
Mal di Jakarta Kian Sepi, Milenial Lebih Suka Belanja Online
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
10 October 2018 15:09

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga Konsultan Properti Jones Lang LaSalle (JLL) merilis riset terkait pasar properti Jakarta pada kuartal III 2018. Salah satu temuan yang menarik berkaitan dengan okupansi mal.
Berdasarkan riset JLL, rataan penyerapan ruang ritel berupa mal kuartal III 2018 berada pada kisaran 4.400 meter persegi.
Dari 2014 hingga 2017 rerata penyerapan ruang ritel sebesar 56.000 meter persegi. Jumlah tersebut jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata 2008-2013, yaitu 173.000 meter persegi.
Lalu, apa yang menyebabkan penurunan tingkat hunian mal tersebut?
Head of Research JLL James Taylor mengatakan, penurunan itu tak lepas dari faktor teknologi. James menyebut belanja online (e-commerce) berkompetisi dengan department store dan specialty store yang biasa ada di mal.
Meskipun kehadiran e-commerce berdampak kepada mal, namun dia mengatakan, mal tetap memiliki daya tarik tersendiri bagi pengunjung.
"Ini disebabkan karena pusat perbelanjaan dipandang sebagai bagian dari gaya hidup, kenyamanan, dan pengalaman," katanya.
Taylor menyebutkan ada empat dampak perkembangan teknologi terhadap serapan ruang ritel antara lain pembayaran online yang memiliki penawaran lebih menarik dibandingkan pusat perbelanjaan.
Kemudian coworking space sebagai tenant yang mulai beroperasi di beberapa pusat perbelanjaan dan media sosial yang dapat membuat pengunjung meningkat atau justru menurun karena review pengguna media sosial.
(miq/miq) Next Article Belanja Online Picu Permintaan Gudang Modern
Berdasarkan riset JLL, rataan penyerapan ruang ritel berupa mal kuartal III 2018 berada pada kisaran 4.400 meter persegi.
Dari 2014 hingga 2017 rerata penyerapan ruang ritel sebesar 56.000 meter persegi. Jumlah tersebut jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata 2008-2013, yaitu 173.000 meter persegi.
Head of Research JLL James Taylor mengatakan, penurunan itu tak lepas dari faktor teknologi. James menyebut belanja online (e-commerce) berkompetisi dengan department store dan specialty store yang biasa ada di mal.
Meskipun kehadiran e-commerce berdampak kepada mal, namun dia mengatakan, mal tetap memiliki daya tarik tersendiri bagi pengunjung.
"Ini disebabkan karena pusat perbelanjaan dipandang sebagai bagian dari gaya hidup, kenyamanan, dan pengalaman," katanya.
Taylor menyebutkan ada empat dampak perkembangan teknologi terhadap serapan ruang ritel antara lain pembayaran online yang memiliki penawaran lebih menarik dibandingkan pusat perbelanjaan.
Kemudian coworking space sebagai tenant yang mulai beroperasi di beberapa pusat perbelanjaan dan media sosial yang dapat membuat pengunjung meningkat atau justru menurun karena review pengguna media sosial.
(miq/miq) Next Article Belanja Online Picu Permintaan Gudang Modern
Most Popular