
China Jadi Acuan Buat Atur Teknologi di Masa Depan
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
19 September 2018 19:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) akan mencontoh China mengatur bagaimana pemerintah bisa mengatur teknologi masa depan dengan tepat.
Organisasi, yang menyelenggarakan konferensi tahunan para pemimpin dunia di Davos, Swiss, pada hari Rabu (19/9/2018) mengumumkan peluncuran hub di Beijing. Hub itu ditujukan bagi para pejabat pemerintah, pebisnis dan akademisi untuk menghadirkan usulan-usulan kebijakan perkembangan masa depan, seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
China akan menjadi lokasi ketiga dari Pusat Revolusi Industri Keempat (Center for the Fourth Industrial Revolution) yang dibuka di San Francisco bulan Maret 2017. Sebuah lokasi di Tokyo, Jepang, diluncurkan pada bulan Juli.
"Kita tidak bisa menggunakan model abad ke-20 untuk teknologi abad ke-21," kata Murat Sonmez, Kepala Center for the Fourth Industrial Revolution, kepada CNBC International.
"Kita juga harus banyak belajar dari China," katanya. "China mewakili sebuah peluang besar kepada seluruh dunia untuk melihat apa yang akan datang."
Sementara China adalah salah satu negara yang paling diatur di dunia, pemerintah nasional sudah membiarkan beberapa sektor seperti perusahaan-perusahaan internet berkembang relatif tanpa batas.
Pihak-pihak yang akan berpartisipasi di dalam hub Beijing tidak diungkapkan karena kelompok itu masih ada di tahap awal perkembangan. Dari 50 perusahaan yang terlibat di pusat itu secara global, terdapat dua perusahaan China yaitu raksasa telekomunikasi Huawei dan produsen drone DJI.
Sonmez berkata dia berharap hub itu bisa merampungkan beberapa program percontohan dalam waktu 18 bulan guna membantu membentuk pedoman bagi kebijakan masa depan. Di antaranya adalah privasi data, liabilitas untuk tindakan berdasarkan algoritma dan aliran data lintas perbatasan.
"Ada potensi jika Anda tidak memiliki regulasi yang fleksibel, semua investasi-investasi ini tidak akan mengarah ke hasil yang diinginkan," katanya.
(hps) Next Article Raksasa Teknologi AS Hengkang dari China
Organisasi, yang menyelenggarakan konferensi tahunan para pemimpin dunia di Davos, Swiss, pada hari Rabu (19/9/2018) mengumumkan peluncuran hub di Beijing. Hub itu ditujukan bagi para pejabat pemerintah, pebisnis dan akademisi untuk menghadirkan usulan-usulan kebijakan perkembangan masa depan, seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
China akan menjadi lokasi ketiga dari Pusat Revolusi Industri Keempat (Center for the Fourth Industrial Revolution) yang dibuka di San Francisco bulan Maret 2017. Sebuah lokasi di Tokyo, Jepang, diluncurkan pada bulan Juli.
Kemudian lokasi lainnya dijadwalkan akan dibuka di Mumbai, India, pada bulan Oktober. Area yang menjadi fokusnya termasuk blockchain, teknologi serba internet (internet of things) dan AI.
"Kita tidak bisa menggunakan model abad ke-20 untuk teknologi abad ke-21," kata Murat Sonmez, Kepala Center for the Fourth Industrial Revolution, kepada CNBC International.
"Kita juga harus banyak belajar dari China," katanya. "China mewakili sebuah peluang besar kepada seluruh dunia untuk melihat apa yang akan datang."
Sementara China adalah salah satu negara yang paling diatur di dunia, pemerintah nasional sudah membiarkan beberapa sektor seperti perusahaan-perusahaan internet berkembang relatif tanpa batas.
Sebagai tambahan, di bawah rencana "Made in China 2025, otoritas China banyak berinvestasi pada teknologi, misalnya AI guna menjadi pemimpin dunia di bidang teknologi mutakhir.
Pihak-pihak yang akan berpartisipasi di dalam hub Beijing tidak diungkapkan karena kelompok itu masih ada di tahap awal perkembangan. Dari 50 perusahaan yang terlibat di pusat itu secara global, terdapat dua perusahaan China yaitu raksasa telekomunikasi Huawei dan produsen drone DJI.
Sonmez berkata dia berharap hub itu bisa merampungkan beberapa program percontohan dalam waktu 18 bulan guna membantu membentuk pedoman bagi kebijakan masa depan. Di antaranya adalah privasi data, liabilitas untuk tindakan berdasarkan algoritma dan aliran data lintas perbatasan.
"Ada potensi jika Anda tidak memiliki regulasi yang fleksibel, semua investasi-investasi ini tidak akan mengarah ke hasil yang diinginkan," katanya.
(hps) Next Article Raksasa Teknologi AS Hengkang dari China
Most Popular