Pengelolaan Sampah Plastik, Indonesia Bisa Ikuti Cara Swedia

Alfado Agustio, CNBC Indonesia
23 November 2018 20:42
Perlukah kita mencontoh Swedia?
Foto: Pengolahan sampah plastik (REUTERS/Kham)
Salah satu negara yang sukses mengkonversi sampah plastik menjadi sesuatu yang bernilai adalah Swedia. Sejak tahun 1975, negeri asal pesepakbola Zlatan Ibrahimovic tersebut telah melakukan pengolahan sampah dari rumah tangga. Pada tahun tersebut, sekitar 38% sampah rumah tangga mampu didaur ulang.
 
Seperti yang dikutip sweden.se,  hingga saat ini hampir 50% sampah berhasil dikonversi pemerintah menjadi sumber energi baik panas maupun listrik bagi rumah tangga di sana. Bahkan pada tahun 2014, negara tersebut rela mengimpor sampah 2,7 juta ton dari negara sekitar untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
 
Penelitian yang dilakukan oleh Millos dan Yu (2018), memperlihatkan kesuksesan pemerintah Swedia dalam mengkonversi sampah menjadi energi mampu meningkatkan perekonomian negara. Di sisi lain, hal ini juga membantu keadaan lingkungan negara jauh lebih baik.
 
Berkaca pada kondisi tersebut, mungkin tidak ada salahnya Indonesia dapat mengikuti jejak Swedia dalam hal penyediaan listrik misalnya.
 
Kenaikan harga komoditas global baik minyak mentah dan batubara diiringi dengan pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS, tentu jadi permasalahan tersendiri bagi perusahaan penyedia listrik, yaitu PLN.
 
Pada kuartal III-2018, perusahaan tersebut mencatat kerugian hingga Rp 18,48 triliun diakibatkan pelemahan nilai tukar dan kenaikan harga komoditas. Ketika merugi, tentu akan menganggu kegiatan operasional dari perusahaan tersebut. Akibatnya, penyediaan listrik bisa terganggu dan merugikan masyarakat.
 
Jika Indonesia mampu mengadopsi kesuksesan Swedia dalam mengelola sampah, maka banyak manfaat yang bisa diambil. Mulai dari pasokan ketersediaan listrik yang bertambah, melindungi kelangsungan hidup PLN, hingga berkurangnya pencemaran lingkungan.
 
Kembali ke permasalahan pencemaran lingkungan, sudah saat Indonesia perlu melakukan kebijakan yang lebih menggigit. Memang, akar permasalahan pencemaran kembali kepada tingkah laku masyarakat itu sendiri
 
Untuk mengubah pola pikir tentu bukan hal yang mudah. Namun dengan terobosan yang dilakukan oleh Swedia, mungkin itu salah satu hal rasional yang bisa dilakukan dalam menghadapi sampah plastik di Indonesia.
 
 
 


(alf/miq)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular