
IE-CEPA Diteken Pekan Depan, Semangat Bisnis Swiss Meningkat
Muhammad Iqbal, CNBC Indonesia
11 December 2018 16:21

Bern, CNBC Indonesia - Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Swiss menggelar forum bisnis dengan topik Enhancing Business Relations Under Indonesia European Comprehensive Economic Partnership Agreement (IE-CEPA) di Bern, Senin (10/12/2018).
Dalam keterangan tertulis yang diterima CNBC Indonesia, forum itu dihadiri puluhan pengusaha Swiss dari berbagai sektor, mulai dari konstruksi, jasa asuransi, farmasi, perbankan industri senjata, telekomunikasi, perhotelan, industri makanan, dan lain-lain.
Menurut KBRI Bern, IE-CEPA menarik minat dunia usaha Swiss untuk mengetahui peluang usaha lebih besar dengan Indonesia. Duta Besar RI untuk Swiss Muliaman D Hadad Indonesia dan negara EFTA akan menghilangkan ribuan tarif untuk memperlebar akses pasar untuk kedua pihak.
"Sekitar 98% tarif line masuk dari Indonesia dan negara EFTA akan dikurangi," ujar Muliaman. Mantan ketua dewan komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) itu mengatakan, hilangnya trade barriers itu juga didukung peningkatan kemudahan berbisnis di Indonesia.
Lebih lanjut, Muliaman mengatakan, kegiatan itu merupakan upaya KBRI Bern untuk menyosialisasi keberadaan IE-CEPA kepada dunia usaha Swiss dan manfaat yang diperoleh dari perjanjian ini.
Kegiatan serupa juga akan diadakan di Indonesia bekerja sama dengan Kadin Indonesia dan SwissCham Indonesia agar dunia usaha Indonesia mengerti akan keuntungan IE-CEPA untuk memperluas jangkauan bisnis di Swiss.
"Menurut sebuah penelitian, dari lebih 400 FTA yang ditandangani di berbagai belahan dunia, hanya sekitar 30% yang telah dimanfaatkan. Kendalanya antara lain ketidak-mengertian dunia usaha atas manfaat perjanjian karena tidak disosialisasikan dengan baik," ujar Muliaman.
Ketua SwissCham Indonesia Luthfi Mardiansyah mengatakan, Swiss Ecosystem di Indonesia sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat Indonesia. Tercatat ada sebanyak 152 perusahaan Swiss di Indonesia.
Keberadaan SwissCham Indonesia yang baru dibentuk tahun ini akan mempermudah aktivitas bisnis Swiss di Indonesia dan sebaliknya. Dengan IE-CEPA, SwissCham Indonesia diharapkan akan berperan dalam meningkatkan volume bisnis kedua negara.
Untuk sektor investasi, Direktur Fasilitas Daerah BKPM Nurul Ichwan mengungkapkan Swiss adalah investor ketiga terbesar dari Eropa di Indonesia. Industri kimia dan farmasi mendominasi investasi negara itu di Indonesia.
"Dengan IE-CEPA, fasilitasi investasi akan lebih banyak dengan proses yang lebih mudah sehingga investasi Swiss di sektor lainnya bisa meningkat," kata Nurul.
Angela Di Rosa dari Swiss Global Enterprises (S-GE) menyatakan sekarang merupakan saat yang tepat memperluas penetrasi pasar oleh kedua pihak. Kendati begitu, dia tak menampik akan ada kendala dalam berbisnis di Indonesia.
"Namun banyak partner bisnis Indonesia yang memiliki etik berbisnis yang tinggi dan dapat diandalkan. Swiss Ecosystem seperti Swiss Business Hub dan SwissCham Indonesia akan memberikan fasilitasi pada dunia usaha kedua pihak," ungkap Angela.
Lebih lanjut Angela menyatakan bahwa market entry cost Indonesia memang relatif mahal. Namun, keuntungan untuk jangka menengah dan panjang dapat diperkirakan.
S-GE adalah asosiasi bisnis terbesar di Swiss dan telah beberapa kali mengadakan kegiatan Fact Finding Mission. Tujuan kegiatan itu membawa pengusaha Swiss ke Indonesia guna mencari partner bisnis dan mempelajari potensi investasi dan perdagangan di Indonesia.
Lebih lanjut Angela menyatakan bahwa market entry cost Indonesia memang relatif mahal. Namun, keuntungan untuk jangka menengah dan panjang dapat diperkirakan.
Dalam sesi tanya jawab sejumlah hadirin nampak antusias dalam menanyakan berbagai hal terkait potensi bisnis di Indonesia, mekanisme tender proyek, proses investasi, pembiayaan investasi infrastruktur, regulasi terkait perdagangan dan investasi.
Di ujung acara, seorang anggota Swiss Asian Chamber of Commerce asal Indonesian Jesse Ng mengungkapkan keberhasilannya dalam membangun usaha di Swiss selama belasan tahun. Sektor usaha yang digeluti Jesse adalah konsultan bisnis yang terus berkembang.
Seorang pengusaha asal Swiss juga mengungkapkan kesuksesannya mendirikan perusahaan manufaktur di Indonesia yang telah berjalan bertahun-tahun.
(miq/miq) Next Article Hai Eksportir, Swiss Butuh CPO RI 10.000 Ton Nih!
Dalam keterangan tertulis yang diterima CNBC Indonesia, forum itu dihadiri puluhan pengusaha Swiss dari berbagai sektor, mulai dari konstruksi, jasa asuransi, farmasi, perbankan industri senjata, telekomunikasi, perhotelan, industri makanan, dan lain-lain.
Menurut KBRI Bern, IE-CEPA menarik minat dunia usaha Swiss untuk mengetahui peluang usaha lebih besar dengan Indonesia. Duta Besar RI untuk Swiss Muliaman D Hadad Indonesia dan negara EFTA akan menghilangkan ribuan tarif untuk memperlebar akses pasar untuk kedua pihak.
Lebih lanjut, Muliaman mengatakan, kegiatan itu merupakan upaya KBRI Bern untuk menyosialisasi keberadaan IE-CEPA kepada dunia usaha Swiss dan manfaat yang diperoleh dari perjanjian ini.
Kegiatan serupa juga akan diadakan di Indonesia bekerja sama dengan Kadin Indonesia dan SwissCham Indonesia agar dunia usaha Indonesia mengerti akan keuntungan IE-CEPA untuk memperluas jangkauan bisnis di Swiss.
"Menurut sebuah penelitian, dari lebih 400 FTA yang ditandangani di berbagai belahan dunia, hanya sekitar 30% yang telah dimanfaatkan. Kendalanya antara lain ketidak-mengertian dunia usaha atas manfaat perjanjian karena tidak disosialisasikan dengan baik," ujar Muliaman.
Ketua SwissCham Indonesia Luthfi Mardiansyah mengatakan, Swiss Ecosystem di Indonesia sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat Indonesia. Tercatat ada sebanyak 152 perusahaan Swiss di Indonesia.
Keberadaan SwissCham Indonesia yang baru dibentuk tahun ini akan mempermudah aktivitas bisnis Swiss di Indonesia dan sebaliknya. Dengan IE-CEPA, SwissCham Indonesia diharapkan akan berperan dalam meningkatkan volume bisnis kedua negara.
Untuk sektor investasi, Direktur Fasilitas Daerah BKPM Nurul Ichwan mengungkapkan Swiss adalah investor ketiga terbesar dari Eropa di Indonesia. Industri kimia dan farmasi mendominasi investasi negara itu di Indonesia.
"Dengan IE-CEPA, fasilitasi investasi akan lebih banyak dengan proses yang lebih mudah sehingga investasi Swiss di sektor lainnya bisa meningkat," kata Nurul.
![]() |
Angela Di Rosa dari Swiss Global Enterprises (S-GE) menyatakan sekarang merupakan saat yang tepat memperluas penetrasi pasar oleh kedua pihak. Kendati begitu, dia tak menampik akan ada kendala dalam berbisnis di Indonesia.
"Namun banyak partner bisnis Indonesia yang memiliki etik berbisnis yang tinggi dan dapat diandalkan. Swiss Ecosystem seperti Swiss Business Hub dan SwissCham Indonesia akan memberikan fasilitasi pada dunia usaha kedua pihak," ungkap Angela.
Lebih lanjut Angela menyatakan bahwa market entry cost Indonesia memang relatif mahal. Namun, keuntungan untuk jangka menengah dan panjang dapat diperkirakan.
S-GE adalah asosiasi bisnis terbesar di Swiss dan telah beberapa kali mengadakan kegiatan Fact Finding Mission. Tujuan kegiatan itu membawa pengusaha Swiss ke Indonesia guna mencari partner bisnis dan mempelajari potensi investasi dan perdagangan di Indonesia.
Lebih lanjut Angela menyatakan bahwa market entry cost Indonesia memang relatif mahal. Namun, keuntungan untuk jangka menengah dan panjang dapat diperkirakan.
Dalam sesi tanya jawab sejumlah hadirin nampak antusias dalam menanyakan berbagai hal terkait potensi bisnis di Indonesia, mekanisme tender proyek, proses investasi, pembiayaan investasi infrastruktur, regulasi terkait perdagangan dan investasi.
Di ujung acara, seorang anggota Swiss Asian Chamber of Commerce asal Indonesian Jesse Ng mengungkapkan keberhasilannya dalam membangun usaha di Swiss selama belasan tahun. Sektor usaha yang digeluti Jesse adalah konsultan bisnis yang terus berkembang.
Seorang pengusaha asal Swiss juga mengungkapkan kesuksesannya mendirikan perusahaan manufaktur di Indonesia yang telah berjalan bertahun-tahun.
(miq/miq) Next Article Hai Eksportir, Swiss Butuh CPO RI 10.000 Ton Nih!
Most Popular