Survei BI

Naiknya Bunga KPR Jadi Biang Kerok Penjualan Properti Loyo

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
09 August 2018 17:00
Pertumbuhan penjualan properti residensial pada kuartal II-2018 tercatat turun 0,08%
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan penjualan properti residensial pada kuartal II-2018 tercatat turun 0,08% atau lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 10,55%.

Berdasarkan survei harga properti residensial (SHPR) yang dirilis Bank indonesia (BI), Kamis (9/8/2018), penurunan tersebut lebih disebabkan pada penurunan penjualan tipe rumah menengah dan besar.

Direktur Departemen Statistik BI Gantiah Wuyandani mengungkapkan, ada sejumlah faktor yang menyebabkan penurunan penjualan properti. Salah satunya, kenaikan bunga kredit perumahan rakyat (KPR).

"Faktor yang menyebabkan penurunan penjualan properti residensial pada kuartal II-2018 adalah tingginya suku bunga kredit rumah dan masih adanya batasan DP kredit rumah," kata Gantiah.

Berdasarkan penelusuran bank sentral selama kuartal II-2018, suku bunga KPR berdasarkan wilayah memang mengalami kenaikan, di mana yang tertinggi di Bengkulu sebesar 14,57% dan terendah di Yogyakarta sebesar 8,98%.

Sementara itu, berdasarkan kelompok bank, suku bunga KPR tertinggi adalah Bank Pembangunan Daerah (BPD) dengan rata-rata 12,25% dan terendah bank pelat merah dengan rata-rata 9,30%.

"Rata-rata suku bunga, ternyata sebagian besar kelompok bank meningkatkan suku bunga. Bank persero hampir sama, tapi bank swasta nasional justru menurunkan suku bunga," jelasnya.

Gantiah menjelaskan, keputusan untuk menaikkan bunga KPR, baik itu bank pelat merah maupun bank swasta dikembalikan kepada masing-masing bank untuk memutuskan.

"Ini tergantung dana yang dimiliiki. Apalagi dengan kondisi saat ini, mereka agak menimbang-nimbang bahwa potensi permintaan kredit akan meningkat," tegasnya.




(dru) Next Article Survei BI: Harga Properti Naik Tipis, Tertinggi di Medan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular