
Ini Penjelasan Lengkap ESDM Soal Gempa di Sulawesi Tengah
Linda Sari Hasibuan, CNBC Indonesia
29 September 2018 08:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Guncangan gempa bumi melanda Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng). Gempa berkekuatan 7,7 SR itu, menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), disebabkan aktivitas sesar aktif pada zona sesar Palu-Koro yang berarah barat laut-tenggara.
Gempa yang terjadi pada 28 September 2018, pukul 17:02:44 WIB, memiliki episenter pada koordinat 119,85 BT dan 0,18 LS, dan kedalaman 10 km. Peristiwa itu diawali dengan kejadian gempa bumi awal dan diikuti serangkaian kejadian gempa bumi susulan di daerah Donggala, Sulteng.
"Kemudian penyebab lainnya karena kondisi geologi daerah disusun oleh batuan berumur pra tersier, tersier, dan kuarter sebagian telah mengalami pelapukan," tulis rilis Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM seperti dilansir CNBC Indonesia, Sabtu (29/9/2018).
Menurut penjelasan ESDM, batuan berumur pra tersier dan tersier yang telah mengalami pelapukan dan endapan kuarter tersebut pada umumnya bersifat urai, lepas, lunak, belum kompak (unconsolidated). Hal itulah yang memperkuat efek guncangan gempa bumi, sehingga rawan terhadap guncangan gempa bumi.
Hingga tanggapan ini dibuat kejadian gempa bumi tersebut mengakibatkan satu orang meninggal dunia, 10 orang luka-luka, dan kerusakan bangunan di Kecamatan Sinreja, Donggala.
Berdasarkan data BMKG guncangan gempa bumi terasa di Donggala pada skala VIII MMI (Modified Mercalli Intensity). Kejadian gempa bumi ini juga menimbulkan tsunami dan peringatan dini tsunami telah dicabut oleh BMKG.
"Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan mengikuti arahan serta informasi dari petugas BPBD setempat serta tetap waspada dikhawatirkan kejadian gempa susulan, meski energinya lebih kecil dari kejadian gempa bumi utama," tulis PVMBG.
(miq/miq) Next Article Tsunami di Donggala, Ini Imbauan BNPB untuk Masyarakat
Gempa yang terjadi pada 28 September 2018, pukul 17:02:44 WIB, memiliki episenter pada koordinat 119,85 BT dan 0,18 LS, dan kedalaman 10 km. Peristiwa itu diawali dengan kejadian gempa bumi awal dan diikuti serangkaian kejadian gempa bumi susulan di daerah Donggala, Sulteng.
"Kemudian penyebab lainnya karena kondisi geologi daerah disusun oleh batuan berumur pra tersier, tersier, dan kuarter sebagian telah mengalami pelapukan," tulis rilis Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM seperti dilansir CNBC Indonesia, Sabtu (29/9/2018).
Hingga tanggapan ini dibuat kejadian gempa bumi tersebut mengakibatkan satu orang meninggal dunia, 10 orang luka-luka, dan kerusakan bangunan di Kecamatan Sinreja, Donggala.
Berdasarkan data BMKG guncangan gempa bumi terasa di Donggala pada skala VIII MMI (Modified Mercalli Intensity). Kejadian gempa bumi ini juga menimbulkan tsunami dan peringatan dini tsunami telah dicabut oleh BMKG.
"Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan mengikuti arahan serta informasi dari petugas BPBD setempat serta tetap waspada dikhawatirkan kejadian gempa susulan, meski energinya lebih kecil dari kejadian gempa bumi utama," tulis PVMBG.
(miq/miq) Next Article Tsunami di Donggala, Ini Imbauan BNPB untuk Masyarakat
Most Popular