mendatang.
"Ya kalau harganya begini terus ya nanti kita sesuaikan. Harga BBM itu kan kami evaluasi. Kami kan banyak urusannya, produknya banyak, ada PSO dan Non PSO. Nah ini masih kami kaji dulu perkembangan fluktuasi harga minyak yang di upstream," ujarnya kepada media ketika dijumpai di kesempatan yang sama.
Ia juga menjelaskan, perlu dipahami juga, harga di downstream itu tidak secara otomatis mengikuti harga di upstream, sebab basis yang dipakai BUMN migas ini adalah MOPS, bukan acuan WTI atau Brent.
"Kan ada time lag-nya. Ini lagi kami review, kalau tiba-tiba naik lagi gimana. Ini kan kebijakan kita bagaimana menyikapi fluktuasi, perlu kajian-kajian. Butuh waktu dua minggu sampai sebulan kami bisa review itu," pungkas Syahrial.
![]() |
(hps) Next Article Kabar Gembira, Hari Ini Harga Pertamax Cs Turun
Most Popular