Krisis Iran dan Venezuela Bikin Jonan Sulit Tetapkan ICP

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
06 September 2018 14:41
Pemerintah mengaku bingung mematok angka minyak di tengah kondisi global seperti sekarang.
Foto: skkmigas.go.id
Jakarta, CNBC Indonesia- Mematok asumsi angka harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price) bukan perkara mudah bagi pemerintah, terutama di tengah kondisi global yang serba tak pasti saat ini.

"Harga rata-rata minyak bumi kalau kita lihat sulit untuk diduga, harga minyak bumi ke depan bagaimana karena banyak faktor politik internasional," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan di hadapan Komisi VII DPR RI, Kamis (6/9/2018).



Faktor politik internasional yang menjadi perhatian antara lain ketegangan di Iran dan perkembangan situasi ekonomi Venezuela, seperti diketahui dua negara ini sangat berpengaruh untuk pasokan minyak dunia. Ini, kemudian membuat pemerintah mengusulkan angka asumsi ICP agak tinggi untuk tahun depan.

"Angka yang sama dalam nota keuangan range tinggi antara US$ 60- 70, di nota keuangan diasumsikan US$ 70. Biasanya harga rata-rata minyak bumi Indonesia selisihnya US$ 2- US$ 4 dengan harga minyak harian Brent," jelas Jonan.

Saat ini rata-rata harga minyak berada di kisaran US$ 77, tapi untuk tahun depan belum bisa diprediksi akan naik atau turun. Sehingga, untuk mematok angka minyak pemerintah pilih yang tidak konservatif dan bisa sesuaikan pasar.

Ini, lanjut Jonan, belajar dari pengalaman di APBN 2018 yang mematok US$ 48 per barel dan meleset banyak. "Akhirnya mungkin sekarang rata-rata sekitar US$ 68 sebagainya sampai Agustus, kami usulkan ICP jadi US$ 70 di RAPBN 2019."

Berdasar data Kementerian ESDM rata-rata ICP per Agustus 2018 di angka US$ 69,36 per barel. Turun 1,8% dibanding bulan sebelumnya.
(wed) Next Article Pengumuman! Harga Minyak Mentah RI Naik Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular