Rupiah Anjlok, Menkeu: Belum Ada Opsi Harga BBM Subsidi Naik

Lidya Julita S, CNBC Indonesia
04 September 2018 17:41
Rupiah sentuh Rp 14.900/US$ salah satunya akibat defisit neraca perdagangan karena tingginya impor migas.
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (CNBC Indonesia/Chandra Gian Asmara)
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menegaskan pemerintah tidak membahas opsi menaikkan harga BBM subsidi pada saat ini atau tahun depan.

Wacana menaikkan harga BBM subsidi muncul setelah nilai tukar rupiah terus tertekan akibat defisit neraca perdagangan yang disebabkan derasnya impor migas. Nilai tukar rupiah sendiri pada hari ini menyentuh level baru yakni di atas Rp 14.900/US$.

"Di dalam RAPBN 2019 sudah kita sampaikan policy mengenai subsidi tetap sama dengan volume yang ditetapkan, yaitu diesel dan dari sisi jumlah subsidinya per liternya sama seperti 2018," katanya di Gedung DPR, Selasa (4/9/2018).

RAPBN 2019 menganggarkan subsidi BBM sebesar Rp 100,1 triliun dengan penyaluran subsidi solar Rp 2.000 per liter. Sementara untuk volumenya adalah; solar 14,5 juta KL, minyak tanah 610 ribu KL, LPG 6,9 juta KG. Penyaluran subsidi solar di tahun depan lebih tinggi ketimbang alokasi untuk subsidi solar tahun ini yang hanya sebesar Rp 500 per liter. 
 
Sebelumnya, Mantan Menteri Keuangan, Chatib Basri, menekankan konsen ekonomi saat ini memang ada di CAD (Current Account Deficit).

"Salah satu sumber defisit yang besar adalah migas, untuk menurunkan permintaan BBM yang sebagian juga mungkin muncul karena penyelundupan sebaiknya harga BBM dinaikkan," kata Chatib kepada CNBC Indonesia, Selasa (4/9/2018).



Dengan mengeksekusi kenaikan harga BBM, Chatib memprediksi dampaknya akan terlihat ke CAD dalam 6 bulan ke depan. "Tetapi para investor pasar keuangan akan memiliki optimistis tersendiri dan bisa mengekspektasi bahwa CAD ke depan akan mengecil," tegas Chatib.
(ray/gus) Next Article Heboh Soal Pertalite, Sri Mulyani Kaji Opsi Kenaikan BBM

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular