Pak Jokowi, Mau Ekonomi Tumbuh 9%? Kuncinya ada di Wanita!

Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
18 August 2018 13:02
Indonesia dapat meningkatkan PDB hingga US$ 135 miliar di tahun 2025 atau 9% pertumbuhan ekonomi di atas kondisi normal.
Foto: Arie Pratama
Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia dapat meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) hingga US$ 135 miliar di tahun 2025 atau 9% pertumbuhan ekonomi di atas kondisi normal. Hal ini bisa terwujud jika Indonesia mampu meningkatkan hak-hak atas wanita atau kesetaraan gender serta mengurangi kesenjangan gender di bidang pendidikan.

Demikian hasil riset terkini dari McKinsey Global Institute (MGI) bertajuk "Kekuatan paritas: Mempercepat kesetaraan perempuan di Indonesia (The power of parity: Advancing women's equality in Asia Pacific)"

"Indonesia dapat meningkatkan PDB tahunan sebesar U$135 miliar di tahun 2025, atau 9% di atas kondisi normal. Indonesia sudah membuktikan bahwa kita dapat meraih kemajuan yang pesat dalam menangani penyebab-penyebab ketidaksetaraan gender-tiga di antaranya yakni keberhasilan dalam menggandakan pendaftaran siswa perempuan di sekolah-sekolah menengah dalam waktu kurang dari satu dekade, kemajuan yang cepat dalam menurunkan angka kematian ibu, dan peningkatan kuota sebesar 30% bagi kandidat perempuan di tiap level pemerintahan," kata Partner di McKinsey & Company, Philia Wibowo, seperti dikutip CNBC Indonesia, Sabtu (18/8/2018).

Philia menambahkan jika Indonesia meningkatkan upayanya dalam meraih paritas gender, dampak ekonomi yang signifikan dapat diraih.

MGI telah menghitung Gender Parity Score (GPS) untuk semua negara di Asia Pasifik dengan menggunakan 15 indikator kesetaraan gender dalam dunia kerja dan tiga tipe kesetaraan gender di masyarakat termasuk layanan dan pendukung ekonomi yang esensial; perlindungan hukum dan suara politik; serta keamanan fisik dan otonomi.

Indonesia berkinerja baik pada bidang pendidikan perempuan baik anak-anak atau dewasa, tetapi memiliki ketidaksetaraan gender yang tinggi atau bahkan sangat tinggi pada tujuh indikator lainnya. Skor GPS Indonesia dalam kesetaraan gender di dunia kerja adalah 0,52, di atas rata-rata regional (0,44) tetapi di bawah skor terbaik regional (0,73). Dalam hal layanan dan pendukung ekonomi yang esensial, GPS Indonesia adalah 0,88, dibandingkan dengan rata-rata Asia Pasifik yang mencapai nilai 0,85 dan kinerja terbaik secara regional yang mencapai nilai 0,96.

Dalam hal perlindungan hukum, GPS Indonesia adalah 0,37, sedikit di atas rata-rata regional (0,32), namun jauh tertinggal dibanding skor terbaik di regional (0,66). Dalam hal keamanan fisik dan otonomi, skor Indonesia adalah 0,82, setara dengan skor rata-rata regional, namun tertinggal dari skor terbaik regional yang mencapai 0,96.

"Salah satu peluang yang signifikan untuk Indonesia adalah memperkuat perlindungan hukum yang saat ini masih lemah bagi perempuan (sebagai contoh, 54% perempuan Indonesia bekerja secara informal, sehingga perlindungan terhadap diskriminasi masih kurang)," tulis McKinsey.

Terdapat pula ruang untuk meningkatkan jumlah perempuan dalam posisi kepemimpinan perusahaan yang saat ini masih relatif rendah.

Indonesia juga memiliki peluang besar dalam meningkatkan partisipasi angkatan kerja perempuan, yang saat ini berkembang secara pelan dan berada pada angka 51%, sementara angka ini meningkat di negara Asia Pasifik lainnya. Meskipun perempuan Indonesia mewakili 38% dari keseluruhan angkatan kerja, perempuan Indonesia hanya berkontribusi sebesar 29% terhadap PDB-kontribusi keempat terendah di wilayah Asia Pasifik.

Bagi perusahaan, terdapat sebuah kasus menarik terkait peringkat keragaman gender. Laporan McKinsey pada Januari 2018 yang bertajuk Delivering through diversity mengidentifikasi bahwa perusahaan yang berada di kuartil teratas dalam hal keragaman gender pada tim eksekutif memiliki peluang sebesar 21 persen untuk unggul dalam profitabilitas, dan 27 persen lebih berpeluang untuk memiliki value creation yang superior.

Perusahaan yang berkinerja terbaik dalam profitabilitas dan keragaman gender memiliki lebih banyak perempuan dalam peran inti atau mereka yang menghasilkan pendapatan bagi perusahaan, dibanding posisi staf pada tim eksekutif mereka.

"Indonesia memiliki beberapa fondasi yang kuat yang dapat ditingkatkan lebih lanjut. Misalnya, banyaknya wirausahawati dengan bisnis-bisnis mereka yang inovatif. Melibatkan perempuan sepenuhnya untuk berpartisipasi dalam dunia kerja berarti menghargai waktu yang mereka habiskan untuk pekerjaan rumah tangga dan berusaha mengurangi waktu tersebut melalui perbaikan infrastruktur," kata partner di McKinsey & Company, Guillaume de Gantès.

"Jika Indonesia berkomitmen untuk melanjutkan digitalisasi perekonomiannya dan memprioritaskan aksesibilitas bagi perempuan, banyak peluang baru yang akan terbuka bagi perempuan guna menghasilkan pemasukan bagi keluarganya, sehingga dapat meningkatkan prospek perekonomian Indonesia," tambahnya.



(dru) Next Article Ini 4 Srikandi yang Berhasil Pimpin BUMN

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular