
BNI Tokyo: Mencari Celah di Margin Rendah
Wahyu Daniel, CNBC Indonesia
11 November 2018 12:39

Tokyo, CNBC Indonesia - Sudah hampir 50 tahun, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) memiliki kantor cabang di Tokyo. Menarik melihat kinerja cabang BNI di ibu kota negeri sakura tersebut. Empat tahun terakhir, laba bersih kantor cabang BNI di Tokyo naik delapan kali lipat.
"Pokoknya target kami adalah kantor cabang di luar negeri untung dan bisa mandiri tanpa bantuan kantor pusat. Keuntungannya kan bisa jadi devisa buat negara," kata Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta di Tokyo, Selasa (6/11/2018).
BNI memiliki satu kantor cabang di Tokyo. Pada 2014, laba kantor cabang itu adalah US$ 1 juta, sementara di akhir 2018 ini ditargetkan US$ 8 juta.
Per September 2018 lalu, laba BNI cabang Tokyo adalah US$ 5,62 juta. Laba itu diperoleh dari pendapatan bunga US$ 14,26 juta. Kemudian juga dari fee based income sebesar US$ 4,37 juta.
Tantangan bisnis BNI di negeri sakura tergolong berat. Margin bunga di negeri ini sangat tipis, tidak seperti di Indonesia yang bisa mencapai 5% lebih. Aset BNI cabang Tokyo juga meningkat dari US$ 436,72 juta di 2016 menjadi US$ 757,17 juta.
General Manager BNI Cabang Tokyo, Ario Bimo, mengatakan suku bunga acuan bank sentral Jepang minus. Hal itu berarti bunga kredit sangat rendah dan jauh di bawah bunga di Indonesia.
Bayangkan, BNI harus bisa bersaing di suku bunga rendah agar tetap atraktif. Bimo menjelaskan, bunga kredit yang diberikan BNI harus di kisaran 0,7% agar tetap kompetitif.
"Dana pihak ketiga kami dapatkan dari pinjaman dari bank lain. Sebab, dana pihak ketiga dari tabungan atau deposito masyarakat kecil," katanya.
Selain kantor cabang di Tokyo, BNI juga memiliki subkantor cabang di Osaka. Deputy Regional Head BNI Tokyo, Made Sukajaya mengatakan, total jumlah pegawai BNI di Jepang adalah 34 orang. Tercatat lima orang pegawai dari Indonesia dan sisanya adalah warga negara Jepang.
Bisnis kredit yang banyak diberikan oleh BNI lewat kantor cabangnya di Tokyo adalah kredit untuk sektor perdagangan. Total kredit yang dikucurkan BNI cabang Tokyo hingga September 2018 adalah US$ 432,52 juta. Sampai akhir tahun ini ditargetkan US$ 450 juta.
Untuk kredit, Herry Sidharta mengatakan, BNI fokus menjadikan cabang-cabangnya di luar negeri sebagai agen pendorong ekspor Indonesia. Caranya dengan mendanai perusahaan-perusahaan luar negeri yang mau membeli barang dari Indonesia.
Bahkan BNI juga bersedia membiayai pembelian bahan baku ekspor perusahaan Indonesia yang memiliki cabang di luar negeri. BNI saat ini memiliki enam cabang di luar negeri, yaitu Singapura, London, New York, Tokyo, Hong Kong, dan Seoul.
"Cabang-cabang di luar negeri kami dorong untuk membiayai perdagangan khususnya mendorong ekspor Indonesia. Jadi cabang ini mencari dana sendiri di luar negeri dan nanti akan digunakan untuk pembiayaan tersebut," kata Herry.
Seluruh cabang BNI di luar negeri memiliki total aset US$ 5,189 miliar per September 2018, atau 10% dari total aset BNI secara keseluruhan. Aset cabang luar negeri terbesar secara berturut-turut adalah Singapura, Hong Kong, London, New York, Tokyo, dan Seoul.
(miq/miq) Next Article Kumpulkan Investor, BNI Pamerkan Kesuksesan Tol Trans Jawa
"Pokoknya target kami adalah kantor cabang di luar negeri untung dan bisa mandiri tanpa bantuan kantor pusat. Keuntungannya kan bisa jadi devisa buat negara," kata Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta di Tokyo, Selasa (6/11/2018).
BNI memiliki satu kantor cabang di Tokyo. Pada 2014, laba kantor cabang itu adalah US$ 1 juta, sementara di akhir 2018 ini ditargetkan US$ 8 juta.
Tantangan bisnis BNI di negeri sakura tergolong berat. Margin bunga di negeri ini sangat tipis, tidak seperti di Indonesia yang bisa mencapai 5% lebih. Aset BNI cabang Tokyo juga meningkat dari US$ 436,72 juta di 2016 menjadi US$ 757,17 juta.
![]() |
General Manager BNI Cabang Tokyo, Ario Bimo, mengatakan suku bunga acuan bank sentral Jepang minus. Hal itu berarti bunga kredit sangat rendah dan jauh di bawah bunga di Indonesia.
Bayangkan, BNI harus bisa bersaing di suku bunga rendah agar tetap atraktif. Bimo menjelaskan, bunga kredit yang diberikan BNI harus di kisaran 0,7% agar tetap kompetitif.
"Dana pihak ketiga kami dapatkan dari pinjaman dari bank lain. Sebab, dana pihak ketiga dari tabungan atau deposito masyarakat kecil," katanya.
Selain kantor cabang di Tokyo, BNI juga memiliki subkantor cabang di Osaka. Deputy Regional Head BNI Tokyo, Made Sukajaya mengatakan, total jumlah pegawai BNI di Jepang adalah 34 orang. Tercatat lima orang pegawai dari Indonesia dan sisanya adalah warga negara Jepang.
Bisnis kredit yang banyak diberikan oleh BNI lewat kantor cabangnya di Tokyo adalah kredit untuk sektor perdagangan. Total kredit yang dikucurkan BNI cabang Tokyo hingga September 2018 adalah US$ 432,52 juta. Sampai akhir tahun ini ditargetkan US$ 450 juta.
Untuk kredit, Herry Sidharta mengatakan, BNI fokus menjadikan cabang-cabangnya di luar negeri sebagai agen pendorong ekspor Indonesia. Caranya dengan mendanai perusahaan-perusahaan luar negeri yang mau membeli barang dari Indonesia.
Bahkan BNI juga bersedia membiayai pembelian bahan baku ekspor perusahaan Indonesia yang memiliki cabang di luar negeri. BNI saat ini memiliki enam cabang di luar negeri, yaitu Singapura, London, New York, Tokyo, Hong Kong, dan Seoul.
"Cabang-cabang di luar negeri kami dorong untuk membiayai perdagangan khususnya mendorong ekspor Indonesia. Jadi cabang ini mencari dana sendiri di luar negeri dan nanti akan digunakan untuk pembiayaan tersebut," kata Herry.
Seluruh cabang BNI di luar negeri memiliki total aset US$ 5,189 miliar per September 2018, atau 10% dari total aset BNI secara keseluruhan. Aset cabang luar negeri terbesar secara berturut-turut adalah Singapura, Hong Kong, London, New York, Tokyo, dan Seoul.
(miq/miq) Next Article Kumpulkan Investor, BNI Pamerkan Kesuksesan Tol Trans Jawa
Most Popular