
Dolar AS Menguat, Pakan Ternak Harus Naik
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
26 July 2018 18:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan harga daging dan telur ayam yang sedang terjadi lebih disebabkan karena kurangnya suplai, bukan dipengaruhi kenaikan harga pakan impor akibat pelemahan rupiah.
Hal itu disampaikan Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) Chandra Gunawan di sela Kongres XII GPPU, hari ini.
Chandra mengungkapkan, pelemahan rupiah yang terjadi beberapa bulan terakhir memang berdampak pada biaya produksi pelaku usaha perunggasan, karena banyak komponen utama pakan unggas yang masih diimpor, seperti bungkil kedelai (soybean meal).
"Ini sudah terasa dampaknya, tapi mau tidak mau kita harus lihat kondisi di lapangan. Seringkali kita berat, kalau tidak naik, yang bermasalah nanti kualitas pakannya. Kualitas pakan pasti berpengaruh ke hasil produksinya. Tapi saya pikir tidak berdampak [ke kenaikan harga di pasaran saat ini], mungkin terhadap cost iya," jelas Chandra.
"Kenaikan [harga ayam] ini saya lihat lebih banyak terkait dengan supply & demand saja. Permintaan sedang meningkat karena mendekati Asian Games, pemerintah juga ada program bantuan langsung non tunai yang diarahkan ke telur," imbuhnya.
Menurut Chandra, hal-hal seperti ini sangat berpengaruh terhadap permintaan produk unggas karena sebelumnya tidak ada perencanaan seperti itu.
Dia menjelaskan, dengan kondisi pasar perunggasan yang lebih dipengaruhi permintaan (demand-driven) sejak 2015 lalu, pemerintah harus jeli membuat perhitungan terkait faktor-faktor apa saja yang harus masuk ke komponen permintaan, termasuk batas amannya (buffer supply).
"Karena kalau hitungannya terlalu pas, saat ada masalah bisa terjadi shortage (kelangkaan). Seperti kemarin libur [Lebaran] lama sekali, otomatis permintaan naik. Itu berpengaruh sekali," jelasnya.
(ray) Next Article Peternak Curhat Rugi Rp 2 T Gara-Gara Harga Ayam Anjlok
Hal itu disampaikan Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) Chandra Gunawan di sela Kongres XII GPPU, hari ini.
Chandra mengungkapkan, pelemahan rupiah yang terjadi beberapa bulan terakhir memang berdampak pada biaya produksi pelaku usaha perunggasan, karena banyak komponen utama pakan unggas yang masih diimpor, seperti bungkil kedelai (soybean meal).
"Kenaikan [harga ayam] ini saya lihat lebih banyak terkait dengan supply & demand saja. Permintaan sedang meningkat karena mendekati Asian Games, pemerintah juga ada program bantuan langsung non tunai yang diarahkan ke telur," imbuhnya.
Menurut Chandra, hal-hal seperti ini sangat berpengaruh terhadap permintaan produk unggas karena sebelumnya tidak ada perencanaan seperti itu.
Dia menjelaskan, dengan kondisi pasar perunggasan yang lebih dipengaruhi permintaan (demand-driven) sejak 2015 lalu, pemerintah harus jeli membuat perhitungan terkait faktor-faktor apa saja yang harus masuk ke komponen permintaan, termasuk batas amannya (buffer supply).
"Karena kalau hitungannya terlalu pas, saat ada masalah bisa terjadi shortage (kelangkaan). Seperti kemarin libur [Lebaran] lama sekali, otomatis permintaan naik. Itu berpengaruh sekali," jelasnya.
(ray) Next Article Peternak Curhat Rugi Rp 2 T Gara-Gara Harga Ayam Anjlok
Most Popular