
Menko Darmin Soroti Defisit Perdagangan dan Lemahnya Rupiah
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
22 July 2018 10:21

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyoroti tingginya impor migas RI pada Semester I-2018.
Menurutnya, defisit neraca perdagangan Indonesia sebesar US$ 1,02 miliar pada periode Januari-Juni 2018 merupakan dampak dari tingginya defisit yang berasal dari sektor migas.
"Dampaknya (perang dagang) pasti kena enggak bisa enggak kena, memang kebetulan sekali kita selain perang dagang dan normalisasi kebijakan moneter di negara-negara maju sebetulnya itu kita ke neraca perdagangannya," ujar Darmin usai mengikuti acara ulang tahun Kemenko Perekonomian, Minggu (22/7/18).
Dia mengatakan surplus sektor nonmigas sebesar US$ 4,4 miliar tidak dapat membendung defisit migas yang mencapai US$5,4 miliar.
Selain tentang defisit neraca perdagangan, Darmin juga berkomentar tentang melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Itu yang kita harus atasi, kalau kita menghindari perang dagang dan sebagainya ya ujung-ujungnya itu pasti mempengaruhi kurs atau nilai tukar," tambah Darmin.
Untuk itu, pertama kali yang harus dilakukan pemerintah tentunya yaitu berusaha merumuskan dan berkoordinasi terutama dengan Bank Indonesia (BI) sebagai penjaga ekonomi Indonesia terdepan saat ini.
Selain itu, pemerintah juga berusaha untuk mempercepat kenaikan ekspor serta mengurangi dan memperlambat nilai impor terutama dari sektor migas.
"Nah BI kan sudah naikkan tingkat bunga beberapa kali, pemerintah juga sudah mulai merumuskan bagaimana mempercepat kenaikan ekspor dan memperlambat impor terutama di migas," ungkap Darmin.
Pemerintah Percepat Implementasi B20
Darmin Nasution menambahkan, pemerintah saat ini telah memutuskan untuk mempercepat implementasi penggunaan bauran minyak sawit dalam solar 20% (Biodiesel 20/B20).
Menurutnya, implementasi biodesel 20 dinilai dapat mengurangi defisit yang menimpa sektor migas nasional serta menutupi defisit neraca perdagangan kedepannya.
"Kalau B20 bisa terlaksana 90% saja dari seharusnya, kita bisa menghemat devisa hampir US$ 5,5 miliar jadi bisa menutup defisit migas kita. Sehingga nonmigas kita bisa surplus," tambah Darmin.
Namun, realisasi penggunaan B 20 tersebut dinilai tidak bisa dilakukan dalam jangka waktu yang cepat dan diperkirakan diimplementasikan secara penuh hingga 6 bulan ke depan.
"Kalau neraca perdagangan surplus, maka tekanan terhadap kita terhadap arus modal itu akan berkurang, ya kita berharap lama paska penerapan kebijakan B20. Kita memperkirakan arus modal akan tenang, urutannya seperti itu," tambah Darmin.
(ray/ray) Next Article Kemenko Perekonomian Ultah ke-52, Darmin Lepas Burung Dara
Menurutnya, defisit neraca perdagangan Indonesia sebesar US$ 1,02 miliar pada periode Januari-Juni 2018 merupakan dampak dari tingginya defisit yang berasal dari sektor migas.
"Dampaknya (perang dagang) pasti kena enggak bisa enggak kena, memang kebetulan sekali kita selain perang dagang dan normalisasi kebijakan moneter di negara-negara maju sebetulnya itu kita ke neraca perdagangannya," ujar Darmin usai mengikuti acara ulang tahun Kemenko Perekonomian, Minggu (22/7/18).
Selain tentang defisit neraca perdagangan, Darmin juga berkomentar tentang melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Itu yang kita harus atasi, kalau kita menghindari perang dagang dan sebagainya ya ujung-ujungnya itu pasti mempengaruhi kurs atau nilai tukar," tambah Darmin.
Untuk itu, pertama kali yang harus dilakukan pemerintah tentunya yaitu berusaha merumuskan dan berkoordinasi terutama dengan Bank Indonesia (BI) sebagai penjaga ekonomi Indonesia terdepan saat ini.
Selain itu, pemerintah juga berusaha untuk mempercepat kenaikan ekspor serta mengurangi dan memperlambat nilai impor terutama dari sektor migas.
"Nah BI kan sudah naikkan tingkat bunga beberapa kali, pemerintah juga sudah mulai merumuskan bagaimana mempercepat kenaikan ekspor dan memperlambat impor terutama di migas," ungkap Darmin.
Pemerintah Percepat Implementasi B20
Darmin Nasution menambahkan, pemerintah saat ini telah memutuskan untuk mempercepat implementasi penggunaan bauran minyak sawit dalam solar 20% (Biodiesel 20/B20).
Menurutnya, implementasi biodesel 20 dinilai dapat mengurangi defisit yang menimpa sektor migas nasional serta menutupi defisit neraca perdagangan kedepannya.
"Kalau B20 bisa terlaksana 90% saja dari seharusnya, kita bisa menghemat devisa hampir US$ 5,5 miliar jadi bisa menutup defisit migas kita. Sehingga nonmigas kita bisa surplus," tambah Darmin.
Namun, realisasi penggunaan B 20 tersebut dinilai tidak bisa dilakukan dalam jangka waktu yang cepat dan diperkirakan diimplementasikan secara penuh hingga 6 bulan ke depan.
"Kalau neraca perdagangan surplus, maka tekanan terhadap kita terhadap arus modal itu akan berkurang, ya kita berharap lama paska penerapan kebijakan B20. Kita memperkirakan arus modal akan tenang, urutannya seperti itu," tambah Darmin.
(ray/ray) Next Article Kemenko Perekonomian Ultah ke-52, Darmin Lepas Burung Dara
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular