Utak Atik Harga BBM, dari Rezim Suharto Hingga Jokowi

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
11 October 2018 10:04
Gus Dur & Mega Paling Bernyali Naikkan Harga Premium
Foto: Edward Ricardo
Bagaimana dengan Presiden Megawati Soekarnoputri (Mega)? Dalam masa jabatannya selama 3 tahun 3 bulan, presiden perempuan pertama di Indonesia ini tercatat menaikkan harga Premium sebanyak 4 kali. Jika dirata-rata, Mega menaikkan harga BBM ini setiap 9 bulan 3 pekan.

Wajar saja, karena pada masa pemerintahannya harga minyak dunia naik 108,3% dari US$24 (Juli 2001) menjadi US$50 per barel (Oktober 2004).


Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menaikkan harga BBM subsidi dua kali atau rata-rata setiap 9 bulan 2 pekan selama masa pemerintahannya. Ini menjadi kenaikan harga paling intens dalam satu pemerintahan.

Padahal selama dia memimpin negeri ini, harga minyak mentah dunia hanya naik 9,1% dari US$22/barel (Oktober 1999) menjadi US$24/barel (Juli 2001).

Terakhir, Soeharto yang berkuasa selama 31 tahun 2 bulan tercatat menaikkan harga BBM subsidi sebanyak 32 kali. Dengan kata lain, presiden paling otoriter dalam sejarah NKRI ini menaikkan harga BBM subsidi setiap 11 bulan 3 pekan sekali.

Sementara itu, Presiden Sukarno tidak tercatat pernah menaikkan harga BBM subsidi. Demikian juga dengan Presiden B.J Habibie yang bahkan menurunkan harga Premium sekali dalam masa pemerintahannya yang singkat.

Dengan demikian, terlihat bahwa Gus Dur menjadi presiden dengan kenaikan harga Premium yang paling intens (setiap 9 bulan 2 pekan sekali), dan sebaliknya SBY paling panjang (17 bulan sekali) selama masa pemerintahan mereka.

Namun, Jokowi menjadi presiden yang paling kecil total kenaikan harga Premium-nya, yakni hanya 0,77% (Rp 50 per liter) selama 4 tahun. Sebaliknya, Suharto paling besar kenaikan harganya, yakni mencapai 199.900% selama 31 tahun pemerintahan tangan besinya.

Perlu dicatat, Jokowi juga menjadi presiden yang paling banyak menurunkan Premium, yakni sebanyak 4 kali. Penurunan sebanyak itu dilakukan setelah dia menaikkan harga BBM tersebut sebesar 30% atau Rp 2.000 per liter.

Rajinnya Jokowi memangkas harga Premium ini patut disayangkan karena sama artinya menyia-nyiakan pengorbanan para presiden sebelumnya yang telah bersusah-payah menaikkan harga BBM tersebut demi mengamankan anggaran negara dari beban subsidi.

Demi melihat rekam jejak tersebut, tidak terlalu mengherankan jika pada Rabu kemarin presiden populis itu kembali maju-mundur terkait penaikan harga Premium. Dalam kebijakan energi, terlalu banyak kepentingan politik yang membelenggu, terutama jika anda adalah petugas partai.  

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ags/dru)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular