
Pengelolaan Sampah Plastik, Indonesia Bisa Ikuti Cara Swedia
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
23 November 2018 20:42

Jakarta, CNBC Indonesia- Indonesia kembali digegerkan oleh kasus kematian seekor paus di Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Bukan hanya karena matinya salah satu fauna laut terbesar di dunia tersebut, namun juga penyebab kematiannya menjadi tanda tanya besar.
Saat dilakukan pendalaman penyebab kematiannya, ditemukan beberapa sampah plastik di dalam perut ikan malang tersebut. Isu pun mulai menyebar liar jika temuan itulah yang jadi penyebab utamanya.
Namun Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) belum bisa memastikan, jika sampah plastik jadi biang keroknya. Kepala Pusat Penelitian Laut LIPI Augy Syahailatua menyatakan seperti yang dikutip detik.com, belum tentu kematian ikan paus tersebut akibat sampah plastik.
Terlepas dari penyebab kematian paus, satu hal yang menjadi perhatian adalah masih tingginya penyebaran sampah plastik di Indonesia. Berdasarkan jurnal Jambeck, J, R. dkk berjudul "Plastic waste inputs from land into the ocean" tahun 2015, Indonesia merupakan negara terbesar setelah China yang menghasilkan sampah plastik.
Data per tahun 2010, sampah plastik yang dihasilkan Indonesia mencapai 3,2 juta metrik ton/tahun. Gambaran data itu memperlihatkan, pencemaran lingkungan sudah cukup mengkhawatirkan.
Sementara dalam laporan World Bank per 2016, total sampah plastik rata-rata global telah mencapai 242 juta ton, atau menyumbang 12% dari komponen penyebab pencemaran lingkungan.
Jika tak ada aksi nyata dalam menyelamatkan lingkungan, World Bank memproyeksi pencemaran lingkungan akan meningkat hingga 70% pada 2050. Kondisi tersebut tentu mengkhawatirkan semua pihak, termasuk Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim.
Hal ini pula yang menjadi latar belakang Jim mengunjungi Indonesia pada pertengahan tahun lalu, guna mengingatkan bahaya dari pencemaran lingkungan khususnya sampah plastik.
Saat dilakukan pendalaman penyebab kematiannya, ditemukan beberapa sampah plastik di dalam perut ikan malang tersebut. Isu pun mulai menyebar liar jika temuan itulah yang jadi penyebab utamanya.
Namun Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) belum bisa memastikan, jika sampah plastik jadi biang keroknya. Kepala Pusat Penelitian Laut LIPI Augy Syahailatua menyatakan seperti yang dikutip detik.com, belum tentu kematian ikan paus tersebut akibat sampah plastik.
Data per tahun 2010, sampah plastik yang dihasilkan Indonesia mencapai 3,2 juta metrik ton/tahun. Gambaran data itu memperlihatkan, pencemaran lingkungan sudah cukup mengkhawatirkan.
Sementara dalam laporan World Bank per 2016, total sampah plastik rata-rata global telah mencapai 242 juta ton, atau menyumbang 12% dari komponen penyebab pencemaran lingkungan.
Jika tak ada aksi nyata dalam menyelamatkan lingkungan, World Bank memproyeksi pencemaran lingkungan akan meningkat hingga 70% pada 2050. Kondisi tersebut tentu mengkhawatirkan semua pihak, termasuk Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim.
Hal ini pula yang menjadi latar belakang Jim mengunjungi Indonesia pada pertengahan tahun lalu, guna mengingatkan bahaya dari pencemaran lingkungan khususnya sampah plastik.
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular