
Tekan Defisit Dagang, RI Akan Bicara dengan China & Singapura
Arys Aditya, CNBC Indonesia
16 October 2018 14:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia bakal menjajal peluang baru untuk menekan defisit neraca perdagangan melalui pembicaraan dengan beberapa negara mitra perdagangan, seperti China, Thailand dan Singapura.
Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi, Ahmad Erani Yustika, mengatakan pembicaraan tersebut adalah satu dari berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah untuk menekan defisit perdagangan, mengiringi berbagai kebijakan yang telah diterapkan.
"Tetapi pembicaraan tersebut sama sekali bukan dalam konteks perjanjian perdagangan atau negosiasi ulang," kata Erani ketika dihubungi, Selasa (16/10/2018).
"Kita bisa berbicara dengan negara mitra tentang peluang yang bisa dikembangkan oleh Indonesia dalam perdagangan."
Hal itu ia sampaikan sekaligus sebagai klarifikasi terhadap berita CNBC Indonesia berjudul 'Jokowi Mau Nego Ulang Perjanjian Dagang! Ikuti Langkah Trump?' pada Senin (15/10/2018).
Ia mengatakan, Pemerintah terus mencermati situasi ekonomi, termasuk neraca perdagangan, agar seluruh pencapaian ekonomi sesuai dengan target.
Dalam berita sebelumnya, pembicaraan ini menjadi penting untuk dilakukan agar hubungan kemitraan dan perdagangan antar Indonesia dan negara-negara tersebut lebih mencerminkan kepentingan dan keuntungan untuk kedua belah pihak.
"Jadi dimungkinkan ada pembicaraan dengan Singapura dan Thailand untuk level ASEAN, agar kita bisa mengurangi defisit, atau malah berbalik surplus. Dengan China tentu juga bisa dinegosiasikan."
Dia mencontohkan, pembicaraan dengan negara mitra dagang tersebut bisa berupa pembukaan pasar ekspor baru bagi produk Indonesia atau pengurangan impor dari negara-negara terkait.
"Apa nih yang bisa ditawarkan oleh Singapura agar barang Indonesia bisa masuk? Atau impor Singapura dikurangi. Itu dicek lagi dan detil. Saya kira pemerintah bergerak cepat. Pemerintah tentu akan bergerak cepat dengan hal-hal seperti ini."
(ray) Next Article Virus Corona Bikin Impor dari China Anjlok di Februari 2020
Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi, Ahmad Erani Yustika, mengatakan pembicaraan tersebut adalah satu dari berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah untuk menekan defisit perdagangan, mengiringi berbagai kebijakan yang telah diterapkan.
"Tetapi pembicaraan tersebut sama sekali bukan dalam konteks perjanjian perdagangan atau negosiasi ulang," kata Erani ketika dihubungi, Selasa (16/10/2018).
Hal itu ia sampaikan sekaligus sebagai klarifikasi terhadap berita CNBC Indonesia berjudul 'Jokowi Mau Nego Ulang Perjanjian Dagang! Ikuti Langkah Trump?' pada Senin (15/10/2018).
Ia mengatakan, Pemerintah terus mencermati situasi ekonomi, termasuk neraca perdagangan, agar seluruh pencapaian ekonomi sesuai dengan target.
Dalam berita sebelumnya, pembicaraan ini menjadi penting untuk dilakukan agar hubungan kemitraan dan perdagangan antar Indonesia dan negara-negara tersebut lebih mencerminkan kepentingan dan keuntungan untuk kedua belah pihak.
"Jadi dimungkinkan ada pembicaraan dengan Singapura dan Thailand untuk level ASEAN, agar kita bisa mengurangi defisit, atau malah berbalik surplus. Dengan China tentu juga bisa dinegosiasikan."
Dia mencontohkan, pembicaraan dengan negara mitra dagang tersebut bisa berupa pembukaan pasar ekspor baru bagi produk Indonesia atau pengurangan impor dari negara-negara terkait.
"Apa nih yang bisa ditawarkan oleh Singapura agar barang Indonesia bisa masuk? Atau impor Singapura dikurangi. Itu dicek lagi dan detil. Saya kira pemerintah bergerak cepat. Pemerintah tentu akan bergerak cepat dengan hal-hal seperti ini."
(ray) Next Article Virus Corona Bikin Impor dari China Anjlok di Februari 2020
Most Popular