
Batal Minta Tarif Naik, Maskapai Jual Tiket Ekonomi Premium
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
25 October 2018 19:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Maskapai nasional meminta diizinkan untuk membuka kelas kursi penumpang baru yaitu ekonomi premium.
Ketua Indonesia National Air Carriers Association (INACA), Ari Ashkara, mengatakan kelas tersebut dibutuhkan maskapai untuk meraih lebih banyak pasar.
Pasalnya, saat ini yang diperbolehkan berdasarkan peraturan di dalam negeri hanya ada kelas ekonomi, bisnis, dan first class, yang terdiri dari 12 sub kelas.
"Kami akan memberikan kepada Kementerian Perhubungan untuk membuka kelas baru yaitu premium economy. Kita ga bisa buka saat ini karena regulasinya tidak mengizinkan hal itu," katanya dalam konferensi pers, Kamis (25/10/2018).
Dia menuturkan saat ini perbedaan harga antara kursi kelas Y (tertinggi di ekonomi) sangat jauh dengan kelas bisnis.
"Perbedaan antara Y class dengan business 2-3 kali, ini [ekonomi premium] 1,5 kali lah," kata Ari Ashkara, yang juga Direktur Utama Garuda Indonesia.
Dia menuturkan maskapai asing sudah lumrah membuka kursi kelas ekonomi premium, contohnya adalah Singapore Airlines dan Cathay Pacific.
Ari juga mengatakan munculnya ide kursi ekonomi premium ini membuat maskapai nasional tidak ingin lagi mendorong adanya revisi tarif batas atas dan bawah tiket penerbangan.
"Enggak ada kita minta kenaikan karena kita sudah ada instrumen untuk bermain di subclassesnya."
Permintaan kelas baru ini juga bertujuan untuk mengakselerasi pendapatan di tengah tekanan naiknya harga minyak dan melemahnya nilai tukar terhadap dolar AS.
"[Kontribusi] avtur tadi 38-40% [terhadap total biaya operasional], kalau impact depresiasi rupiah 10,8-11%," kata Ari.
(ray/gus) Next Article Duh! Maskapai Kanada Batalkan Penerbangan Boeing 737 MAX
Ketua Indonesia National Air Carriers Association (INACA), Ari Ashkara, mengatakan kelas tersebut dibutuhkan maskapai untuk meraih lebih banyak pasar.
Pasalnya, saat ini yang diperbolehkan berdasarkan peraturan di dalam negeri hanya ada kelas ekonomi, bisnis, dan first class, yang terdiri dari 12 sub kelas.
Dia menuturkan saat ini perbedaan harga antara kursi kelas Y (tertinggi di ekonomi) sangat jauh dengan kelas bisnis.
"Perbedaan antara Y class dengan business 2-3 kali, ini [ekonomi premium] 1,5 kali lah," kata Ari Ashkara, yang juga Direktur Utama Garuda Indonesia.
Dia menuturkan maskapai asing sudah lumrah membuka kursi kelas ekonomi premium, contohnya adalah Singapore Airlines dan Cathay Pacific.
Ari juga mengatakan munculnya ide kursi ekonomi premium ini membuat maskapai nasional tidak ingin lagi mendorong adanya revisi tarif batas atas dan bawah tiket penerbangan.
"Enggak ada kita minta kenaikan karena kita sudah ada instrumen untuk bermain di subclassesnya."
Permintaan kelas baru ini juga bertujuan untuk mengakselerasi pendapatan di tengah tekanan naiknya harga minyak dan melemahnya nilai tukar terhadap dolar AS.
"[Kontribusi] avtur tadi 38-40% [terhadap total biaya operasional], kalau impact depresiasi rupiah 10,8-11%," kata Ari.
(ray/gus) Next Article Duh! Maskapai Kanada Batalkan Penerbangan Boeing 737 MAX
Most Popular