
Mendag Jelaskan Soal Derasnya Impor Pangan di RI
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
23 October 2018 14:48

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyebut kenaikan impor beberapa komoditas pangan dan perkebunan masih terkendali.
Menurutnya, ekspor komoditas perkebunan RI seperti kopi dan kakao juga tinggi, sehingga neraca perdagangan komoditas-komoditas tersebut masih dalam taraf keseimbangan yang wajar.
"Secara keseluruhan masih OK. Kopi kita ekspor juga tinggi loh, kakao juga ada impor memang, tapi kita ekspornya tinggi. Jadi hanya jenisnya saja yang berbeda," ujar Enggar kepada CNBC Indonesia di Sekretariat Negara, Selasa (23/10/2018).
Lebih lanjut, dia menegaskan pemerintah akan mengendalikan impor barang jadi, salah satunya melalui kebijakan PLB (Pusat Logistik Berikat). Namun, kebijakan ini masih dikomunikasikan lebih lanjut dengan pemangku kebijakan terkait.
"Impor barang jadi kita usahakan mencoba mengatur dengan PLB itu, tapi ya masih perlu dirapatkan dulu ini," katanya.
Secara keseluruhan, Enggar mengajak seluruh pihak mensyukuri neraca perdagangan RI yang surplus di bulan September lalu.
Menurutnya, hal ini sangat menarik dilihat di tengah kondisi perekonomian global yang tidak menentu karena perang dagang.
"Kalau kita bicara neraca perdagangan BPS, kita surplus kan. Dan di tengah kondisi seperti ini, surplus ini menarik kan sebenarnya. Harus disyukuri," pungkasnya.
Seperti diketahui, sejumlah impor komoditas pangan dan perkebunan diketahui meningkat sepanjang Januari-September 2018 dibandingkan dengan Januari-September 2018.
Berikut sejumlah komoditas yang mengalami kenaikan imporl:
Beras
Impor beras naik signifikan menjadi 2,01 juta ton dibandingkan sebelumnya hanya 198.560 ton.
Kenaikan drastis ini tentu karena penugasan impor beras yang diberikan pemerintah kepada Bulog.
Gula
Kenaikan impor pangan juga ada pada komoditas gula tebu sebesar 9,7% atau dari 3,08 juta ton menjadi 3,38 juta ton.
Sebagai informasi, impor gula tebu dalam bentuk raw sugar tidak hanya diolah menjadi gula konsumsi, namun juga gula kristal rafinasi (GKR) untuk keperluan industri makanan dan minuman (mamin).
Daging Lembu
Komoditas pangan selanjutnya yang mengalami kenaikan impor adalah daging jenis lembu, termasuk di dalamnya daging sapi dan kerbau.
Sepanjang Januari-September 2018, impornya secara kumulatif telah mencapai 140.268 ton, naik 17,81% dari sebelumnya 119.061 ton.
Garam
Impor garam juga mengalami kenaikan 22,34% atau dari 1,79 juta ton menjadi 2,19 juta ton.
Perlu diketahui, impor garam utamanya dibutuhkan untuk keperluan industri, mulai dari industri mamin, farmasi, hingga kimia. Kualitas garam lokal yang belum mencukupi standar industri menjadi alasan impor garam terus meningkat dari tahun ke tahun.
Kakao
Impor kakao tercatat 190.308 ton atau naik 16,80% dari sebelumnya 162.924 ton.
Mentega
Komoditas mentega mengalami kenaikan impor sekitar 2.000 ton atau dari 15.501 ton menjadi 17.244 ton.
Tepung Terigu
Sementara itu, tepung terigu mencatatkan kenaikan hingga sekitar 30% dari 36.157 ton menjadi 47.350 ton.
Teh
Sepanjang Januari-September 2018, impor teh tercatat 11.054 ton atau naik sekitar 3% menjadi 10.702 ton.
Kopi
Impor kopi mengalami kenaikan signifikan hingga 524% atau dari 11.810 ton menjadi 73.756 ton.
Cengkeh
Komoditas cengkeh mengalami kenaikan impor 6,49% dari 12.455 ton menjadi 13.264 ton.
[Gambas:Video CNBC]
(ray/ray) Next Article Sudah 76 Tahun Merdeka, Indonesia Tetap Doyan Impor Pangan!
Menurutnya, ekspor komoditas perkebunan RI seperti kopi dan kakao juga tinggi, sehingga neraca perdagangan komoditas-komoditas tersebut masih dalam taraf keseimbangan yang wajar.
"Secara keseluruhan masih OK. Kopi kita ekspor juga tinggi loh, kakao juga ada impor memang, tapi kita ekspornya tinggi. Jadi hanya jenisnya saja yang berbeda," ujar Enggar kepada CNBC Indonesia di Sekretariat Negara, Selasa (23/10/2018).
"Impor barang jadi kita usahakan mencoba mengatur dengan PLB itu, tapi ya masih perlu dirapatkan dulu ini," katanya.
Secara keseluruhan, Enggar mengajak seluruh pihak mensyukuri neraca perdagangan RI yang surplus di bulan September lalu.
Menurutnya, hal ini sangat menarik dilihat di tengah kondisi perekonomian global yang tidak menentu karena perang dagang.
"Kalau kita bicara neraca perdagangan BPS, kita surplus kan. Dan di tengah kondisi seperti ini, surplus ini menarik kan sebenarnya. Harus disyukuri," pungkasnya.
Seperti diketahui, sejumlah impor komoditas pangan dan perkebunan diketahui meningkat sepanjang Januari-September 2018 dibandingkan dengan Januari-September 2018.
Berikut sejumlah komoditas yang mengalami kenaikan imporl:
Beras
Impor beras naik signifikan menjadi 2,01 juta ton dibandingkan sebelumnya hanya 198.560 ton.
Kenaikan drastis ini tentu karena penugasan impor beras yang diberikan pemerintah kepada Bulog.
Gula
Kenaikan impor pangan juga ada pada komoditas gula tebu sebesar 9,7% atau dari 3,08 juta ton menjadi 3,38 juta ton.
Sebagai informasi, impor gula tebu dalam bentuk raw sugar tidak hanya diolah menjadi gula konsumsi, namun juga gula kristal rafinasi (GKR) untuk keperluan industri makanan dan minuman (mamin).
Daging Lembu
Komoditas pangan selanjutnya yang mengalami kenaikan impor adalah daging jenis lembu, termasuk di dalamnya daging sapi dan kerbau.
Sepanjang Januari-September 2018, impornya secara kumulatif telah mencapai 140.268 ton, naik 17,81% dari sebelumnya 119.061 ton.
Garam
Impor garam juga mengalami kenaikan 22,34% atau dari 1,79 juta ton menjadi 2,19 juta ton.
Perlu diketahui, impor garam utamanya dibutuhkan untuk keperluan industri, mulai dari industri mamin, farmasi, hingga kimia. Kualitas garam lokal yang belum mencukupi standar industri menjadi alasan impor garam terus meningkat dari tahun ke tahun.
Kakao
Impor kakao tercatat 190.308 ton atau naik 16,80% dari sebelumnya 162.924 ton.
Mentega
Komoditas mentega mengalami kenaikan impor sekitar 2.000 ton atau dari 15.501 ton menjadi 17.244 ton.
Tepung Terigu
Sementara itu, tepung terigu mencatatkan kenaikan hingga sekitar 30% dari 36.157 ton menjadi 47.350 ton.
Teh
Sepanjang Januari-September 2018, impor teh tercatat 11.054 ton atau naik sekitar 3% menjadi 10.702 ton.
Kopi
Impor kopi mengalami kenaikan signifikan hingga 524% atau dari 11.810 ton menjadi 73.756 ton.
Cengkeh
Komoditas cengkeh mengalami kenaikan impor 6,49% dari 12.455 ton menjadi 13.264 ton.
[Gambas:Video CNBC]
(ray/ray) Next Article Sudah 76 Tahun Merdeka, Indonesia Tetap Doyan Impor Pangan!
Most Popular