Produksi Pertamina Jeblok, ESDM: Mundur Aja Kalau Tak Bisa

Gustidha Budiartie & Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
19 November 2018 15:53
ESDM tegaskan Pertamina harus fokus kejar produksi, disarankan mundur jika tidak bisa
Foto: Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Djoko Siswanto (CNBC Indonesia/Anastasia Arvirianty)
Jakarta, CNBC Indonesia- Kinerja PT Pertamina (Persero) di sektor hulu masih mendapat rapor merah dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Berdasar data dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) yang diterima CNBC Indonesia, diketahui produksi gas Pertamina banyak meleset dari target. Begitu juga dengan sebagian produksi minyaknya. Sementara, ongkos atau biaya produksinya terus membengkak.



Produksi Pertamina Jeblok, ESDM: Mundur Aja Kalau Tak BisaFoto: dok. SKK Migas


Dari rata-rata ongkos produksi US$ 19 per barel setara minyak, biaya Pertamina jauh di atas rata-rata tersebut. Untuk PHE West Madura Offshore misalnya cost recoverablenya mencapai US$ 40,6 per barel setara minyak. Angka ini merupakan kedua tertinggi di sektor industri migas, ongkos tertinggi masih dipegang oleh Petronas Carigali dengan US$ 46,4 per barel setara minyak.

Produksi Pertamina Jeblok, ESDM: Mundur Aja Kalau Tak BisaFoto: dok. SKK Migas


Ini kemudian membuat Kementerian ESDM geram, apalagi Pertamina selaku BUMN diharapkan bisa menjadi teladan dalam hal efisiensi biaya produksi. "Pertamina harusnya menjadi cost leadership di hulu migas Indonesia," ujar Jonan dalam pesan tertulisnya, Senin (19/11/2018).



Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM Djoko Siswanto juga menanggapi hal serupa, "Yang jauh di bawah target harusnya para pengurusnya fokus," kata Djoko. Jika tidak bisa capai target, Djoko bahkan menyarankan agar pengurusnya untuk mundur

"Cari solusinya atau mundur saja kalau tidak bisa mencapai target yang telah disepakati," kata Djoko. Apalagi, lanjut Djoko, ongkosnya naik terus tapi produksinya jauh di bawah target.

Senior Vice President Upstream Strategic Planning and Operation Evaluation Pertamina Meidawati menuturkan, jauhnya realisasi tersebut utamanya disebabkan oleh penurunan produksi (decline) dari lapangan-lapangan Pertamina yang mayoritas merupakan lapangan sepuh.

"Untuk ONWJ, run rate di awal terlalu tinggi, terus ada juga decline yang cukup besar untuk gas, sekitar 20%. Sedangkan Mahakam, juga mengalami decline sangat tinggi, sekitar 50%. Decline adalah hal wajar, apalagi itu adalah blok-blok sepuh," terang Meidawati kepada CNBC Indonesi saat dihubungi, Senin (19/11/2018).
(gus) Next Article ESDM Sebut Cost Recovery Pertamina Naik Tapi Produksi Jeblok

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular