
Brunei Darussalam Mau Investasi, RI Tawarkan 10 Bali Baru
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
18 July 2018 17:09

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia dan Brunei Darussalam akan menyelenggarakan pertemuan Joint Commission for Bilateral Cooperation (JCBC) pada hari Jumat (20/7/2018) untuk membicarakan prospek investasi dari Brunei. Rencananya, Indonesia akan menawarkan 10 destinasi wisata prioritas yang dikenal dengan sebutan "10 Bali Baru" sebagai ladang investasi bagi para pengusaha Negara Petro Dollar.
"Selama ini Brunei mengandalkan pertumbuhan ekonominya dari cadangan minyak, tapi sekarang mereka berpikir untuk melakukan diversifikasi melihat sumber-sumber pertumbuhan lain. Dalam hal ini Indonesia memiliki banyak daya tarik untuk investasi, dianggap sebagai salah satu destinasi untuk investor-investor Brunei," kata Denny Abdi, Direktur Kerja Sama Asia Tenggara Kementerian Luar Negeri, dalam paparan rutin di Jakarta hari Rabu (18/7/2018).
Denny mengatakan 10 Bali Baru adalah salah satu hal yang akan ditawarkan karena Brunei memandang pertumbuhan positif di bidang pariwisata Indonesia sebagai potesi kekuatan ekonomi kedua negara. Salah satu destinasi yang nantinya akan ditawarkan terlebih dahulu adalah Tanjung Lesung.
"Ketika dibahas dengan Kadin [Kamar Dagang dan Industri Indonesia], Kadin mengatakan ini salah satu yang feasible [layak] dilihat kemungkinan Tanjung Lesung di Banten, sekarang sedang dibangun. Kalau Brunei-nya tertarik nanti kita akan tawarkan bahkan untuk meninjau lokasinya," tutur Denny.
Sebagai catatan, pemerintah Indonesia sedang mengembangkan 10 destinasi wisata prioritas yang meliputi Danau Toba, Belitung, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Candi Borobudur, Gunung Bromo, Mandalika Lombok, Pulau Komodo, Taman Nasional Wakatobi, dan Morotai.
Adapun Menteri Pariwisata Arief Yahya mengusulkan agar 10 destinasi wisata tersebut dijadikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) demi memudahkan investor terlibat dalam pengembangan infrastruktur.
Selain membicarakan tentang investasi, Denny mengatakan Indonesia dan Brunei akan menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara maskapai Sriwijaya Air dengan salah satu maskapai Brunei untuk kerja sama penerbangan charter. Nantinya, penerbangan itu akan menghubungkan Bandara Bandar Seri Begawan dengan bandara di salah satu kota di Kalimantan.
Selain itu, Indonesia dan Brunei juga akan menjajaki Mutual Recognition Agreement (MRA) untuk produk halal dari Indonesia.
"Produk Indonesia banyak di Brunei yang masuk dari Malaysia. Perlu pengakuan dari Brunei dan Indonesia kalau produk Indonesia yang masuk halal, itu untuk mempermudah akses," kata Denny kepada CNBC Indonesia seusai paparan.
Pemerintah Brunei Darussalam akan diwakili oleh Menteri Luar Negeri Kedua Erywan Yusof yang mengunjungi Indonesia di hari Jumat.
Menteri Luar Negeri Papua Nugini Rimbink Pato juga akan mengunjungi Indonesia pada hari Kamis (19/7/2018) untuk membahas pengelolaan perbatasan dan peningkatan interaksi pebisnis kedua negara.
Selanjutnya di awal pekan depan, Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah akan melakukan kunjungan resmi perdana ke Indonesia pada hari Senin (23/7/2018) untuk membahas upaya konservasi Badak Sumatra dan akses pendidikan bagi anak-anak para tenaga kerja Indonesia di Malaysia.
(prm) Next Article Rayakan Natal di Brunei Terancam Penjara & Denda Rp 280 Juta
"Selama ini Brunei mengandalkan pertumbuhan ekonominya dari cadangan minyak, tapi sekarang mereka berpikir untuk melakukan diversifikasi melihat sumber-sumber pertumbuhan lain. Dalam hal ini Indonesia memiliki banyak daya tarik untuk investasi, dianggap sebagai salah satu destinasi untuk investor-investor Brunei," kata Denny Abdi, Direktur Kerja Sama Asia Tenggara Kementerian Luar Negeri, dalam paparan rutin di Jakarta hari Rabu (18/7/2018).
Denny mengatakan 10 Bali Baru adalah salah satu hal yang akan ditawarkan karena Brunei memandang pertumbuhan positif di bidang pariwisata Indonesia sebagai potesi kekuatan ekonomi kedua negara. Salah satu destinasi yang nantinya akan ditawarkan terlebih dahulu adalah Tanjung Lesung.
Sebagai catatan, pemerintah Indonesia sedang mengembangkan 10 destinasi wisata prioritas yang meliputi Danau Toba, Belitung, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Candi Borobudur, Gunung Bromo, Mandalika Lombok, Pulau Komodo, Taman Nasional Wakatobi, dan Morotai.
Adapun Menteri Pariwisata Arief Yahya mengusulkan agar 10 destinasi wisata tersebut dijadikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) demi memudahkan investor terlibat dalam pengembangan infrastruktur.
Selain membicarakan tentang investasi, Denny mengatakan Indonesia dan Brunei akan menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara maskapai Sriwijaya Air dengan salah satu maskapai Brunei untuk kerja sama penerbangan charter. Nantinya, penerbangan itu akan menghubungkan Bandara Bandar Seri Begawan dengan bandara di salah satu kota di Kalimantan.
Selain itu, Indonesia dan Brunei juga akan menjajaki Mutual Recognition Agreement (MRA) untuk produk halal dari Indonesia.
"Produk Indonesia banyak di Brunei yang masuk dari Malaysia. Perlu pengakuan dari Brunei dan Indonesia kalau produk Indonesia yang masuk halal, itu untuk mempermudah akses," kata Denny kepada CNBC Indonesia seusai paparan.
Pemerintah Brunei Darussalam akan diwakili oleh Menteri Luar Negeri Kedua Erywan Yusof yang mengunjungi Indonesia di hari Jumat.
Menteri Luar Negeri Papua Nugini Rimbink Pato juga akan mengunjungi Indonesia pada hari Kamis (19/7/2018) untuk membahas pengelolaan perbatasan dan peningkatan interaksi pebisnis kedua negara.
Selanjutnya di awal pekan depan, Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah akan melakukan kunjungan resmi perdana ke Indonesia pada hari Senin (23/7/2018) untuk membahas upaya konservasi Badak Sumatra dan akses pendidikan bagi anak-anak para tenaga kerja Indonesia di Malaysia.
(prm) Next Article Rayakan Natal di Brunei Terancam Penjara & Denda Rp 280 Juta
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular