Kurangi Impor Gandum, Mie Instan Akan Gunakan Tepung Sagu

Samuel Pablo, CNBC Indonesia
19 November 2018 09:46
Bahan baku mie instan dipenuhi dari impor.
Foto: REUTERS/Darren Whiteside
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Pertanian akan mengurangi ketergantungan impor pangan melalui program Pengembangan Industri Pangan Lokal (PIPL).

Salah satu impor yang akan dikurangi adalah gandum, di mana saat ini kebutuhan komoditas itu seluruhnya dipenuhi dari impor.

Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP), Agung Hendriadi, mengatakan upaya mengurangi impor gandum ini adalah dengan program pencampuran 10% tepung sagu ke mie instan.

Dia menuturkan pencampuran tepung sagu itu tidak akan mengubah rasa dan tekstur dari mie instan.

"Kalau gitu kenapa tidak kita mulai dari dulu? Saat ini, produksi tepung lokal kita [secara nasional] baru 500 ribu ton. Kalau mau TKDN 10% di tepung, kita butuh produksi 100 juta ton. Makanya sekarang kita dorong industri tepung lokal dari sagu, singkong, jagung, dan pisang," kata Agung di kantornya, Jumat (19/11/2018).


Untuk itu, BKP berupaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan lokal sebagai bahan baku tepung, seperti tepung mocaf yang berbahan baku singkong.

Dia mencontohkan, produktivitas lahan singkong sebesar 20-30 ton per hektar akan menghasilkan tepung mocaf dengan harga di atas Rp 10.000/kg.

"Nah, bisa nggak kelompok tani kita memproduksi singkong hingga 80 ton per hektar? Kalau bisa, maka harga tepung mocaf hanya jadi sekitar Rp 6.000-6.500/kg. Begitu juga dengan sagu," kata Agung.


Dia menyebut Lampung sebagai daerah penghasil singkong dengan produktivitas yang cukup tinggi hingga di atas 50 ton per hektar.

Setelah peningkatan produktivitas pangan lokal di sektor hulu berhasil, BKP bekerja sama dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia akan mengupayakan industri makanan dan minuman (mamin) sebagai offtaker dari produk petani tersebut.

"Tapi ya itu tadi, harga dan kualitasmya harus kompetitif. Makanya kita buat 10 pilot [untuk program PIPL]nih, kita tempatkan dekat dengan lokasi pabrik dia. Kita upayakan kapasitas produksi mungkin sekitar 10 ton tepung per hari, atau 200-300 ton per bulan," jelasnya.
(ray/ray) Next Article Duh! Mau Lebaran, Harga Terigu Naik Rp1.000 sejak Desember

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular