
Pengusaha Sawit Nasional Klaim 100% DHE Dikonversi ke Rupiah
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
08 August 2018 19:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengusaha di industri sawit mengaku hampir 100% mengonversi Devisa Hasil Ekspor (DHE) ke rupiah.
Sekjen Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Togar Sianipar, mengatakan pengusaha sawit justru akan mengalami kesulitan jika menahan dolar AS.
"Karena kita harus membayar pekerja, beli raw material, bayar TBS [tandan buah segar] dalam rupiah. Biasanya kita selalu dipanggil duluan oleh pemerintah karena kita dianggap main-main dengan DHE, mungkin karena kita penyumbang devisa terbesar bagi negara ini. Tapi tidak, kita biaya operasionalnya butuh rupiah," katanya, Rabu (8/8/2018).
Dia menuturkan jika ada pengusaha yang belum mengonversi rupiah ke DHE, itu semata untuk membayar utang di luar negeri.
"Dalam industri sawit saya percaya hampir 100% semua gunakan rupiah, kecuali yang punya offshore loan. Ya tentunya mereka harus sisihkan dong untuk due date pembayaran mereka. Jadi, kalaupun ada yang tertahan, menurut saya purely utk membayar hutang USD dia."
Togar juga tidak keberatan jika ada peraturan yang mewajibkan DHE ditahan di bank lokal sedikitnya 6 bulan seperti di Thailand.
"Kalau tanya ke orang sawit ya engga masalah. Karena engga penting juga kita tahan USD terlalu lama. Industri sawit itu 100% produksi dalam negeri, yang 70% diekspor. Impor barang modal seperti mesin itu bisa diabaikan. Serius."
(ray/ray) Next Article Strategi Sikat Eksportir Nakal
Sekjen Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Togar Sianipar, mengatakan pengusaha sawit justru akan mengalami kesulitan jika menahan dolar AS.
"Karena kita harus membayar pekerja, beli raw material, bayar TBS [tandan buah segar] dalam rupiah. Biasanya kita selalu dipanggil duluan oleh pemerintah karena kita dianggap main-main dengan DHE, mungkin karena kita penyumbang devisa terbesar bagi negara ini. Tapi tidak, kita biaya operasionalnya butuh rupiah," katanya, Rabu (8/8/2018).
"Dalam industri sawit saya percaya hampir 100% semua gunakan rupiah, kecuali yang punya offshore loan. Ya tentunya mereka harus sisihkan dong untuk due date pembayaran mereka. Jadi, kalaupun ada yang tertahan, menurut saya purely utk membayar hutang USD dia."
Togar juga tidak keberatan jika ada peraturan yang mewajibkan DHE ditahan di bank lokal sedikitnya 6 bulan seperti di Thailand.
"Kalau tanya ke orang sawit ya engga masalah. Karena engga penting juga kita tahan USD terlalu lama. Industri sawit itu 100% produksi dalam negeri, yang 70% diekspor. Impor barang modal seperti mesin itu bisa diabaikan. Serius."
(ray/ray) Next Article Strategi Sikat Eksportir Nakal
Most Popular