Internasional

Perang Dagang AS-China Bisa Berlangsung hingga 2 Tahun Lagi

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
07 September 2018 16:35
Ekonom memperkirakan ketegangan serius dalam hubungan perdagangan AS-China akan berlangsung sampai dua tahun lagi.
Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump (Foto: CNBC)
Jakarta, CNBC Indonesia - Potensi serangan baru dalam perang perdagangan Amerika Serikat (AS)-China mulai membayangi pada hari Jumat (7/9/2018).

Pemerintahan Presiden AS Donald Trump dianggap siap untuk menetapkan tarif atas barang-barang China senilai US$200 miliar (Rp 2.979 triliun) setelah periode komentar publik berakhir pada pukul 12:00 pagi waktu setempat pada hari Jumat. Melansir CNBC International, Beijing juga telah menyampaikan akan segera membalas bila upaya itu benar-benar dilakukan.



Karena ketegangan tersebut akan menyebar ke lebih banyak wilayah perdagangan, beberapa ekonom memprediksi bahwa konflik antara dua ekonomi terbesar di dunia itu dapat bertahan lebih lama, jauh melampaui pemilu paruh waktu AS pada bulan November.

"Saya pikir kita bisa melihat ketegangan serius dalam hubungan perdagangan AS-China akan berlangsung sampai dua tahun lagi," kata Derek Scissors, ekonom Asia di American Enterprise Institute, sebuah think-tank kebijakan publik konservatif yang berbasis di Washington, hari Jumat.

"Apa yang diinginkan AS adalah ... perubahan yang sangat serius dalam perilaku perdagangan China dan mungkin perilaku ekonomi domestik," tambahnya.

Scissors mengatakan dia tidak yakin apakah ada "kelonggaran" untuk ketegangan baru-baru ini dalam hubungan perdagangan AS-China.

10 Perekonomian Terbesar DuniaFoto: Infografis/Proyeksi Perekonomian Dunia/Edward Ricardo
10 Perekonomian Terbesar Dunia
Mengulangi sentimen itu, Stephen Roach, seorang ekonom dan rekan senior di Universitas Yale, mengatakan "eskalasi signifikan" dalam konflik perdagangan AS-China akan terjadi, meskipun masih harus dilihat apakah Trump akan menerapkan bea masuk senilai US$200 miliar atau tidak, katanya.

"Sekarang ini presiden terpojok secara politik dan MO-nya (modus operandi) ketika dia terpojok adalah melakukan sesuatu yang lebih besar ke depannya untuk menangkis ketegangan," Roach menambahkan dalam acara "Squawk Box" CNBC hari Jumat pagi.


'Trump Suka Memilih Perang Dagang'

Di luar perang dagang Amerika yang sedang berlangsung dengan China, Trump juga mengatakan kepada seorang kolumnis Wall Street Journal pada hari Kamis (6/9/2018) bahwa Jepang bisa menjadi target berikutnya.

"Presiden suka membuat pertarungan dagang," kata Scissors.

Namun menurut Roach, tarif impor tidak mungkin menjadi solusi bagi defisit perdagangan antara AS dan mitra dagangnya.

"Perang tarif benar-benar sebuah kegagalan," kata Roach kepada CNBC. Ia juga mengatakan AS memiliki defisit bilateral dengan 102 negara di seluruh dunia.

Roach lebih senang menyebutnya sebagai "masalah multilateral" yang sebagian besar disebabkan karena orang Amerika tidak menabung.



"Ketika Anda tidak menabung dan Anda ingin tumbuh, Anda akan mengimpor tabungan surplus dari luar negeri, Anda menjalankan rekening giro besar dan defisit perdagangan untuk menarik modal," kata Roach, mengklaim bahwa itu adalah sesuatu yang "akan diajarkan pada siswa di setiap kelas makroekonomi dasar."

"Rupanya presiden atau penasihatnya, yang beberapa dari mereka menempuh pendidikan di Yale, tidak ingat atau tidak berhasil dalam kelas makroekonomi mereka," tambah Roach, ia bahkan menyarankan Trump dan ajudannya untuk "kembali ... dan mempelajari catatan mereka."
(prm) Next Article Koper sampai Lampu, Ini 9 Produk China Korban Perang Dagang

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular