
Di G20, Bos IMF Desak Konflik Dagang Diselesaikan
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
23 July 2018 12:01

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) Christine Lagarde meminta 20 perekonomian besar di dunia (Group of 20/ G20) untuk menyesuaikan kebijakan makroekonomi mereka dengan perubahan global dan situasi negaranya.
"Kebijakan makroekonomi harus menyesuaikan perubahan pandangan, [dengan] mempertimbangkan keadaan masing-masing," katanya dalam sebuah pernyataan selepas pertemuan G20 yang diterima CNBC Indonesia hari Senin (23/7/2018).
Para menteri keuangan dan pejabat bank sentral G20 menghadiri pertemuan selama dua hari di Buenos Aires, Argentina, yang ditutup pada hari Minggu (22/7/2018) dengan peringatan bahwa "ketegangan perdagangan dan politik yang meningkat" mengancam pertumbuhan ekonomi.
Menanggapi hal tersebut, Lagarde mendorong para pembuat kebijakan untuk membahas peningkatan risiko-risiko dengan meyakinkan dan semangat kerja sama agar memastikan "pertumbuhan kuat akhir-akhir ini bertahan dan dividen semakin menyebar luas".
"Ini yang paling penting untuk menjaga sistem perdagangan terbuka internasional. Saya kembali mendesak agar konflik-konflik perdagangan diselesaikan lewat kerja sama internasional tanpa beralih ke tindakan-tindakan luar biasa," tutur Lagarde.
Ia menghimbau negara-negara dengan defisit transaksi berjalan (current account deficit/ CAD) yang berlebihan untuk menghindari kebijakan fiskal prosiklikal guna menurunkan utang. Sementara itu bagi negara dengan surplus berlebih, dia mengimbau untuk lebih berinvestasi ke modal manusia dan fisik agar dapat meningkatkan potensi produksi dan mengkatalisasi investasi swasta.
"Langkah-langkah ini juga dapat bantu menenangkan ketidakseimbangan ekonomi global," tambah Lagarde.
Terkait gejolak keuangan, Lagarde mengatakan fleksibilitas suku bunga harus terus memainkan peran dalam menahan guncangan di negara-negara berkembang. Kebijakan yang berhati-hati juga harus merujuk pada kerentanan keuangan di segala tempat.
Lebih lanjut Lagarde mengatakan teknologi-teknologi baru dan kecanggihan digitalisasi yang berkembang pesat, kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) serta otomatisasi memiliki potensi sangat besar dan tantangan signifikan. Ia pun mengaku optimistis dengan kebijakan komprehensif dan terkoordinasi dalam memfasilitasi perubahan, keuntungan gelombang teknologi baru ini akan jauh lebih besar dibanding kerugiannya.
"Tanggapan ini harus termasuk investasi yang terus-menerus di pendidikan, pembelajaran seumur hidup, dan jaring pengaman sosial yang tepat," katanya.
Dalam pertemuan itu, Lagarde menangkap adanya pengakuan luas kerja sama global tetap menjadi suatu hal penting. Terdapat juga perkembangan dalam diskusi inovasi keuangan dan pentingnya memanfaatkan potensi dari teknologi finansial (financial technology/fintech) sembari meringankan risikonya.
"Saya senang Menteri [keuangan] dan Gubernur [bank sentral] G20 menegaskan kembali komitmen mereka terhadap IMF yang kuat, berbasis kuota, dan bersumber daya memadai di pusat jaring pengaman keuangan global," kata Lagarde.
(prm) Next Article Mengintip Momen Hangat Sri Mulyani & Bos IMF di Pertemuan G20
"Kebijakan makroekonomi harus menyesuaikan perubahan pandangan, [dengan] mempertimbangkan keadaan masing-masing," katanya dalam sebuah pernyataan selepas pertemuan G20 yang diterima CNBC Indonesia hari Senin (23/7/2018).
Para menteri keuangan dan pejabat bank sentral G20 menghadiri pertemuan selama dua hari di Buenos Aires, Argentina, yang ditutup pada hari Minggu (22/7/2018) dengan peringatan bahwa "ketegangan perdagangan dan politik yang meningkat" mengancam pertumbuhan ekonomi.
"Ini yang paling penting untuk menjaga sistem perdagangan terbuka internasional. Saya kembali mendesak agar konflik-konflik perdagangan diselesaikan lewat kerja sama internasional tanpa beralih ke tindakan-tindakan luar biasa," tutur Lagarde.
Ia menghimbau negara-negara dengan defisit transaksi berjalan (current account deficit/ CAD) yang berlebihan untuk menghindari kebijakan fiskal prosiklikal guna menurunkan utang. Sementara itu bagi negara dengan surplus berlebih, dia mengimbau untuk lebih berinvestasi ke modal manusia dan fisik agar dapat meningkatkan potensi produksi dan mengkatalisasi investasi swasta.
"Langkah-langkah ini juga dapat bantu menenangkan ketidakseimbangan ekonomi global," tambah Lagarde.
Terkait gejolak keuangan, Lagarde mengatakan fleksibilitas suku bunga harus terus memainkan peran dalam menahan guncangan di negara-negara berkembang. Kebijakan yang berhati-hati juga harus merujuk pada kerentanan keuangan di segala tempat.
Lebih lanjut Lagarde mengatakan teknologi-teknologi baru dan kecanggihan digitalisasi yang berkembang pesat, kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) serta otomatisasi memiliki potensi sangat besar dan tantangan signifikan. Ia pun mengaku optimistis dengan kebijakan komprehensif dan terkoordinasi dalam memfasilitasi perubahan, keuntungan gelombang teknologi baru ini akan jauh lebih besar dibanding kerugiannya.
"Tanggapan ini harus termasuk investasi yang terus-menerus di pendidikan, pembelajaran seumur hidup, dan jaring pengaman sosial yang tepat," katanya.
Dalam pertemuan itu, Lagarde menangkap adanya pengakuan luas kerja sama global tetap menjadi suatu hal penting. Terdapat juga perkembangan dalam diskusi inovasi keuangan dan pentingnya memanfaatkan potensi dari teknologi finansial (financial technology/fintech) sembari meringankan risikonya.
"Saya senang Menteri [keuangan] dan Gubernur [bank sentral] G20 menegaskan kembali komitmen mereka terhadap IMF yang kuat, berbasis kuota, dan bersumber daya memadai di pusat jaring pengaman keuangan global," kata Lagarde.
(prm) Next Article Mengintip Momen Hangat Sri Mulyani & Bos IMF di Pertemuan G20
Most Popular