
Sudah Teken Paris Agreement, RI Masih Andalkan Batu Bara
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
21 November 2018 13:00

Jakarta, CNBC Indonesia- Pengembangan energi baru dan terbarukan di Indonesia memang tidak mudah. Meski sudah menandatangani Paris Agreement, Indonesia masih menggantungkan diri pada batu bara.
Dirjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Rida Mulyana menjelaskan, karena pada saat ini sumber daya yang dimiliki oleh Indonesia adalah batu bara.
[Gambas:Video CNBC]
"Itu masalah lama. Di Polandia, batu bara masih dipakai 60-70% porsinya, tidak seperti di Norwegia atau Denmark. Kenapa begitu? Mereka bilang mereka punyanya batu bara saat ini. Nah, boleh tidak Indonesia jawabnya seperti itu?" Ujar Rida saat menyampaikan sambutannya dalam acara Indonesian-Germany Renewable Energy Day 2018, di Jakarta, Rabu (21/11/2018).
Lebih lanjut, Rida mengatakan, bukan berarti Indonesia tidak peduli akan energi hijau, tentu negara ingin mengimplementasikan secara merata dan bersih.
Hanya saja, lanjut Rida, fokus pemerintah saat ini adalah penyebaran energi yang berkeadilan.
"Yang pertama merata dulu. Kalau bisa ya merata dan bersih. Di saat bersamaan, kami harus memilih siapkan energi merata ke seluruh wilayah. Merata itu seperti BBM satu harga," kata Rida.
Adapun, sebagai informasi, sampai pada kuartal III 2018, investasi di sektor energi baru dan terbarukan (EBT) tercatat baru mencapai 40% atau sekitar US$ 804 juta dari target yang ditetapkan pemerintah yakni US$ 2,01 miliar sampai akhir tahun.
Rida mengakui investasi di sektor EBTKE melambat. Ini terjadi karena ada beberapa proyek pengeboran yang tertunda.
"Di beberapa lokasi, seperti Star Energy, ada juga proyek Pertamina ada penundaan pengeboran. Itu kan jadi komponen investasi. Itu yang buat realisasi investasi agak melambat," kata dia kepada media ketika dijumpai di kantornya, di Gedung EBTKE, Jakarta, Jumat (26/10/2018).
Kebanyakan pengeboran yang tertunda ini terjadi di energi panas bumi. Tapi, dia optimistis hingga akhir tahun proyek-proyek ini tetap on track. Untuk investasi PLTP, hingga akhir tahun ditarget tercapai US$ 1,2 miliar sebab masih banyak investor yang antre.
(gus) Next Article Wujudkan SDM Handal, ESDM Gelar Pelatihan Instalasi Listrik
Dirjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Rida Mulyana menjelaskan, karena pada saat ini sumber daya yang dimiliki oleh Indonesia adalah batu bara.
[Gambas:Video CNBC]
"Itu masalah lama. Di Polandia, batu bara masih dipakai 60-70% porsinya, tidak seperti di Norwegia atau Denmark. Kenapa begitu? Mereka bilang mereka punyanya batu bara saat ini. Nah, boleh tidak Indonesia jawabnya seperti itu?" Ujar Rida saat menyampaikan sambutannya dalam acara Indonesian-Germany Renewable Energy Day 2018, di Jakarta, Rabu (21/11/2018).
Lebih lanjut, Rida mengatakan, bukan berarti Indonesia tidak peduli akan energi hijau, tentu negara ingin mengimplementasikan secara merata dan bersih.
Hanya saja, lanjut Rida, fokus pemerintah saat ini adalah penyebaran energi yang berkeadilan.
"Yang pertama merata dulu. Kalau bisa ya merata dan bersih. Di saat bersamaan, kami harus memilih siapkan energi merata ke seluruh wilayah. Merata itu seperti BBM satu harga," kata Rida.
Adapun, sebagai informasi, sampai pada kuartal III 2018, investasi di sektor energi baru dan terbarukan (EBT) tercatat baru mencapai 40% atau sekitar US$ 804 juta dari target yang ditetapkan pemerintah yakni US$ 2,01 miliar sampai akhir tahun.
Rida mengakui investasi di sektor EBTKE melambat. Ini terjadi karena ada beberapa proyek pengeboran yang tertunda.
"Di beberapa lokasi, seperti Star Energy, ada juga proyek Pertamina ada penundaan pengeboran. Itu kan jadi komponen investasi. Itu yang buat realisasi investasi agak melambat," kata dia kepada media ketika dijumpai di kantornya, di Gedung EBTKE, Jakarta, Jumat (26/10/2018).
Kebanyakan pengeboran yang tertunda ini terjadi di energi panas bumi. Tapi, dia optimistis hingga akhir tahun proyek-proyek ini tetap on track. Untuk investasi PLTP, hingga akhir tahun ditarget tercapai US$ 1,2 miliar sebab masih banyak investor yang antre.
(gus) Next Article Wujudkan SDM Handal, ESDM Gelar Pelatihan Instalasi Listrik
Most Popular