PepsiCo Akuisisi SodaStream Senilai Rp 46,7 T

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
20 August 2018 21:09
Untuk saat ini, peritel menekan brand dalam hal harga dan semakin banyak memberi tempat untuk brand baru dan berlabel pribadi.
Foto: REUTERS/Mario Anzuoni
Jakarta, CNBC Indonesia - Raksasa produk minuman dan kudapan PepsiCo pada hari Senin (20/8/2018) mengumumkan rencana mengakuisisi produsen minuman berkarbonasi SodaStream senilai US$3,2 miliar atau senilai Rp 46,7 triliun.

PepsiCo yang berbasis di New York sepakat untuk membayar $144 per lembar saham dalam bentuk uang tunai untuk saham outstanding milik SodaStream, lebih mahal 32% dari harga rata-rata 30 hari.

Kesepakatan itu memberi PepsiCo sebuah lini baru yang bisa digunakan untuk menjangkau konsumen di rumahnya ketimbang lewat gerai-gerai. Sebab, gerai-gerai di AS sedang dalam masa transformasi, seraya 70% pembeli diprediksi akan berbelanja kebutuhan sehari-hari secara online pada tahun 2025. 

Untuk saat ini, peritel menekan harga dan semakin banyak memberi tempat untuk brand baru dan berlabel pribadi. "Kami harus bermain di bisnis -minuman rumahan- di mana kami tidak berkecimpung di dalamnya," kata CFO PepsiCo Hugh Johnston kepada CNBC International.

Langkah ini membuat PepsiCo melipatgandakan bisnis minuman yang sedang menghadapi tekanan di Amerika Utara. Pasalnya, para konsumen mulai beralih dari minuman bergula dan berkarbonasi.

Upaya ini juga nampaknya dilakukan untuk menghadapi tantangan bahwa membeli brand minuman baru berisiko menjadi "kanibalisme" terhadap minuman-minuman lamanya.

SodaStream yang berbasis di Tel Aviv membuat sebuah mesin dan silinder yang bisa diisi kembali, di mana para pengguna bisa membuat soda atau minuman air berkarbonasi sendiri.

Akuisisi ini adalah salah satu langkah berani yang dilakukan CEO Indra Nooyi dalam masa jabatan 12 tahun belakangan.

Nooyi, yang di awal bulan ini mengumumkan akan mengundurkan diri, memimpin peralihan perusahaan dari produk bergula dan memperkenalkan alternatif yang lebih sehat.

Dia juga menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menghadapi tekanan dari aktivis investor Nelson Peltz, yang kehadirannya diperlukan dalam membuat kesepakatan.

"PepsiCo mencari cara-cara baru untuk menjangkau konsumen lebih dari botol," kata Direktur PepsiCo Ramon Laguarta yang akan mengampu jabatan Nooyi sebagai CEO per tanggal 3 Oktober.

Bagi SodaStream, kesepakatan ini adalah peluang lebih lanjut untuk memperluas jangkauannya melalui jejak global PepsiCo.

Perusahaan itu kini mendistribusikan ke 80.000 toko ritek individu di 45 negara. Pasar terbesarnya adalah Jerman, Prancis, Kanada dan Amerika Serikat (AS).

Perusahaan itu membantu menciptakan pasar untuk pembuat soda rumahan, tetapi dalam beberapa tahun belakangan mempromosikan produk itu sebagai alat pembuatan air berkarbonasi untuk mengubah rasa.

Upaya itu nampaknya membuahkan hasil. Di awal bulan ini, perusahaan melaporkan laba kuartalan yang melampaui estimasi. Perusahaan menaikkan proyeksi laba untuk tahun ini sebesar tiga kali lipat. Kabar itu pun membuat harga saham SodaStream naik 26%.

Penjualan mesinnya naik 22% di kuartal tersebut menjadi lebih dari 1 juta. Sementara itu unit pengisian ulang gas tumbuh 17% ke rekor 9,7 juta.

Sebelum pengumuman kesepakatan, saham SodaStream sudah menguat nyari 85% tahun ini.

PepsiCo sendiri sudah melakukan upaya untuk sparkling water dengan meluncurkan Bubly di awal tahun ini. Bubly ditujukan untuk membantu perusahaan bersaing dengan LaCroix.

SodaStream memiliki hubungan yang sudah berlangsung lama dengan PepsiCo. Perusahaan mulai menjual tutup untuk minuman Pepsi dan Sierra Mist lewat platformnya di tahun 2015. Alhasil, terdapat spekulasi bahwa PepsiCo akan mengakuisisi perusahaan itu.

"Kami sudah lama berbicara ke [CEO SodaStream Daniel Birnbaum] selama beberapa tahun, bukan hanya terkait akusisi," kata Johnston. "Dia diyakinkan bahwa penyesuaian budaya akan baik."

Kesepakatan akan selesai dalam "hitungan minggu," kata Johnston. Birnbaum akan tetap di perusahaan itu sampai transaksi selesai.

SodaStream bukanlah brand peralatan minuman pertama yang terlibat kesepakatan karena perubahan ritel yang menyebabkan perusahaan makanan dan minuman memikirkan kembali distribusinya.

Keurig Green Mountain bulan lalu menyelesaikan akuisisi terhadap Dr Pepper Snapple, menggabungkan distribusi ritel Dr Pepper Snapple dengan bisnis Keurig yang single-serve. Keurig Dr Pepper juga akan memiliki akses ke brand kopi dan restoran yang dimiliki JAB Holding, perusahaan induknya.

Keurig menghentikan upaya percobaan dalam sistem air berkarbonasi rumahan yaitu Keurig Kold di tahun 2016. Tidak seperti Keurig, SodaStream tidak menggunakan pods untuk minumannya, yang disebut sebagai pilihan yang lebih ramah lingkungan.

Akusisi PepsiCo terhadap SodaStream diprediksi selesai di bulan Januari setelah jajak pendapat pemegang saham SodaStream dan persetujuan regulator.
(hps) Next Article Pepsi Hengkang dari RI, Coca Cola Justru Ekspansi Pabrik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular