Mendag Ajak Boeing Kembangkan Bioavtur, Ini Kata Pengusaha
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
08 August 2018 19:37
Jakarta, CNBC Indonesia - Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Togar Sitanggang mengatakan serapan industri minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) sebagai bahan bakar nabati (BBN) untuk pesawat jet (bioavtur) tidak begitu signifikan.
Togar mengatakan saat ini bioavtur masih dalam tahap pengembangan, baik di dalam maupun luar negeri.
Adapun dengan aturan bauran BBN yang ada saat ini, Togar memproyeksi konsumsi CPO untuk bioavtur hanya mencapai 250.000 ton/tahun.
"Memang untuk bioavtur itu sendiri pencampurannya tidak bisa banyak-banyak. Kalau dilihat dari PermenESDM apa Permenhub maksimum hanya 5%. Kalau saya hitung-hitung ya ada tapi tidak signifikan. Kalau di Indonesia paling hanya menyerap CPO 150 -250 ribu ton per tahun. Cuma segitu," jelas Togar di Hotel Millenium Sirih, Rabu (8/8/2018).
Kendati demikian, dia menekankan bahwa penggunaan CPO sebagai bahan baku bioavtur sangat penting untuk citra sawit sebagai komoditas yang ramah lingkungan sekaligus menaikkan kembali harga komoditas tersebut di pasar internasional.
"Dampaknya, gaungnya yang kita perlukan bahwa sawit itu bisa menjadi bioavtur, sawit itu bisa friendly terhadap lingkungan. Itu yang kita pentingkan, bukan kuantitasnya tadi," kata Togar.
Sebagai informasi, pemerintah menargetkan bauran biofuel pada avtur pada 2020 mencapai 3 persen, dan akan meningkat menjadi 5 persen di tahun 2025.
Beberapa waktu lalu Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan kepada pabrikan pesawat asal Amerika Serikat, Boeing Company, supaya mau mendukung pengembangan bioavtur.
Apabila Boeing mau mendukung bioavtur yang diinisiasikan Indonesia, Mendag mengatakan akan memilih Boeing untuk kebutuhan pesawat RI sebanyak 2.500 unit hingga 20 tahun ke depan.
Mendag juga menuturkan pengusaha nasional juga siap berinvestasi di AS untuk memproduksi bioavtur.
(ray/ray) Next Article Gokil! Pertamina Bisa Terbangkan Pesawat Pakai Kelapa Sawit
Togar mengatakan saat ini bioavtur masih dalam tahap pengembangan, baik di dalam maupun luar negeri.
Adapun dengan aturan bauran BBN yang ada saat ini, Togar memproyeksi konsumsi CPO untuk bioavtur hanya mencapai 250.000 ton/tahun.
Kendati demikian, dia menekankan bahwa penggunaan CPO sebagai bahan baku bioavtur sangat penting untuk citra sawit sebagai komoditas yang ramah lingkungan sekaligus menaikkan kembali harga komoditas tersebut di pasar internasional.
"Dampaknya, gaungnya yang kita perlukan bahwa sawit itu bisa menjadi bioavtur, sawit itu bisa friendly terhadap lingkungan. Itu yang kita pentingkan, bukan kuantitasnya tadi," kata Togar.
Sebagai informasi, pemerintah menargetkan bauran biofuel pada avtur pada 2020 mencapai 3 persen, dan akan meningkat menjadi 5 persen di tahun 2025.
Beberapa waktu lalu Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan kepada pabrikan pesawat asal Amerika Serikat, Boeing Company, supaya mau mendukung pengembangan bioavtur.
Apabila Boeing mau mendukung bioavtur yang diinisiasikan Indonesia, Mendag mengatakan akan memilih Boeing untuk kebutuhan pesawat RI sebanyak 2.500 unit hingga 20 tahun ke depan.
Mendag juga menuturkan pengusaha nasional juga siap berinvestasi di AS untuk memproduksi bioavtur.
(ray/ray) Next Article Gokil! Pertamina Bisa Terbangkan Pesawat Pakai Kelapa Sawit
Most Popular