
Rupiah Turun Terus, Harga Barang Elektronik Terpaksa Naik
Exist In Exist, CNBC Indonesia
31 August 2018 13:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah. Bahkan, saat ini Dolar AS sudah menembus level Rp 14.700.
Melihat kondisi ini, Ketua Asosiasi Elektronik Indonesia, Ali Soebroto, mengatakan pelaku usaha siap menaikkan harga barang elektronik mengingat barang ini sangat tergantung dengan impor.
"Tentu harga akan dinaikkan setelah stock barang di tangan dengan kurs lama (rate masih Rp 14,000 - Rp 14,500) habis. Harga penjualan dengan pembelian material dengan rate baru akan disesuaikan," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (31/8/2018).
Dia meyakini rupiah akan terus melemah mengikuti kondisi pasar hingga mencapai titik equilibrium baru. Selama periode ini, lanjutnya, pelaku usaha sudah siap mengalami kerugian karena penjualan diprediksi menurun akibat kenaikan harga.
"Ya tidak ada pilihan, ini kan perubahan iklim ekonomi/pasar, kita hanya bisa mengikuti dan selama periode ini pelaku bisnis mengalami kerugian hingga iklim moneter stabil dan daya beli konsumen kembali normal baru bisa cari untung lagi," jelasnya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta. Dia mengakui barang elektronik memang salah satu produk ritel yang akan mengalami kenaikan harga cukup signifikan.
"Semua yang direct impor [akan mengalami kenaikan harga] diantaranya produk elektronik dan high end," kata dia.
Tutum berharap angka psikologis baru yang terbentuk setelah pelemahan rupiah ini tidak sampai melewati Rp 15.000/US$. Untuk itu, pelaku usaha meminta Pemerintah dapat kurs rupiah agar tetap stabil.
(ray) Next Article Luhut Punya Mimpi Dolar Bisa Balik Lagi ke Rp 10.000
Melihat kondisi ini, Ketua Asosiasi Elektronik Indonesia, Ali Soebroto, mengatakan pelaku usaha siap menaikkan harga barang elektronik mengingat barang ini sangat tergantung dengan impor.
"Tentu harga akan dinaikkan setelah stock barang di tangan dengan kurs lama (rate masih Rp 14,000 - Rp 14,500) habis. Harga penjualan dengan pembelian material dengan rate baru akan disesuaikan," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (31/8/2018).
Dia meyakini rupiah akan terus melemah mengikuti kondisi pasar hingga mencapai titik equilibrium baru. Selama periode ini, lanjutnya, pelaku usaha sudah siap mengalami kerugian karena penjualan diprediksi menurun akibat kenaikan harga.
"Ya tidak ada pilihan, ini kan perubahan iklim ekonomi/pasar, kita hanya bisa mengikuti dan selama periode ini pelaku bisnis mengalami kerugian hingga iklim moneter stabil dan daya beli konsumen kembali normal baru bisa cari untung lagi," jelasnya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta. Dia mengakui barang elektronik memang salah satu produk ritel yang akan mengalami kenaikan harga cukup signifikan.
"Semua yang direct impor [akan mengalami kenaikan harga] diantaranya produk elektronik dan high end," kata dia.
Tutum berharap angka psikologis baru yang terbentuk setelah pelemahan rupiah ini tidak sampai melewati Rp 15.000/US$. Untuk itu, pelaku usaha meminta Pemerintah dapat kurs rupiah agar tetap stabil.
(ray) Next Article Luhut Punya Mimpi Dolar Bisa Balik Lagi ke Rp 10.000
Most Popular