AS Dihadapi Masalah Stok Kedelai Melimpah & Harga Murah

Samuel Pablo, CNBC Indonesia
17 December 2018 18:46
Harga kedelai tengah tertekan.
Foto: Delegasi Dewan Ekspor Kedelai Amerika Serikat (The U.S. Soybean Export Council/USSEC) hari ini berkunjung ke Indonesia untuk bertemu asosiasi importir kedelai dan produsen tahu & tempe (CNBC Indonesia/Samuel Pablo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Stok kedelai di Amerika Serikat disebut melimpah dan menekan harga jual komoditas itu.

Hal ini disebabkan oleh perang tarif yang dilancarkan oleh Presiden AS Donald Trump terhadap China, yang dibalas China dengan mengenakan tarif impor tinggi terhadap kedelai, salah satu produk ekspor andalan AS.

Dewan Ekspor Kedelai Amerika Serikat (The US Soybean Export Council/USSEC) menyatakan hal itu dalam konferensi pers hari ini, Senin (17/12/2018).

USSEC juga menyatakan bahwa saat ini adalah waktu yang tepat bagi importir kedelai di RI untuk membeli komoditas tersebut dari AS karena harga tengah murah.

Adapun berdasarkan data Reuters, harga kedelai di tingkat global saat ini adalah US$ 9,05/bushel.

"Perang dagang berdampak sangat luas, dampak terbesarnya kepada kedelai kami. Harga yang ada saat ini membuat sekarang adalah waktu yang tepat untuk membeli kedelai AS," kata Regional Director USSEC Southeast Asia, Timothy Loh di Hotel JW Marriott, Senin (17/12/2018).



Senior Director US Soy Marketing USSEC, Paul Burke, juga mengatakan bahwa tidak ada waktu yang lebih baik dari sekarang untuk membeli kedelai asal AS.

"Salah satu alasan kami ke sini dan mendatangi pasar-pasar utama kami adalah untuk memperkuat komitmen pada konsumen-konsumen kami. Kami punya stok yang berlebih saat ini dan ingin mengingatkan para pelanggan kami, tidak ada waktu lebih baik untuk membeli kedelai AS dibandingkan sekarang," ujar Burke.

Timothy menambahkan, Indonesia adalah pasar terbesar ke-4 bagi ekspor kedelai AS, dengan perdagangan komoditas yang dimulai lama sejak 1981.

Hingga tahun lalu, impor kedelai dari AS telah mencapai hampir 2,5 juta ton atau 95% dari pangsa pasar kedelai impor, dengan pertumbuhan 2-3% setiap tahunnya.

Sekitar 92% dari jumlah tersebut digunakan oleh produsen UMKM tempe & tahu, sisanya disalurkan ke pabrik industri makanan dan minuman (mamin) berbasis kedelai.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, sepanjang periode Januari-November tahun ini, impor kedelai RI telah mencapai 2,41 juta ton, dengan kedelai AS sendiri berkontribusi sebesar 2,35 juta ton (97,37%).

"Kedelai AS sangat disukai industri konsumen di Indonesia karena perdagangannya telah berlangsung sangat lama. Produsen tempe & tahu telah mencoba dan merasakan kualitasnya," jelas Timothy.

Pasar Asia Tenggara sendiri mengimpor sekitar 8,5-9 juta ton kedelai untuk industri mamin dan pakan hewan. Sebaliknya, produksi minyak sawit dan minyak kelapa yang besar di negara-negara ASEAN terbukti membuat minyak kedelai (soybean oil) sebagai sumber energi tidak begitu kompetitif di kawasan ini.
(ray) Next Article Baru Saja Berdamai, AS & Uni Eropa Terancam Ribut Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular