Sejak 2016, Tidak Ada Lagi Maskapai RI Yang Pesan Boeing

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
29 October 2018 13:15
Menariknya, berdasarkan penelusuran Tim Riset CNBC Indonesia, terakhir kali maskapai RI memesan pesawat jenis Boeing 737 adalah pada tahun 2015
Foto: REUTERS/Randall Hill
Jakarta, CNBC IndonesiaPesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT-610 hilang kontak dan diduga telah jatuh di Tanjung Karawang. Saat ini seluruh pihak terkait masih melakukan pencarian pesawat tersebut.

JT-610 merupakan pesawat pabrikan Boeing. Lion Air menjadi maskapai pertama di dunia yang menerima pesawat jenis Boeing 737 Max 8 yang terkena musibah kecelakaan tersebut.

Lion Air menerima pesawat tersebut pada Mei 2017, melalui anak usahanya Malindo Air yang melayani rute penerbangan regional di Kawasan Asia Tenggara. Menyusul selanjutnya Norwegian Air.

Menurut situs Boeing, seperti dikutip Senin (29/10/2018) per unit pesawat canggih tersebut saat itu dibanderol seharga US$117,1 juta atau Rp1,8 triliun per unit. Menurut lembaga penilai pesawat Aircraft Value, nilai Boeing 737 Max 8 berada di angka US$54,5 juta atau Rp 830 miliar di pasar sekunder pertengahan September ini. (Asumsi kurs US$ 1 = Rp 15.200).

Menariknya, berdasarkan penelusuran Tim Riset CNBC Indonesia dari situs Boeing, terakhir kali maskapai RI memesan pesawat jenis Boeing 737 adalah pada tahun 2015. Kala itu, Sriwijaya Air memesan 2 unit Boeing 737-900 ER.

Lebih jauh sedikit, Garuda Indonesia memesan 50 unit Boeing 737 MAX pada tahun 2014. Sementara itu, Lion Air memesan 209 unit Boeing 737 pada tahun 2012 (terdiri dari 201 unit Boeing 737 MAX, 5 unit Boeing 737-800, dan 3 unit Boeing 737-900 ER). Pesawat pesanan Lion Air ini kemudian baru dikirim secara perdana pada 16 Mei 2017.

Meski demikian, pada tahun 2017 lalu, ternyata Lion Air sudah tidak lagi memesan pesawat ke Boeing. Adalah pabrikan merek Airbus asal Eropa yang kini dilirik perusahaan yang dipimpin oleh Rusdi Kirana.

Mengutip situs Airbus, Lion Air memesan 178 unit jenis A320 dan A321 neo dari Airbus pada tahun lalu.  Tidak hanya Lion Air, Garuda Indonesia dan Citilink pun memesan masing-masing 8 dan 25 unit Airbus jenis A320 neo di tahun 2017.

Baru pada tahun ini, Lion Air berencana kembali memesan jenis pesawat baru Boeing, yakni Boeing 737 Max 10.  Tapi itu pun baru sekedar rencana.

Apabila ditinjau secara global, sejak tahun 2013 Airbus memang sudah mengungguli Boeing (dari segi pemesanan).

Pada tahun 2017, Airbus mendapat pesanan 1.229 unit pesawat (gross) dengan nilai mencapai US$ 153,7 miliar (Rp 2.300 triliun). Volume pemesanan itu tercatat meningkat 29,5% dari setahun sebelumnya.

Adapun, jenis pesawat yang paling banyak dipesan di tahun lalu adalah A319/A320/A321 neo, yakni mencapai 999 unit, atau lebih dari 80% dari total pemesanan. Pelanggan terbesar dari jenis ini adalah maskapai IndiGo (India) yang memesan 430 unit pesawat di tahun lalu. Capaian itu diikuti oleh maskapai Air Asia (Malaysia) dengan 404 unit.

Lalu bagaimana dengan sang rival Boeing? Perusahaan asal Negeri Paman Sam ini ternyata mencatatkan pemesanan yang tipis di bawah Airbus pada tahun 2017, yakni sebesar 1.053 unit (gross). Tapi memang, sejak tahun 2013, Boeing sudah tidak mampu mengungguli Airbus.



Penyumbang terbesar bagi volume pemesanan Boeing adalah jenis Boeing 737, yakni mencapai 865 unit pada 2017. Jenis itu berkontribusi 82% lebih dari total volume pesawat Boeing yang dipesan oleh maskapai.

Adapun pemesan terbanyak Boeing 737 pada tahun 2017 adalah maskapai flydubai dari Uni Emirat Arab, dengan volume pemesanan mencapai 175 unit.  

(TIM RISET CNBC INDONESIA)




(RHG/wed) Next Article Boeing Selesaikan Klaim Kecelakaan Lion Air 737 Max

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular