
Menperin: RI Batasi atau Setop Sementara Impor Mobil 3.000 cc
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
04 September 2018 16:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, menegaskan Indonesia akan membatasi atau menyetop sementara impor mobil mewah berkapasitas mesin di atas 3.000 cc.
Hal itu dilakukan sebagai langkah Indonesia menahan derasnya laju impor yang membuat neraca perdagangan defisit, di mana kemudian memperlebar jurang defisit neraca transaksi berjalan dan melemahkan rupiah.
"Terkait barang konsumsi, ya silahkan dibatasi. Terkait barang mewah, misalnya mobil mewah di atas 3.000 cc, kita akan batasi atau kita stop dulu sementara," kata Menperin di Gedung DPR, Selasa (4/9/2018).
Wakil Presiden, Jusuf Kalla, sebelumnya mengatakan hal yang sama di mana dia ingin agar Indonesia bisa menghentikan sementara impor barang mewah termasuk mobil Ferrari dan Lamborghini.
"Ferrari, Lamborghini, mobil besar tidak perlu masuk lah yang mewah, parfum mahal, tas Hermes, tidak perlu lah," kata dia di Kantor Wakil Presiden, Selasa (4/9/2018).
JK menegaskan bahwa seluruh elemen bangsa harus berusaha agar rupiah tetap dalam nilai wajar.
"Tentu utamanya adalah bagaimana kita mengurangi defisit perdagangan, dengan cara meningkatkan ekspor dan mengurangi impor yang tidak perlu. Tentu ada Kemenkeu, BI dan OJK punya pekerjaan masing-masing," jelas JK.
(ray/dru) Next Article Toyota Ekspor 1 Juta Mobil dari RI, Ini Kata Menperin
Hal itu dilakukan sebagai langkah Indonesia menahan derasnya laju impor yang membuat neraca perdagangan defisit, di mana kemudian memperlebar jurang defisit neraca transaksi berjalan dan melemahkan rupiah.
"Terkait barang konsumsi, ya silahkan dibatasi. Terkait barang mewah, misalnya mobil mewah di atas 3.000 cc, kita akan batasi atau kita stop dulu sementara," kata Menperin di Gedung DPR, Selasa (4/9/2018).
"Ferrari, Lamborghini, mobil besar tidak perlu masuk lah yang mewah, parfum mahal, tas Hermes, tidak perlu lah," kata dia di Kantor Wakil Presiden, Selasa (4/9/2018).
JK menegaskan bahwa seluruh elemen bangsa harus berusaha agar rupiah tetap dalam nilai wajar.
"Tentu utamanya adalah bagaimana kita mengurangi defisit perdagangan, dengan cara meningkatkan ekspor dan mengurangi impor yang tidak perlu. Tentu ada Kemenkeu, BI dan OJK punya pekerjaan masing-masing," jelas JK.
(ray/dru) Next Article Toyota Ekspor 1 Juta Mobil dari RI, Ini Kata Menperin
Most Popular